Rabu, 06 Mei 2020

Sahabat dan Persahabatan


*“ SAHABAT DAN PERSAHABATAN DALAM GHIBAH DAN FITNAH “*
Oleh : Ustadz Taka

*“Seorang Muslim adalah saudara muslim lainnya, ia tidak menzaliminya, merendahkannya, menyerahkan (kepada musuh) dan tidak menghinakannya.” (HR Muslim)*

*“Sebaik baik sahabat di sisi Allah ialah orang yang terbaik terhadap temannya dan sebaik baik jiran di sisi Allah ialah orang yang terbaik terhadap jirannya.” (HR Al-Hakim)*

Seorang sahabat sejati tidak akan menjatuhkan martabat sahabatnya didepan orang lain. Sebaik – baik sahabat adalah orang yang bisa menyimpan rahasia kejelekan sahabatnya. Diantara kita dalam persahabatan sering kita berkumpul dan bertukar pengalaman, namun tidak boleh Ghibah. Di dalam hadist  dijelaskan bahwa ghibah adalah perbuatan yang dilarang. Ghibah sendiri berarti kita membicarakan dan menyebutkan kejelekan orang lain yang padahal seharusnya tidak perlu dibuka atau yang ia tidak sukai. Tentu tidak ada satu orang pun yang suka dighibahi oleh orang orang yang lain, karena seperti menusuk dari belakang.
Perbuatan yang merusak persahabatan salah satunya adalah Ghibah. Orang yang ghibah sendiri tentu bukan berniat untuk mencari kebenaran atau memecahkan suatu permasalahan, akan tetapi hanya untuk sekedar melampiaskan dan memuaskan hawa nafsu untuk membicarakan kejelekan orang lain. Tentu saja hal ini harus diwaspadai karena walaupun kejelekan tersebut adalah sebagai fakta atau kenyataan, akan tetapi hal ini sangat berpotensi bergeser menjadi fitnah yang lebih besar. Ingat bahwa Fitnah lebih beesar dosanya karena Fitnah lebih kejam dari pembunuhan.
Allah Ta’ala berfirman.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan berprasangka, karena sesungguhnya sebagian tindakan berprasangka adalah dosa dan janganlah kamu mencari-car kesalahan orang lain” [Al-Hujurat : 12]
Dalam ayat ini terkandung perintah untuk menjauhi kebanyakan berprasangka, karena sebagian tindakan berprasangka ada yang merupakan perbuatan dosa. Dalam ayat ini juga terdapat larangan berbuat tajassus. Tajassus ialah mencari-cari kesalahan-kesalahan atau kejelekan-kejelekan orang lain, yang biasanya merupakan efek dari prasangka yang buruk. Karena GHibah akan menuju pada fitnah.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
إِيَّا كُمْ وَالظَّنَّ فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيْثِ وَلاَ تَحَسَّسُوا وَلاَ تَجَسَّسُوا وَلاَ تَحَاسَدُوا وَلاَتَدَابَرُوا وَلاَتَبَاغَضُوا وَكُوْنُواعِبَادَاللَّهِ إحْوَانًا
“Berhati-hatilah kalian dari tindakan berprasangka buruk, karena prasangka buruk adalah sedusta-dusta ucapan. Janganlah kalian saling mencari berita kejelekan orang lain, saling memata-matai, saling mendengki, saling membelakangi, dan saling membenci. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara”
Bagaimana Ghibah terjadi, perbuatan ghibah terjadi karena  tingkat pemahaman terhadap hakikat Ghibah rendah adalah faktor paling berpengaruh, dengan tinggi persebaran Ghibaah di antara kita. Jadi, Islam menawarkan tabayyun saat berhadapan dengan sebuah kabar berita, tapi penekanan dari proses ini adalah kehati-hatian adalah hal paling dikedepankan pertama kali sebelum proses tabayyun.
Tanpa kehati-hatian, proses tabayyun juga bisa saja terjebak atau tersilap dalam menelisik kabar yang memiliki proximity (kedekatan) dengan kelompok yang disasar dari kabar tersebut. Jadi, jangan sampai mengedepankan emosi dalam bersahabat karena akan merusak persahabatan.


Sujudku pada Mu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar