Minggu, 10 Mei 2020

Permisi Vs Permisif


R. Purwantaka
*”Kata “Permisi V Permisif ”  dalam Perspektif Kemanusiaan”*
*(Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka.)*
Perhatikan kalimat berikut ini “Cobaan memang datang tanpa permisi. Karena jika pakai permisi, itu namanya bertamu, tetapi jangan Permisif dengan kadaan.”
Kata “ Permisi “ erat hubungannya dengan sopan santun dalam berbahasa, berkomunikasi. Sopan santun bukanlah hal baru di telinga setiap orang, bahkan menjadi salah satu materi dalam pelajaran sekolah. Tetapi sepertinya hal itu hanyalah sekedar teori, guna memenuhi tuntutan sekolah juga nilai yang bagus, yang pada aplikasinya menghilang begitu saja.  Sudahkan kamu mengucapkan “ Permisi “ saat akan melakukan suatu perbuatan  ?

Memang bukan suatu peraturan umum untuk mengucapkannya, tetapi apakah kata itu terlalu berat untuk diucapkan? Sopan santun dalam berbicara berarti mengaplikasikan sopan santun di dalam berkomunikasi dengan orang lain, apakah tatap muka langsung atau melalui media.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sopan santun adalah budi pekerti yang baik; tata krama yang diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini berarti sopan santun adalah tuntunan atau pedoman untuk menghormati dan menghargai orang lain yang sebaiknya dilakukan untuk menciptakan hubungan yang harmonis satu dengan yang lainnya. Tidak ada peraturan tertulis bagaimana sopan santun, tetapi ketika perilaku kita bertujuan untuk meghormati dan menghargai orang lain, maka itu termasuk perilaku yang sopan dan santun.

Termasuk pula dalam bertuturkata. Untuk memenuhi rasa kemanusiaan yang kita junjung  tinggi, mengapa kata “ Permisi “ menjadi penting untuk diucapkan ? karena Kata Permisi akan mengawali sebuat tutur kata dan perbuatan yang akan dilakukan agar ada pemakluman.karena Sopan santun menunjukkan kepribadian seseorang yang rendah hati karena ia melihat bahwa setiap orang ingin dihormati dan dihargai, sehingga karakter rendah hati terbentuk di dalam dirinya.

Seseorang dengan karakter ini akan lebih mudah disukai banyak orang dan lebih mudah beradaptasi karena ia memperlihatkan kualitas moralnya dengan sikap dan perilaku sopan santun. Bagi sebagian orang, mungkin hal ini tidak menarik. Tetapi menghakimi sesama bukanlah hal yang baik, tunjukkanlah sikap dan perilaku sopan santun, dan lihatlah pengaruhnya.

 Suatu kondisi yang sesungguhnya tidak sepatutnya berlaku tetapi terus berlangsung di sekitar kita, menimbulkan sebuah pertanyaan sederhana: sebenarnya apa yang sedang terjadi? Kejahatan, korupsi, ketidaknyamanan, tekanan dan sebagainya, semua masih saja terjadi di tengah-tengah masyarakat kita. Padahal, sesungguhnya telah lahir sebuah *generasi permisif*, yang membuat orang apatis dan dapat menerima begitu saja kondisi apapun itu dalam kehidupannya dengan catatan tidak meng-usik dirinya secara pribadi. Apakah bisa dibenarkan  sikap demikian?

Sikap permisif dengan cara cuek, tidak peduli karena menganggap bukan uru-sannya hingga melakukan pembiaran merupakan benih dari ancaman yang lebih besar kemudian. Apalagi jika ketidak-perdulian itu menjadi gaya hidup dimana setiap orang menjadi demikian bebas serta sesuka-sukanya melakukan apapun yang ia mau. Kita menyaksikan sendiri peran serta tokoh agama dan tokoh masyarakat serta orangtua harus semakin ditingkatkan di jaman ini.
Tidak cukup me-nunggu tetapi kita memang harus bersikap atas sesuatu yang tengah mengancam bangsa ini. Sikap tidak mau tahu membuat generasi permisif membiarkan segala sesuatu berjalan tanpa adanya penegasan mendukung atas hal yang baik dan me-nolak hal yang buruk. Akibatnya, segala sesuatunya berjalan tanpa dapat dicegah dan kejahatan terus berkembang.
*Permisi atau mau Permisif, Kita awali sikap kita terhadap keadaan Agar bangsa ini menjadi bangsa yang besar*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar