Rabu, 13 Mei 2020

Pandemi, Pelajaran Hidup Nyata dalam Pendidikan”*


R. Purwantaka
*“Pandemi, Pelajaran Hidup Nyata dalam Pendidikan”*


Pandemi Covid-19 yang tengah melanda dunia memaksa orang untuk berdiam di rumah sehingga tidak dapat lagi melakukan aktivitas seperti biasanya, termasuk menuntut ilmu ke sekolah bagi para murid. Upaya mencerdaskan kehidupan bangsa harus dilakukan dengan cara inovatif, salah satunya dengan melakukan proses belajar mengajar secara online
*Pembelajaran online merupakan hal baru dan menjadi tantangan tersendiri bagi sebagian besar murid, guru maupun orang tua.* 


Pandemic yang sudah berlangsung sejak pertengahan maret hingga sekarang *memberikan peluang untuk berpikir dan bertindak kreatif dalam dunia pendidikan* terutama dalam memberikan pengalaman belajar bagi siswa. Kekosongan aktifitas secara langsung yang biasanya tatap muka di sekolah selama hampir 3 bulan sejak pertengahan Maret masih memberikan peluang bagi guru dan siswa untuk tetap bangkit dan semangat belajar.


*Inilah belajar hidup dari kehidupan yang sebenarnya, mengaplikasikan semua ilmu yang telah didapat dari bangku sekolah untuk bisabertahan sebagai oaring yang hidup di kehidupan nyata.* Kurikulum menganjurkan dalam tiga bentuk ilmu, Kognitif, Afektif, dan Keterampilan. Disaat Pandemi inilah Allah sedang ingin mengajari guru, Murid, dan orang tua bagaimana sebenarnya belajar itu.


Seperti apa yang pernah dikatakan oleh Bapak Menteri, Bapak Nadiem,  “guru bisa mencoba Pembelajaran Project Based Learning dalam pembelajaran dengan siswa.” Guru bisa memberikan  proyek penugasan kepada masing-masing siswa atau kelompok kecil untuk mengerjakan tugas.  


Saat krisis ini merupakan masa adaptasi yang penuh kebingungan dan ketidakpastian. Banyak guru, orang tua, atau murid yang masih belum familier terhadap teknologi. “Pasti tidak mudah dan ini normal,”Keadaan yang seperti ini  memaksa kita  terus belajar hal baru dan mempelajari bagaimana metode yang terbaik.


 “Ini  menciptakan satu tantangan dan kolaborasi yang solid antara  Murid, Guru dan orang tua, kegiatan ini akan  melatih empati dan kemampuan afektif, mendorong sesama mereka saling bahu  membahu. Untuk para orang tua, ini juga kesempatan emas untuk memahami dan membantu anak menghadapi tantangan dalam pembelajaran yang sesungguhnya.


Faktor kelemahan yang dihadapi Guru, siswa dan orang tua dalam masa pandemic ini terutama kekurangsiapan guru dan manajemen sekolah serta mi­nimnya deliberasi yang dise­bab­kan terbatasnya waktu per­siapan yang ada, me­nyebabkan kebijakan kegiatan belajar dirumah  menuai kritikan/keluhan dari sebagian : orangtua siswa.

Belajar di rumah tak ubahnya merupakan  kegiatan memindahkan aktivitas kelas dari sekolah ke rumah dengan beban/tugas yang bahkan lebih banyak. Selain itu, beberapa sekolah juga tetap melakukan kegiatan penilaian untuk kepentingan rapor kenaikan kelas pada kelas-kelas rendah. Ditambah lagi pada  akhir semester  tetap dibayangi dengan Evaluasi akhir semester.


Kegiatan belajar di rumah yang digu­nakan sekarang menyebabkan siswa dan  juga guru, kehilangan kesempat­an untuk memahami dan me­ngerti dengan lebih dalam kejadian yang sedang dihadapi masyarakat dan bangsa saat ini. Mereka akan ke­hilangan momen penting un­tuk beref­leksi guna menumbuhkan sikap solidaritas sosial, peduli, empati, dan peluang untuk memikirkan kontribusi yang dapat diberikan untuk membantu lingkungan masyarakat di masa sulit ini.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar