Sabtu, 18 Maret 2023

Artikel: *Tinjauan “Puisi” dari Segi Zamannya*

 

*Tinjauan “Puisi” dari Segi Zamannya*

*(“ Puisi Modern “ )*

*R. Purwantaka*

 

 

Pengertian puisi secara umum dapat diartikan sebagai karya sastra yang dikemas dalam kalimat yang singkat, padat, jelas dan sarat majas ataupun bahasa kiasan. Sementara jika kita mengintip pengertian skripsi, ada banyak perspektif, tergantung siapa yang mengartikannya. Berikut adalah beberapa pengertian puisi oleh beberapa ahli. 

 

1. Herman J. Waluyo

Menurut herman J. Waluyo, puisi adalah karya sastra yang dikemas lebih padat, singkat dan memiliki rima yang saling berkaitan. Tiap kalimat dan kata pada penulisan ditulis dalam bahasa imajinatif. 

 

2. Watt-Dunton 

Puisi menurut Watt-dunton adalah bentuk dari ekspresi konkret yang bersifat artistic dari pikiran manusia. Secara teknis, penulisan disampaikan dengan bahasa emosional dan memiliki berirama. 

 

3. Aisyah 

Berbeda dengan Aisyah yang mendefinisikan puisi adalah karya sastra yang ditulis berdasarkan penafsiran penyair terhadap pengalaman atau kehidupan yang pernah dirasakan, dibaca atau yang diinterpretasikan. 

 

4. Suroto 

Sementara Suroto mendefinisikan puisi lebih singkat dan padat, yaitu sebagai karangan yang ditulis secara pekat, singkat dan padat. 

 

5. Pradopo 

Puisi menurut Pradopo hasil rekaman dan interpretasi si penyair yang diperleh dari berbagai pengalaman, kemudian digubah dalam wujud yang lebih indah, berkesan dan menarik. 

 

6. Samuel Taylor Coleridge 

Lebih singkat, Samuel Talyor Coleridge, puisi sebagai kata-kata yang disusun dengan indah oleh si penulis.

 

7. Aminuddin 

Berbeda dengan pendapat Aminuddin, yang menyampaikan bahwa puisi berasal dari Yunani yang memiliki makna upaya seorang penyair dalam menciptakan dunia sendiri yang berisi pesan yang lahir lewat suasana, ataupun pengalaman batiniah ataupun fisik si penyair. 

 

8. Hudson 

Secara garis besar, Hudson mengartikan puisi sebagai cabang ilmu sastra yang mana dari segi penulisannya sangat memperhatikan penggunaan kata-kata. Dimana kata-kata tersebut digunakan sebagai media menyampaikan imajinasi dan ilusi. 

 

9. Ratih Mihardja 

Berbeda dengan Ratih Mihardja sebagai seni tertulis yang menjadikan bahasa sebagai pembentuk estetika untuk melahirkan arti semantiknya. Dimana puisi sebagai dunia dalam kata yang dihasilkan dari cerminan pengalaman, perasaan, dan pengetahuan si penyair terhadap sesuatu hal. 

 

10. Semi 

Semi mendefinisikan puisi berbentuk pernyataan dari penyair yang mempertimbangkan secara matang tentang apa yang dilihat, dirasakan dan yang dialami. Kemudian dituliskan dalam sebuah karya puisi yang apik. 

 

Itulah beberapa pengertian puisi oleh ahli. Semoga beberapa pendapat di atas memberikan pemahaman dan manfaat. dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa puisi sebagai karya sastra yang memiliki amanat kepada pembaca. 

 

Secara teknis penulisan puisi itu sendiri pun tidak boleh ditulis sembarangan. Harus ditulis sesuai dengan aturan yang sudah ada. Misalnya perlu memperhatikan masalah rima, sajak dan pemilihan diksi.

 

*Sejarah Puisi*

Asal mula puisi sudah ada sejak tahun 1920. Pasalnya, kesusastraan di Indonesia mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. 

Puisi tampaknya tidak hanya dikenal di Indonesia saja, tetapi juga ada di India. Dulu puisi tidak seperti saat ini. Konon katanya, puisi pun digunakan atau dibuat untuk menulis kitab-kitab kuno. Di tahun 1700-1200 SM puisi banyak digunakan untuk karya-karya kuno dari Veda India dan Zoroaste’s Gathas. Di Dahulu puisi di India digunakan untuk memudahkan masyarakat kuno dan prasejarah dalam menghafalkan kitab atau bacaan. 

 

Puisi tertua sebenarnya ada dari milenium ke-3 SM di Sumeria, Mesopotamia, yang sekarang menjadi irak. Puisi tertua tersebut adalah Epos Gilgames yang ditulis dalam tablet tanah liat dan papyrus. Sementara sejarah puisi kuno juga ditemukan di Yunani Epos Illiand dan Odyssey dan masih banyak lagi. setiap Negara pastinya memiliki sejarah perkembangan dari kesastraan puisi ini. 

 

Perkembangan puisi di Indonesia sudah banyak kita temukan sejak masa kerajaan yang masih menggunakan bahasa sansekerta dan ditulis menggunakan tulisan jawa kuno. Dimana dari hasil karya tersebut dilisankan dapat dinyanyikan. 

 

Setelah proses panjang berpuluh-puluh tahun, puisi mengalami perubahan dan metamorfosa. Di era modern, muncullah penyair-penyair ternama dan melegenda. Siapa sih yang tidak kenal Chairil Anwar? Buya Hamka dan Taufik Ismail? Pasti kamu tidak asing lagi. Merekalah tokoh sastrawan yang memberi warna puisi di era modern. 

 

Pada dasarnya, setiap generasi dan generasi Indonesia memiliki sastrawan yang dapat diunggulkan. Tema yang diperkenalkan pun bermacam-macam. Perbedaan ini terjadi karena pengaruh situasi, kondisi politik dan banyak faktor lainnya. 

 

Pada 6 Oktober 1942 lahirlah Pusat Kesenian Indonesia yang diketahui oleh Sanusia Pane. Tujuan dari pusat kesenian ini diharapkan Soekarno sebagai tempat untuk menyatukan para seniman-seniman yang baru. Pasalnya, Jepang pernah melarang seniman melakukan perkumpulan organisasi tersebut, padahal dalam waktu yang sama Jepang juga tertarik dengan karya sastra seni ini.

 

*Ciri-Ciri Puisi Menurut Para Ahli*

Setelah mengintip asal mula puisi dan pengertian, yuks kita intip ciri-ciri puisi. Mengingat tiap ahli memiliki pandangannya sendiri-sendiri, berikut ciri puisi menurut para ahli. 

A. Waluyo 

Menurut Waluyo, ciri-ciri puisi dapat dibedakan menjadi beberapa hal sebagai berikut.  

 

  1. Unsur bahasa disusun lebih rapi, tertata dan memperhatikan bunyi dan rima 
  2. Menggunakan bahasa konotatif
  3. Unsur kebahasaan bisa lebih dipadatkan 
  4. Puisi hasil dari pemikiran dan perasaan si penyair berdasarkan proses imajinatif ataupun lewat pengalaman 
  5. Penulisan ditulis secara terstruktur secara fisik dan batin. 

Struktur fisik meliputi irama, maja, tipografi, diksi ataupun rima. Sedangkan struktur batin meliputi suasana puisi, tema, perasaan dan amanat. 

 

B. Toyidin 

Adapun ciri puisi dari pendapat yang lain, salah satunya pendapat Toyidin, berikut ciri-ciri menurutnya. 

  1. Puisi ditulis dengan memadatkan unsur kebahasaan 
  2. Bahasa disusun rapi, memperhatikan irama dan bunyi. 
  3. Puisi dapat ditulis dalam satu bait atau lebih dari satu bait 
  4. Dalam satu bait terdiri dari beberapa baris 
  5. Puisi ditulis berdasarkan pikiran, perasaan, kemampuan imajinatif dan pengalaman penyair 
  6. Penulisan puisi menggunakan bahasa konotatif 
  7. Puisi disusun memperhatikan struktur fisik dan struktur batin. 

 

C. Hasanuddin 

Sementara Hasanuddin memiliki perspektif berbeda tentang ciri-ciri puisi, apa saja sih cirinya? Sebagai berikut. 

1. Tipografi 

Ciri dari puisi harus memiliki tipografi. Tipografi merupakan layout atau tata letak kata-kata itu. Bisa dalam bentuk berbaris atau berbait. Tipografi dapat pula diartikan sebagai rangkaian kata atau bait yang didesain oleh si penyair 

2. Berirama dan Bunyi 

Sulitnya dalam membuat puisi adalah kemampuan untuk menyelaraskan bait/baris satu dengan yang lainnya agar memiliki keterkaitan secara irama ataupun bunyi. Tentu saja ini tidak bisa dilakukan oleh semua orang. 

3, Memuat 2 Struktur

Puisi harus memuat dua struktur. Maksud dari struktur yang sudah disinggung oleh tokoh yang lain, yaitu struktur fisik dan struktur batin.  Struktur fisik meliputi irama, maja, tipografi, diksi ataupun rima. Sedangkan struktur batin meliputi suasana puisi, tema, perasaan dan amanat. 

 

Itulah beberapa ciri-ciri puisi. Dari tiga pendapat ciri di atas, jika dilihat secara garis besar, memiliki inti dan pesan yang sama. hanya saja berbeda dalam penjelasannya.

 

Puisi adalah salah satu bentuk karya sastra yang mengedepankan emosional. Meski macam-macam puisi lama dan baru sudah memiliki aturan baku berbeda, keduanya sama-sama bertujuan mengungkap pesan yang samar atau tersirat dengan keindahan. Inilah mengapa puisi identik dengan diksi yang konotatif atau bukan sebenarnya.

Pradopo (1995:27) mengungkapkan bahwa puisi adalah representasi dari emosional penyair yang dirancang menjadi sastra penuh makna dan kesan. Pengertian puisi menurut Pradopo tersebut menggambarkan bahwasannya puisi tercipta dari sisi emosional penyair untuk mengungkap dan menyampaikan pesan kepada penikmatnya. Dengan demikian dapat diartikan bahwa puisi adalah wujud lain dari karya sastra yang berasal dari pengaruh batin seorang penyair dan tertuang secara indah dengan stuktur fisik dan struktur batinnya.

 

*Struktur fisik puisi terdiri dari*:

·        Perwajahan puisi (tipografi), yaitu bentuk puisi seperti halaman yang tidak dipenuhi kata-kata, tepi kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang tidak selalu dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. Hal-hal tersebut sangat menentukan pemaknaan terhadap puisi.

 

·        Diksi, yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata dapat mengungkapkan banyak hal, maka kata-katanya harus dipilih secermat mungkin. Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata.

 

·        Imaji, yaitu kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji dapat dibagi menjadi tiga, yaitu imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual), dan imaji raba atau sentuh (imaji taktil). Imaji dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, mendengar, dan merasakan seperti apa yang dialami penyair. Pengimajinasian dalam puisi berguna untuk memberi gambaran yang jelas menimbulkan suasana khusus membuat hidup gambaran dalam pikiran dan pengindraan serta untuk menarik perhatian dan memberikan kesan mental atau bayangan visual penyair menggunakan gambaran-gambaran angan.

 

·        Kata konkret, yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indra yang memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan atau lambang. Misalnya kata konkret “salju" melambangkan kebekuan cinta, kehampaan hidup, dan lain-lain. Sedangkan kata konkret “rawa-rawa” dapat melambangkan tempat kotor, tempat hidup, bumi, kehidupan, dan lain-lain. Kata konkret merupakan syarat terjadinya pengimajian atau pencitraan.

 

·        Gaya bahasa, yaitu penggunaan bahasa yang dapat menghidupkan/meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu. Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna. Gaya bahasa disebut juga majas. Adapun macam-macam majas antara lain metaforasimilepersonifikasilitotesironisinekdokeeufemismerepetisianaforapleonasmeantitesisalusioklimaksantiklimakssatirepars pro totototem pro parte, dan paradoks.

 

·        Rima atau Irama adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir baris puisi. Rima mencakup:

1.    Onomatope (tiruan terhadap bunyi, misal /ng/ yang memberikan efek magis pada puisi Sutadji C.B.)

2.    Bentuk intern pola bunyi (aliterasi, asonansi, persamaan akhir, persamaan awal, sajak berselang, sajak berparuh, sajak penuh, repetisi bunyi [kata], dan sebagainya

3.    Pengulangan kata/ungkapan. Ritma merupakan tinggi rendah, panjang pendek, keras lemahnya bunyi. Rima sangat menonjol dalam pembacaan puisi.

 

·        Tipografi merupakan teknik penulisan dalam puisi.  Tipografi merupakan pembeda yang paling awal yang dapat dilihat dalam membedakan puisi dengan prosa fiksi ataupun drama. Baris-baris dalam puisi membentuk sebuah periodisitas yang disebut bait. Tipografi merupakan aspek bentuk visual yang berupa tata hubungan, susunan baris dan ukiran bentuk yang dipergunakan untuk mendapatkan kesan menarik agar indah dipandang. Tujuan tipografi dalam puisi adalah untuk keindahan indrawi dan untuk mendukung pengedepanan makna rasa dan suasana puisi.[4]

 

*Struktur batin puisi*

Struktur batin puisi terdiri dari:

·        Tema/makna (sense) adalah pokok persoalan yang disampaikan pengarang dalam puisinya. Tema sebuah puisi dapat disampaikan secara langsung maupun tidak langsung (makna puisi dapat ditemukan setelah membacadan menafsirkannya). Media puisi adalah bahasa. Tataran bahasa adalah hubungan tanda dengan makna, maka puisi harus bermakna, baik makna tiap kata, baris, bait, maupun makna keseluruhan.

 

·        Rasa (feeling), yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar belakang sosial dan psikologi penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan. Kedalaman pengungkapan tema dan ketepatan dalam menyikapi suatu masalah tidak bergantung pada kemampuan penyair memilih kata-kata, rima, gaya bahasa, dan bentuk puisi saja, tetapi lebih banyak bergantung pada wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan kepribadian yang terbentuk oleh latar belakang sosiologis dan psikologisnya.

 

·        Nada (tone), yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk memecahkan masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca, dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca, dan lain-lain.

 

·        Amanat/tujuan/maksud (intention), yaitu pesan yang ingin disampaikan penyair kepada pembaca.

 

*Puisi berdasarkan Zaman/Waktu*

Macam-Macam Puisi Modern

1. Adapun macam-macam puisi modern yang dikemukakan oleh Suroto (1989: 65), adalah sebagai berikut.

(a)      Balada. Balada ialah puisi yang berisi suatu cerita. Misalnya, Jante Arkidam karya Ajib Rosidi, Nyanyian Angsa karya W.S. Rendra, Balada Terbunuhnya Atmo Karpo karya W.S. Rendra.

 

(b)     Romance. Romance adalah puisi yang berisi luapan perasaan kasih sayang terhadap kekasih.

 

 

 (c)      Elegi. Elegi adalah puisi yang mengungkapkan rasa duka atau keluh kesah karena sedih, rindu atau murung, terutama karena kematian seseorang. Puisi Amir Hamzah yang terkumpul dalam bukunya yang berjudul Nyanyi Sunyi dan Buah Rindu kebanyakan tergolong jenis ini.

 

 

 (d)     Himne (Gita puja). Himne ialah puisi yang berisi puji-pujian terhadap Tuhan atau sesuatu yang dimuliakan seperti pahlawan.

 

(e)      Ode. Ode ialah puisi yang bertema mulia, berciri nada dan gaya yang sangat resmi serta bersifat menyanjung. Ode dapat melukiskan peristiwa umum yang penting atau peristiwa yang menyangkut kehidupan pribadi.

 

 (f)      Satire. Satire ialah karya sastra baik prosa maupun puisi yang berisi kritikan tajam atau bahkan sindirandan cemoohan terhadap kepincangan – kepincangan sosial atau penyalahgunaan dan kebodohan manusia serta pranatanya.

Tujuan kritikan tersebut untuk mengoreksi penyelewengan dengan jalan mencetuskan kemarahan dan tawa bercampur dengan kecaman dan ketajaman pikiran.

 

2. Ada beberapa macam puisi modern yang dikemukakan oleh Waluyo (dalam Suroto, 1989: 74) puisi-puisi tersebut adalah sebagai berikut.

(a)      Puisi kamar, ialah puisi yang cocok dibaca sendirian atau dengan satu dua orang pendengar saja di kamar.

 

(b)     Puisi auditorium, ialah puisi yang cocok untuk dibaca di auditorium, di mimbar yang jumlah pendengarnya bisa ratusan orang.

 

(c)      Puisi fisikal, puisi yang bersifat realitas artinya menggambarkan kenyataan apa adanya.

 

(d)     Puisi platonik, ialah puisi yang sepenuhnya berisi hal-hal yang bersifat spiritual kejiwaan.

 

(e)      Puisi metafisikal, ialah puisi yang bersifat filosofis dan mengajak pembaca untuk merenungkan kehidupan dan merenungkan Tuhan.

 

(f)      Puisi subjektif, ialah puisi yang mengungkapkan gagasan, pikiran, perasaan dan suasana dalam diri penyair sendiri.

 

(g)     Puisi objektif, ialah puisi yang mengungkapkan hal-hal diluar diri penyair itu sendiri.

 

(h)     Puisi diafan, ialah puisi yang sedikit sekali menggunakan pengimajinasian kata-kata yang digunakan sangat konkret dan bahasa bersifat figuratif, sehingga puisinya mirip dengan bahasa sehari-hari.

 

(i)       Puisi prismatis, ialah puisi yang memunculkan berbagai  macam makna berkat kemampuan penyair yang mampu menciptakan majas, versifikasi, diksi dan pengimajinasian secara serasi dan seimbang. Dengan demikian puisi tersebut seolah memancarkan sinar makna dari sebuah prisma.

 

(j)       Puisi parnaisan, ialah puisi yang mengandung nilai-nilai keilmuan. Puisi ini diciptakan dengan dasar pertimbangan ilmu dan pengetahuan bukan inspirasi.

 

(k)     Puisi inspiratif, ialah puisi yang diciptakan berdasarkan mood atau passion.  Suasana batin benar-benar terlibat dalam puisi ini. Misalnya, Senja di Pelabuhan Kecil karya Chairil Anwar.

 

(l)       Puisi demonstratif, ialah puisi yang melukiskan dan merupakan hasil refleksi demonstrasi. Puisi jenis ini pada umumnya bersifat kelompok, jadi bukan menyuarakan gejolak individu. Misalnya puisi demonstrasi yang muncul tahun ’66 yang berjudul Hati Nurani karangan Sandy Tyas.

 

(m)   Puisi pamflet, ialah puisi yang mengungkapkan protes sosial. Puisi jenis satire masuk dalam jenis puisi ini.

 

Daftar pustaka

1.    Ahyar, Juni (Oktober 2019). Apa Itu Sastra: Jenis-Jenis Karya Sastra dan Bagaimanakah Cara Menulis dan Mengapresiasi Sastra (PDF). Yogyakarta: Deepublish. ISBN 978-623-02-0145-5.

2.    Kosasih, E. (2008). Apresiasi Sastra Indonesia (PDF). Jakarta: Nobel Edumedia. ISBN 978-602-8219-57-0.

3.    Nuryatin, A., dan Irawati, R. P. (2016). Pembelajaran Menulis Cerpen (PDF). Semarang: Penerbit Cipta Prima Nusantara. ISBN 978-602-8054-88-1.

4.    Mahliatussikah, Hanik (2015). Pembelajaran Puisi Teori dan Penerapannya dalam Kajian Puisi Arab (PDF). Malang: Universitas Negeri Malang. ISBN 978-979-495-785-1.

5.    Sumaryanto (2010). Mengenal Puisi dan Syair. Semarang: PT. Sindur Press. ISBN 978-979-067-054-9.

6.    Afrizatul (2020), Puisi Rakyat: Pengertian, Jenis, Unsur serta Contoh.

7.    Suswandari, M., dan Hatmo, K. T. (2018). Ontologi Puisi (PDF). Kebumen: CV. Intishar Publishing. ISBN 978-602-5692-57-4.