Rabu, 06 Mei 2020

Umar Bakri Zaman Milinial


“ UMAR BAKRI DI ZAMAN MILLENIAL ? MASIHKAH ADA ? “
Oleh  : Pak Pur
Oemar Bakri adalah sosok fiktif untuk menggambarkan seorang guru yang eksis pada zaman ketika lagu ini diciptakan. Artinya ini adalah gambaran umum untuk guru episode lawas. Guru tempo dulu. Guru-guru muda sekarang mungkin sudah tidak kenal siapa itu Oemar Bakri. Padahal ini salah satu lirik lagu yang dibawakan penyanyi Iwan Fals.  Dikisahkan, Sepeda kumbang dan tas hitam dari kulit buaya adalah aksesoris yang melekat pada kebanyakan “Pak Guru” kala itu. Jika dibandingkan dengan zaman sekarang, mungkin sudah tidak bisa disamakan dengan kendaraan yang dimiliki bapak ibu guru.   dan tas selempang terbuat dari kulit buaya yang berisi buku dan pensil, serta penghapus.
 Ada sebuah kata-kata “Murid bengalmu mungkin sudah menunggu”, “sepeda kumbang di jalan berlubang”, “murid Bengal itu ibarat sekarang seperti jagoan”, dan “kopi aku rasa nikmat sekali”. Bila kita paham, di bagian itu tersirat siapa dan bagaimana Oemar Bakri yang sesungguhnya. Monggo kita lebih teliti “murid bengal” adalah hal pertama yang di ingat Oemar Bakri sebelum ia berangkat menuju sekolah tercinta. Ini menyiratkankan bahwa Bakri ialah sosok yang paham betul dengan tugas yang diembannya. Mengapa? Karena istilah “murid bengal” merupakan sebuah kondisi  yang hendaknya tak boleh terjadi dan harus diperbaiki oleh seorang guru. Bakri tidak semata fokus bersiap dan semangat mengajarkan materi ilmu pasti eksakta, tapi juga peduli pada pembentukan karakter anak didiknya. Bukankan demikian seharusnya guru?
Jalan yang berlubang dan murid seperti jagoan adalah pemisalan akan kondisi tempat dimana Oemar Bakri mengabdi. Maknanya, Bakri hidup di daerah minim sarana prasana. Selain itu, tawuran antar pelajar merupakan pengaruh eksternal negatif paling umum yang menggerogoti moral siswa.  Dua hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi guru tempo dulu.
Bagaimana dengan era kini? Tentu tantangan itu juga tetap ada meski bentuk paketnya berbeda.  Minimnya sarana sekolah boleh jadi masih ditemukan. Dan pengaruh eksternal pastinya semakin banyak sejalan dengan globalisasi. Bisa dikatakan, kesulitan guru masa kini menghadapi tantangan zaman juga dirasakan.. Akan tetapi apakah Bakri mengeluh? Tidak. Ia malah semangat bangun pagi, merasakan nikmatnya kopi, lalu memacu sepeda kumbang di tengah jalan berlubang dengan senyum yang mengembang. Karena itu janganlah kita salah mengartikan Oemar Bakri, sebab sesungguhnya ia layak menjadi sosok teladan yang baik bagi guru masa kini.
Bagaimanakah  sosok guru umar bakri ini dimasa sekarang???
Guru pada zaman dahulu memang bukan menjadi profesi favorit untuk semua orang. Sudah banyak cerita dari pengalaman guru yang senior bagaimana kerasnya berjuang ketika menjadi guru. Honor yang sedikit dan akses yang sulit menjadi cerita rutin yang mereka sampaikan. Tapi itulah perjuangan, semuanya membutuhkan pengorbanan. Mereka melihat guru bukan hanya sekedar profesi untuk mencari rezeki, tetapi mereka ingin menjadi guru karena panggilan hati dalam mendidik anak-anak negeri.
            Lihatlah hasil didik dari guru-guru pada zaman dahulu. Sebagian besar menjadi orang-orang yang sukses dan berkarakter baik. Fasilitas yang terbatas bukan menjadi masalah bagi mereka. Yang terpenting, mereka mau mengajar yang berangkat dari hati. Namun kenyataannya sekarang ini, fasilitas semakin lengkap, zaman semakin modern, namun apa hasilnya akan lebih baik pada zaman dahulu? Dari segi ilmu pengetahuan memang oke di zaman sekarang. Banyak ilmu-ilmu pengetahuan baru yang telah dipecahkan. Beberapa penemuan teknologi sudah banyak orang ciptakan. Tapi kenapa korupsi masih merajalela, kenapa sampai ada guru dibunuh siswanya  di negara kita?
Nah pertanyaannya sekarang, kemanakah karakter-karakter guru di zaman modern sekarang ini? Seharusnya di zaman modern seperti ini, dengan fasilitas yang cukup lengkap harus bisa melebihi hasil didikan guru pada zaman dahulu. Jangan hanya menerapkan pembelajaran yang menyenangkan saja kepada siswa. Sehingga, menjadikan siswa lebih terlena dengan kesenangan yang ia rasakan. Justru orang-orang hebat muncul bukan dari orang-orang yang senang, tetapi dari orang-orang yang penuh rintangan dan cobaan sehingga dia dapat menyelesaikan segala permasalahan yang menimpanya itu.

Marilah guru-guru di Indonesia. Kita sama-sama meluruskan niat dan merapatkan barisan untuk terus mendidik anak Indonesia. Datangkanlah mendidik dengan hati, ciptakan kepeduliaan kita terhadap peserta didik, dan buatlah peserta didik bangga karena dia pernah belajar bersama guru-guru hebat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar