Rabu, 13 Mei 2020

“ Yang Tersisa Setelah Ramadhan “


“ Yang Tersisa Setelah Ramadhan “
Oleh : Ustadz Taka
Saat Bulan Ramadan telah usai, namun bukan berarti ibadah-ibadah yang dilakukan selama Ramadan juga akan usai. Justru bulan Ramadan dapat dijadikan momentum untuk hijrah agar bisa semakin baik dalam ibadah Kepada Allah Ta’ala. Oleh karenanya kita harus tetap melakukan ibadah-ibadah yang terdapat di bulan Ramadan walaupun sudah berakhir bulan Ramadan.
1.      Berpuasa Enam Hari di Bulan Syawal. Puasa ini memiliki keutaamaan khusus yakni seakan berpuasa selama setahun penuh sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Barangsiapa yang berpuasa Ramadan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia berpuasa seperti setahun penuh.” (HR. Muslim). Ibadah puasa syawal hukumnya sunah (mustahab) dalam Islam. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW dalam hadis berikut:
             من صام رمضان ثم أتبعه ستا من شوال كان كصيام الدهر
“Barangsiapa yang puasa Ramadan, lalu mengikutinya dengan puasa enam hari di bulan Syawal, maka ia mendapat pahala puasa setahun penuh” (HR. Muslim no. 1164).
Ibnu Qudamah dalam Al-Mughni mengatakan:
صَوْمَ سِتَّةِ أَيَّامٍ مِنْ شَوَّالٍ مُسْتَحَبٌّ عِنْدَ كَثِيرٍ مِنْ أَهْلِ الْعِلْمِ
“Puasa enam hari di bulan Syawal hukumnya mustahab menurut mayoritas para ulama” (Al-Mughni, 3/176).
2.      Tetap Menjaga Sholat Lima Waktu dan Sholat Jama’ah. Bukankah diantara keutamaan sholat lima waktu adalah Allah Ta’ala akan memasukkan kita ke dalam tempat yang mulia lagi sejuk. Sebagaimana Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda “Allah ‘azza wa jalla berfirman, ‘Aku wajibkan bagi umatmu sholat lima waktu. Aku berjanji pada diriku bahwa barang siapa yang menjaganya pada waktunya, Aku akan memasukkannya ke dalam surga. Adapun orang yang tidak menjaganya, maka aku tidak memiliki janji padanya’.” (HR. Sunan Ibnu Majah).
          Allah telah berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ   وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا
           Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS. An Nisa’ [4] : 59). Itulah yang seharusnya dilakukan seorang muslim.
Diketahui juga bahwa shalat berjamah tidak hanya berhukum wajib. Ada juga yang berhukum haram dan hukum-hukum lainnya. Hasan bin Ahmad al-Kaf memerinci hukum shalat berjamaah menjadi tujuh hukum yaitu: 1.    Fardhu a’in. Ini adalah hukum wajib berjamaah shalat Jumat bagi kaum laki-laki. Sehingga jika shalat Jumat tidak dilaksanakan secara berjamaah maka hukumnya pun tidak sah. 2.    Fardhu kifayah. Ini merupakan kewajiban kolektif dalam artian jika sudah ada sebagian masyarakat yang mengerjakan shalat berjamaah, kewajiban masyarakat lainnya sudah gugur. Sebaliknya, jika tidak ada yang mengerjakannya, seluruh masyarakat bisa berdosa. 3.    Sunnah. Ini seperti shalat berjamaah Hari Raya Idul Fitri, Idul Adha, Istisqa dan sebagainya. 4.    Mubah. Ini adalah shalat jamaah yang dilakukan dalam shalat-shalat yang tidak disyariatkan untuk berjamaah seperti shalat dhuha dan shalat rawatib (sebelum dan sesudah shalat). 5.    Khilaful Ula. Ini adalah ketika terjadi perbedaan niat antara imam dan makmum semisal imam berniat shalat bukan qadha (ada’) sementara makmum berniat qadha, atau sebaliknya. 6.    Makruh. Hal ini jika seseorang melakukan shalat berjamaah dengan imam yang fasik. 7.    Haram. Yakni seperti shalat berjamaah yang dilakukan di atas tanah hasil rampasan atau diperoleh dari cara yang tidak halal, di lokasi ghosob (tanpa izin) walaupun secara hukum, shalatnya tetap sah.

3. Memperbanyak Puasa Sunnah. Dari Aisyah Ummul Mukminin, ia berkata,
دَخَلَ عَلَىَّ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- ذَاتَ يَوْمٍ فَقَالَ « هَلْ عِنْدَكُمْ شَىْءٌ ». فَقُلْنَا لاَ. قَالَ « فَإِنِّى إِذًا صَائِمٌ ». ثُمَّ أَتَانَا يَوْمًا آخَرَ فَقُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ أُهْدِىَ لَنَا حَيْسٌ. فَقَالَ « أَرِينِيهِ فَلَقَدْ أَصْبَحْتُ صَائِمًا ». فَأَكَلَ.
Pada suatu hari, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menemuiku dan bertanya, “Apakah kamu mempunyai makanan?” Kami menjawab, “Tidak ada.” Beliau berkata, “Kalau begitu, saya akan berpuasa.” Kemudian beliau datang lagi pada hari yang lain dan kami berkata, “Wahai Rasulullah, kita telah diberi hadiah berupa Hais (makanan yang terbuat dari kura, samin dan keju).” Maka beliau pun berkata, “Bawalah kemari, sesungguhnya dari tadi pagi tadi aku berpuasa.” (HR. Muslim no. 1154).
            Puasa sunnah yang dapat dilakukan oleh seorang muslim usai Ramadhan adalah:
puasa enam hari di bulan Syawal, 2. puasa pada ayyamul bid tanggal 13, 14, dan 15 setiap bulannya dalam kalender hijriyah, 3. puasa senin kamis, 4. puasa Arofah (tanggal 9 Dzulhijah), 5. puasa Asyura (tanggal 10 Muharram) dan 6. jika ada yang punya kemampuan untuk melakukan puasa Daud yaitu sehari berpuasa dan sehari tidak dan seterusnya demikian. Mari kita berupaya menjalanakan puasa sunnah ini dengan pertolongan dari Sang Kuasa.
4. Menjaga Sholat Malam. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman. أَمَّنْ هُوَ قَانِتٌ آنَاءَ اللَّيْلِ سَاجِدًا وَقَائِمًا يَحْذَرُ الْآخِرَةَ وَيَرْجُو رَحْمَةَ رَبِّهِ “(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah di waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (adzab) akhirat dan mengharapkan rahmat Rabb-nya?…” [Az-Zumar/39 : 9] Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda. أَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعْدَ الصَّلاَةِ الْمَكْتُوْبَةِ الصَّلاَةُ فِيْ جَوْفِ اللَّيْلِ. “Shalat yang paling utama setelah shalat yang fardhu adalah shalat di waktu tengah malam.”

5. Berinfak
            Suatu hal yang sangat baik ketika selama Ramadan begitu banyak orang-orang yang berinfak untuk pembangunan masjid, pondok pesantren penghafal Qur’an, para fakir miskin, kegiatan dakwah dan pendidikan serta kegiatan-kegiatan lainnya yang bernilai pahala jariyah. Tentu hal ini harus ditingkatkan dengan terus berinfak walaupun Ramadan telah selesai, bukankah setiap infak yang kita keluarkan maka pasti akan diganti oleh Allah Ta’ala sebagaimana firman-Nya “Apapun harta yang kalian infakkan maka Allah pasti akan menggantikannya, dan Dia adalah sebaik-baik pemberi rezki” (QS. Saba: 39). Terus berinfak dengan menjadi donator-donatur tetap dalam hal kebaikan.


Mengubah Rutinitas Memaafkan Menjadi Kemuliaan



R. Purwantaka

*“ Mengubah Rutinitas Memaafkan Menjadi Kemuliaan”*

(“ Apakah kita akan menjadi Manusia Fiqh, Manusia Akhlaq, Manusia Taqwa ? (Cak Nun )

 

Bukankah ada seorang sahabat yang dijamin masuk surga karena selalu memaafkan kesalahan yang telah diperbuat oleh orang-orang kepadanya setiap sebelum tidur? Orang yang berjiwa besar adalah orang yang mampu memaafkan kesalahan orang lain walaupun betapa sakit hati ketika kesalahan itu dilakukan ke atas dirinya karena menyadari bahwa memaafkan juga meraih kasih sayang Allah SWT. Bukankah Allah memiliki nama “Al-Afuwwu” – Maha Pemaaf-, maka ketika kita memaafkan kesalahan orang lain kita sedang berusaha mendekatkan diri dengan Sang Maha Pemaaf.


 Allah saja menyediakan empat sifat pemaaf, bagaimana mungkin manusia memiliki kepantasan untuk tidak memaafkan sesamanya? Pada lapisan hukum atau fiqh agama, memaafkan bukan kewajiban, melainkan dianjurkan dengan sangat, dengan tujuan agar manusia menapaki kemungkinan untuk meningkat kebesaran jiwa dan kemuliaan hidup.

Akan tetapi pada tataran moral, memaafkan itu “wajib” karena akal pikiran dan rasa kebersatuan antar manusia menyimpulkannya demikian. menaikkan derajat manusia dari fiqh ke akhlaq, agar mencapai puncaknya, yakni taqwa. manusia taqwa, Anda akan menemukan kenikmatan yang tidak bisa dibayangkan oleh segala daya upaya akal maupun pengimajinasian perasaan.

Memaafkan adalah kontrak abadi kehidupan, karena betapa malunya  di hadapan Allah kalau sampai tidak  memaafkan yang Ia sendiri begitu sangat pemurah untuk memaafkan. Orang yang baik itu adalah orang mampu memaafkan orang lain. Karena memaafkan itu adalah salah satu sifat yang mulia. Karena itu, lapangkan hati untuk memaafkan orang yang pernah menyakiti dan mendzolimi diri kita.


Referensi .
Buku Tuhan pun “Berpuasa”, 1997, diterbitkan oleh Penerbit Zaituna.

Hati Yang Tersisa di Akhir Ramadhan


*“  Hati Yang Tersisa di Akhir Ramadhan !”*


*Jika ada yang membenci, ada yang memusuhi, ada yang mencaci maki ,*
Aku tidak akan  Balik Mencaci-maki dia, memusuhi, membenci .  
Tidak Merasa harus Memusuhinya,
Tidak Pula akan Membencinya  
aku juga Tidak Berpikir akan Membalas Hujatannya..."


Kalo ada orang bertanya ,  "Kenapa bisa demikian, ...?"
 "Itu karena Pikiran serta Hatiku Tidak Terfokus pada...
Siapa yang Mencaci-maki, Siapa yang Memusuhi,
Siapa yang Membenci dan Siapa yang Menghujat ku.


Pikiran dan Hati ku hanya Terfokus pada...,,
Siapa yang Menggerakkan Lidah mereka Sehingga Mencaci-maki aku,
Siapa yang Menggerakkan Jiwa nya Sehingga Memusuhi aku,
Siapa yang Menggerakkan Hati nya Sehingga Membenci aku
Siapa yang Menggerakkan Pikiran nya Sehingga membuat Mulut nya Menghujat aku..."


 *"Dia itu Siapa, ...?"*

 "DIA-lah  Gusti Alloh Sang Maha Pencipta.
DIA-lah  Yang Maha Kuasa  Atas Segala Sesuatu
Yang Sudah, Yang Belum, Yang Sedang  dan Yang Akan Terjadi.
Sehingga aku Beranggapan, Sebenarnya Cacian, Kebencian, Permusuhan​ dan Hujatan itu Sengaja Dihadirkan  Gusti  Alloh  Agar...Jiwaku Menjadi Kuat  Melewati Rintangan

Sujudku pada Mu



Sinonim dan Kesinoniman

*”Sinonim dan Kesinoniman”*


*Disusun Oleh : Pak Pur*



Secara etimologi sinonimi berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu onoma yang berarti 'nama' dan syn yang berarti 'dengan'. Secara harfiah, kata sinonimi berarti 'nama lain untuk benda atau hal yang sama'. Secara semantik, Verhaar (1978) mendefinisikan sinonimi sebagai ungkapan (bisa berupa kata, frase, atau kalimat) yang maknanya kurang lebih sama dengan makna ungkapan lain.
Untuk mendefinisikan sinonimi, ada tiga batasan yang dapat digunakan. Batasan atau difinisi itu, yaitu: (i) kata-kata dengan acuan ekstra linguistik yang sama, misalnya kata mati dan mampus; (ii) kata-kata yang mengandung makna yang sama, misalnya kata memberitahukan dan kata menyampaikan; dan (iii) kata-kata yang dapat disubtitusikan dalam konreks yang sama, misalnya kami berusaha agar pembagunan berjalan terus dan kami berupaya agar pembangunan berjalan terus. Dalam contoh tersebut, kata berusaha bersisonimi dengan kata berupaya.
Dalam setiap bahasa, termasuk bahasa Indonesia, banyak ditemui hubungan makna. Salah satunya ialah hubungan makna yang dikenal dengan sinonimi atau sinonim. Dalam beberapa buku pelajaran bahasa Indonesia, sinonim sering diartikan sebagai persamaan kata. Pengertian tersebut jelas kurang tepat karena bukan katanya yang sama, melainkan maknanya.
Lyons (1981) membedakan kata sinonim sempurna dengan kata yang bersinonimi secara absolut. Suatu kata dikatakan bersinonimi secara sempurna apabila kata-kata tersebut mengandung makna deskriftif, ekspresif, dan sosial yang sama, sedangkan suatu kata disebut bersinonimi secara absolut apabila kata-kata tersebut mempunyai distribusi yang sama dan bermakna secara sempurna didalam kehadirannya pada semua konteks.
Lyons (1977) membagi sinonim menjadi empat golongan, yakni
1) Sinonim lengkap dan mutlak, (dapat saling menggantikan (saling menyulih) dalam semua konteks)  msalnya: surat kabar dan koran
2) Sinonim lengkap dan tidak lengkap,( makna kognitif sama dengan makna emotif)  misalnya: orang dan manusia
3) Sinonim tidak lengkap dan mutlak, ( Bisa Saling menggantikan dengan makna Emotif yang berbeda ) misalnya wanita dan perempuan
4) Sinonim tidak lengkap dan tidak mutlak, ( mempunyai makna yang berkonotasi sama ) misalnya gadis dan cewek
Lyons dan Ullmann menyatakan bahwa sinonim lengkap dan mutlak sulit sekali ditemukan. Palmer (1976) menyatakan bahwa hal tersebut terjadi karena dalam suatu bahasa tidak ada alasan untuk mempertahankan dua kata yang maknanya sama.
Tujuan dan Fungsi Sinonim

Menurut Cruse (1995), kata-kata jarang sekali benar-benar bersinonim. Bahkan, pakar tersebut berpendapat bahwa change the structure of the sentence, substitute one synonym for another, and the whole effect is destroyed. Hubungan sinonimi ditandai oleh kemampuan dua leksem yang bisa saling menggantikan sebagai pengisi gatra di dalam kalimat tanpa mengubah makna. Sinonim yang tidak mengubah makna itu disebut sinonim mutlak (absolute synonym).
Dalam linguistik kontemporer terdapat aksioma bahwa kesinoniman yang mutlak tidak pernah ada. Kata atau ungkapan yang memiliki struktur fonemis yang berbeda dipastikan akan memiliki makna yang berbeda. Oleh karena itu, tidak ada kata-kata/ungkapan yang benar-benar bersinonim’. Dengan demikian, walaupun katakata/ungkapan yang bersinonim memiliki kesamaan makna, makna tersebut tidak seluruhnya sama (Adelin, 2013:3).
Jadi, kata-kata/ungkapan yang berbeda secara fonemis, maknanya juga berbeda walaupun perbedaannya hanya dalam nuansa. Menurut Soedjito (1989), sinonimi adalah persamaan arti atau makna, atau dua kata atau lebih yang memiliki makna sama. Sinonim ialah dua kata atau lebih yang maknanya (1) sama atau (2) hampir sama atau mirip.
Kridalaksana (1993) berpendapat bahwa dalam bahasa Indonesia terdapat salah satu dari dua kata atau lebih yang maknanya mirip, tetapi bukan sinonim; misalnya kata bantuan dan pertolongan. Beliau menyebut gejala tersebut sebagai sinonim dekat (near-synonym, homonym, pseudosynonym). Lain lagi dengan pendapat Verhaar (1992:394), sering dikatakan bahwa kata-kata yang bersinonim memiliki makna yang sama, hanya bentuk-bentuknya berbeda. Verhaar menegaskan bahwa sebenarnya hubungan antarsinonim ialah bahwa ada perbedaan nuansa, dan maknanya dapat dikatakan ‘kurang lebih sama’.
Djajasudarma (1993) menyatakan bahwa sinonim digunakan untuk menyatakan sameness of meaning ‘kesamaan arti’. Hal tersebut dilihat dari kenyataan bahwa para penyusun kamus menunjukkan sejumlah perangkat kata yang memiliki makna sama; semua bersifat sinonim, atau satu sama lain sama makna, atau hubungan di antara kata-kata yang mirip (dianggap sama) maknanya.
Palmer dalam Djajasudarma (1993:40) memerinci sinonim sebagai berikut.: 5
(1) Sinonim yang salah satu katanya berasal dari bahasa daerah atau bahasa asing. Misalnya, konde dan sanggul, domisili dan kediaman, khawatir dan gelisah.
(2) Sinonim yang pemakaiannya bergantung pada laras bahasa. Misalnya, dara, gadis, dan cewek; mati, meninggal, dan wafat.
(3) Sinonim yang berbeda makna emotifnya, tetapi makna kognitifnya sama. Misalnya, negarawan dan politikus; ningrat dan feodal.
(4) Sinonim yang pemakaiannya terbatas pada kata tertentu. Misalnya, busuk, basi, tengik, asam dan apek bermakna yang sama, ‘buruk’, tetapi tidak dapat saling menggantikan.
(5) Sinonim yang maknanya kadang-kadang tumpang tindih. Misalnya, bumbu dan rempahrempah; bimbang, cemas, dan sangsi; nyata dan kongkret.
Sinonim selain bisa disebut persamaan kata juga dapat dikatakan sebagai padanan kata. Misalnya: ahli = pakar; akselerasi = percepatan; akurat = saksama; andal = tangguh; anemia = kurang darah; anjung = panggung; antagonis = berlawanan; anulir = abolisi; aplikasi = pelaksanaan; boga = makanan; bonafide = dapat dipercaya; bromocorah = residivis; dehidrasi = kehilangan cairan tubuh; demisioner = habis masa jabatan; dominasi = penguasaan; donasi = bantuan; dosis = takaran; eksibisi = pertunjukan; ekskavasi = penggalian; ekspansi = perluasan; ekstensi = perluasan; elaborasi = penjelasan terperinci; embargo = larangan; epilog=penutup; estetika = keindahan; estimasi = perkiraan; etos = pandangan hidup; fauna = hewan; fenomena=kenyataan; flora=tanaman; forum=lembaga; harmonis = serasi; hayati = hidup; hedonisme = hura-hura; inheren = melekat; injeksi = suntik; insinuasi = sindiran; insting = naluri instruktur = pelatih; interaksi = hubungan; iterasi = perulangan klarifikasi = penjelasan; klimaks = titik puncak; konsensus = mufakat; konservasi = perlindungan; korelasi = hubungan; krusial = penting manunggal = bersatu; mayapada = dunia; mediator = perantara; misteri = rahasia; paradoksal = kontras; pioner = perintis.
Bentuk bahasa atau ungkapan yang memiliki persamaan makna itu dapat berupa morfem dengan morfem, kata dengan kata, frasa dengan frasa, dan sebagainya.
(a) Sinonim morfem (bebas) dengan morfem (terikat), seperti dia dan –nya.
(b) Sinonim kata dengan kata, seperti antara mati dan meningal; buruk dan jelek; bunga dan puspa, dan sebagainya.
(c) Sinonim kata dengan frasa atau sebaliknya. Misalnya, meninggal dan tutup usia; besar kepala dan sombong,
(d) Sinonim frasa dengan frasa. Misalnya, ayah ibu dan orang tua; meninggal dunia dan berpulang ke rahmatullah.
(e) Sinonim kalimat dengan kalimat, seperti Adik menendang bola dengan Bola ditendang Adik.
Sinonim Mutlak yang Berskala Sinonim mutlak adalah pasangan kata yang mengandung semacam kemiripan semantik satu sama lain. Ullmann (1964:142--143) dalam Djajasudarma (1993) berpendapat 6 bahwa sinonim mutlak masih memiliki skala atau derajat kesinoniman, yang terdiri atas sembilan macam, yaitu berupa
(1) yang menonjolkan makna emotif, misalnya mungil dan kecil; bersih dan ceria; hati kecil dan hati nurani;
(2) yang bersifat mencela atau tidak membenarkan, misalnya boros dan tidak hemat; hebat dan dahsyat;
(3) yang memiliki makna lebih umum (generik), misalnya menghidangkan dan menyediakan;
(4) yang memiliki makna lebih intensif, misalnya jenuh dan bosan; kejam dan bengis; imbalan dan pahala;
(5) yang lazim dipakai dalam bahasa percakapan, misalnya kayak dan seperti; ketek dan ketiak;
(6) yang dipakai dalam bahasa kanak-kanak, misalnya pipis dan berkemih; mimik dan minum; bobo dan tidur;
(7) yang dipakai di daerah tertentu, misalnya cabai dan lombok; sukar dan susah; lepau dan warung; katak dan kodok; sawala dan diskusi.
(8) yang menjadi istilah bidang tertentu, misalnya plasenta dan ari-ari; ordonansi dan peraturan; disiarkan dan ditayangkan; dan
(9) yang banyak dipakai dalam ragam tulis, misalnya selalu dan senantiasa; enak dan lezat; lalu dan lampau.
Sinonim mutlak dalam bahasa Indonesia, sebenarnya, dapat berupa
(1) sinonim lengkap dan mutlak, misalnya surat kabar dan koran;
(2) sinonim lengkap dan tidak mutlak, misalnya orang dan manusia;
(3) sinonim tidak lengkap dan mutlak, misalnya wanita dan perempuan;
(4) sinonim tidak lengkap dan tidak mutlak, misalnya gadis dan cewek.
Jadi, sinonim absolut (absolute synonym) adalah pasangan kata atau frasa yang memiliki makna benar-benar sama dalam segala konteks. Akan tetapi, tidak ada sinonim yang benar-benar punya makna yang sama dalam semua konteks atau level sosial suatu Bahasa.
Sinonim Kognitif (Cognitive Synonym) Yang dimaksud dengan sinonim kognitif adalah kata-kata yang memiliki kelas kata atau fungsi sintaksis yang sama, seperti nomina atau verba, yang dalam satu konteks kalimat maknanya sama, tetapi dalam konteks yang lain maknanya tidak sama, seperti kategori nomina: violin dan fiddle.
Perhatikan dua kalimat di bawah ini.
1. He plays a violin very well.
2. He plays a fiddle very well.
Dalam kedua kalimat tersebut, baik kata violin maupun fiddle termasuk alat musik gesek (stringed musical instruments) yang memiliki makna biola. Akan tetapi, kata violin dan fiddle sendiri memiliki perbedaan dalam cara memainkannya, yaitu kalau violin dimainkan dalam bentuk musik klasik (classical music) sedangkan fiddle dimainkan dalam musik rakyat (folk music). Oleh karena itu, dalam semantik tidak ada yang disebut sinonim penuh (full synonym).
Contoh sinonim kognitif lain yang berupa verba adalah pass away dan die. Perhatikan dua kalimat di bawah ini.
3. My grandfather passed away yesterday.
4. My grandfather died yesterday.
Dalam kedua kalimat tersebut, baik kata passed away maupun died sama-sama memiliki makna ‘meninggal dunia’, ‘mati’, ‘berpulang ke rahmatullah’, dan sebagainya. Akan tetapi, ada sedikit perbedaan dari segi kondisi makna tersebut, yaitu kata passed away maknanya lebih halus (terhormat) daripada kata died yang agak kasar.
Plesionim Plesionim adalah jenis sinonim yang menegaskan sesuatu, sekaligus menyangkal sesuatu yang lain, seperti dalam kalimat berikut.
He is by no means fearless, but he’s extremely brave
Jadi, plesionim atau ‘hampir sinonim’ adalah pasangan kata atau frasa yang menghasilkan kalimat dengan kondisi kebenaran yang berbeda. Plesionim adalah pasangan kata atau frasa yang berbeda pada Capital trait, tetapi sama dalam Subordinate traits. Misalnya, ungkapan sakit hati (lever) harus diobati dokter bedah yang berbeda maknanya dengan sakit hati yang bersifat kejiwaan, yang harus diobati dengan keikhlasan dan memaafkan oraang yang menyakiti” kita.
Sebenarnya, kedua pasang ungkapan tersebut hanya memiliki kesamaan fonologis, dan tidak memiliki kesamaan semantis.
Sinonim Selaras Menurut Cruse (1995), sinonim selaras terjadi pada sinonim kognitif dan plesionim yang saling berhubungan. Dalam sinonim kognitif dan plesionim terdapat korelasi (hubungan) keselarasan, bahkan berkorelasi sempurna. Secara sederhana, sinonim selaras adalah beberapa kata atau ungkapan yang memiliki komponen makna yang sama, tetapi satu di antaranya memiliki komponen makna yang agak luas (berkaitan dengan luas dan sempitnya makna).
Kadang-kadang dalam satu kelompok unsur yang bersinonim terdapat satu kata sebagai atasan dan dua atau lebih unsur sebagai hiponimnya. Kata buah-buahan memiliki makna yang selaras dengan mangga, salak, pepaya, dan melon. Untuk kelompok kata-kata tersebut kata buah-buahan dapat dijadikan sebagai atasan (hiperonim), sedangkan kata-kata mangga, salak, pepaya, dan melon berstatus sebagai hiponimnya.
Kesinoniman juga dapat diklasifikasi berdasarkan komponen maknanya sebagai berikut.
a. Hubungan Kesamaan (identity) Sinonim jenis hubungan kesamaan terjadi karena dua kelas (kelas A dan kelas B) mempunyai komponen makna yang sama dan kedua kelas itu terdapat dalam sintaktis yang sama. Pada kalimat deklaratif keduanya ekuivalen ketika menjadi pengisi X. Di dalam bahasa Inggris, Cruse (1995), seperti sudah dibahas di atas, mencontohkan kata fiddle dan violin seperti pada kalimat (1) He plays fiddle very well. Kalimat itu memperikutkan dan diperikutkan makna (2) He plays violin very well. karena makna kedua kata itu benar-benar identik walaupun, sebenarnya, dalam konteks lain kedua alat musik tersebut berbeda makna secara halus, yaitu alat musik rakyat dan alat musik gesek.
b. Hubungan Tumpang Tindih (overlap) Hubungan tumpang tindih terjadi karena ungkapan A dan ungkapan B memiliki komponen makna yang sama, tetapi ungkapan A memiliki komponen makna yang tak terdapat pada ungkapan B. Perhatikan bahwa makna abu rokok terasa mengandung proses perubahan dari rokok menjadi sisa hasil bakaran. Akan tetapi, proses perubahan menjadi sisa hasil bakaran seperti itu tidak dimiliki oleh makna kata debu. Itu sebabnya abu rokok dan abu gosok (sisa bakaran sekam padi) berterima, tetapi *debu rokok dan *debu gosok (terasa janggal).
c. Hubungan Derajat (Bertingkat) Dua buah ujaran yang bersinonim maknanya tidak akan persis sama. Ketidaksamaan itu terjadi karena berbagai faktor, antara lain faktor waktu, faktor tempat atau wilayah, faktor keformalan, faktor sosial, faktor bidang kegiatan, faktor nuansa makna. Perhatikan uraian berikut ini. (Karim dkk., 2013:35—42).
Pertama, faktor waktu. Misalnya kata hulubalang bersinonim dengan kata komandan. Akan tetapi, kata hulubalang memiliki pengertian klasik, sedangkan kata komandan tidak memiliki pengertian klasik. Dengan kata lain, kata hulubalang hanya cocok digunakan pada konteks yang bersifat klasik. Sebaliknya, kata komandan tidak cocok untuk konteks klasik. Kedua, faktor tempat atau wilayah.
Misalnya, kata saya dan kata abdi adalah dua buah kata yang bersinonim. Namun, kata saya dapat digunakan di mana saja, sedangkan kata abdi hanya cocok untuk masyarakat Sunda Jawa Barat, atau dalam konteks masyarakat yang berasal dari daerah Bandung.
Faktor keformalan. Misalnya, kata uang dan duit adalah dua buah kata yang bersinonim. Namun, kata uang dapat digunakan dalam ragam formal dan takformal, sedangkan kata duit hanya cocok untuk ragam tidak formal.
Faktor sosial. Misalnya, kata saya dan kata aku adalah dua buah kata yang bersinonim. Akan tetapi, kata saya dapat digunakan oleh siapa saja dan kepada siapa saja, sedangkan kata aku hanya dapat digunakan terhadap orang yang sebaya, yang dianggap akrab, atau kepada yang lebih muda atau lebih rendah kedudukan sosialnya.
Bidang kegiatan. Misalnya, kata matahari dan kata surya adalah dua buah kata yang bersinonim. Namun, kata matahari bisa digunakan dalam kegiatan apa saja, atau dapat digunakan secara umum, sedangkan kata surya hanya cocok digunakan pada ragam khusus. Terutama dalam ragam sastra.
Faktor nuansa makna. Misalnya, kata-kata melihat, melirik, menonton, meninjau, dan mengintip adalah sejumlah kata yang bersinonim. Namun, di antara yang satu dengan yang lainnya tidak selalu dapat dipertukarkan, karena masing-masing memiliki nuansa makna yang tidak sama. Kata melihat memiliki makna umum; kata melirik memiliki makna melihat dengan sudut mata; kata menonton memiliki makna melihat untuk kesenangan; kata meninjau memiliki makna melihat dari tempat yang jauh; dan kata mengintip memiliki makna melihat dari atau melalui celah sempit.
Dapat disimpulkan, bahwa dua buah kata yang bersinonim tidak akan selalu dapat dipertukarkan atau disubsitusikan. (Karim, 2013:17-- 41). Faktor lain adalah, ketidakberterimaan sebuah kalimat akibat faktor semantik bisa terjadi karena makna sebuah kata, atau juga pada makna keseluruhan kalimat. Misalnya, kesalahan dalam memilih kata (diksi), kesalahan faktual, kesalahan secara semantik dan sosial, kesalahan karena bermakna ganda (ambuguitas) dan kesalahan penggunaan kata ganti yang tidak jelas.
Beberapa Kendala dalam Penggunaan Kesinoniman Pilihan kata atau diksi merupakan unsur yang sangat penting dalam berbahasa, baik dalam bahasa tulis, seperti untuk karang-mengarang, maupun dalam bahasa lisan seharihari. Pilihan kata bertujuan agar dalam menyatakan sesuatu, pemakai bahasa harus memilih kata dengan tepat. Untuk itu, pemakai bahasa dapat memanfaatkan kamus karena kamus memuat makna kata dengan benar. Seperti sudah dibahas pada bagian terdahulu, tidak semua kata bersinonim dapat saling menggantikan dalam sebuah kalimat dan dapat digunakan dalam setiap kesempatan.
Ciri-ciri Sinonim
Sinonim   memiliki   beberapa   cirri   yang   dapat   membantu   untuk   menentukan   kesamaan   antara   satu   kata   dengan   kata   yang   lain. Hubungan   antara   kata   yang   sama   makna dengan kata lain yang menyamainya disebut kesinoniman.

Hubungan makna dalam sinonim ini bersifat dua arah. Dengan kata lain, suatu kata dapat disebut bersinonim bila kata tersebut dapat menggantikan kata yang lain atau sebaliknya dalam sebuah kalimat. Secara jelas dapat dilihat antara kata benar dan bentul dalam kalimat berikut:
  • Jawaban anak kecil itu benar.
  • Jawaban anak kecil itu betul.

Dua kalimat di atas menunjukkan kata benar dan kata betul dapat saling menggantikan. Kedua kata tersebut dapat saling menggantikan tanpa mengubah makna kalimat tersebut. Sinonim tidak hanya terjadi antara satu kata dengan satu kata yang lain, tetapi juga terjadi antara satu kata dengan beberapa kata. Perhatikan contoh berikut:
  • Haluan = arah, hadapan, jurusan, tujuan
  • Sebut = ujar, ucap, tutur
  • Lembah = jurang, kaki bukit, kanyon, ngarai
  • Embun = halimun, kabut, uap air
  • Sudut = siku, ujung, penjuru

Contoh tersebut menunjukkan satu kata dapat memiliki dua kata atau lebih yang bermakna sama atau hampir sama. Ciri suatu kata dapat dikatakan bersinonim adalah kemampuannya untuk saling menggantikan atau dapat dipertukarkan.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sinonim. Faktor-faktor yang mempengaruhi sinonim menurut Chaer (2009), yaitu:
1.    Faktor Waktu
Contoh : Hikayat = Cerita

Kata hikayat bersinonim dengan kata cerita. Namun, kedua kata tersebut tidak dapat langsung ditukar karena kata hikayat hanya cocok untuk situasi kuno atau arkais. Sementara itu, kata cerita hanya cocok untuk situasi masa kini.
2.    Faktor Tempat atau Daerah
Contoh : Saya = Abdi

Kata saya dan abdi adalah bersinonim. Namun, kata abdi hanya cocok digunakan dalam konteks pemakaian bahasa Sunda, sedangkan kata saya dapat digunakan secara umum di seluruh Indonesia.
3.    Faktor Sosial
Contoh : Aku = Saya

Kata aku dan saya adalah kata ganti orang pertama tunggal yang bersinonim. Namun, kata aku hanya dapat digunakan untuk teman sebaya dan tidak dapat digunakan kepada orang yang lebih tua atau status sosialnya lebih tinggi. Sementara itu, kata saya dapat digunakan untuk setiap lawan bicara.
4.    Faktor Bidang Kegiatan
Contoh : Tasawuf = Kebatinan, Mistik

Kata tasawuf, kebatinan, dan mistik adalah tiga buah kata yang bersinonim. Namun, kata tasawuf hanya lazim dalam agama Islam, kata kebatinan untuk yang bukan Islam, dan kata mistik untuk semua agama. Contoh lain ialah kata matahari bersinonim dengan kata surya, tetapi kata surya hanya cocok atau hanya lazim digunakan dalam sastra, sedangkan kata matahari dapat digunakan secara umum.
5.    Faktor Keformalan
Contoh : Istri = Bini

Kata istri dan kata bini adalah dua kata yang bersinonim. Namun, kata istri dapat digunakan dalam ragam formal dan nonformal, sedangkan kata bini hanya cocok ragam nonformal.
6.    Faktor Nuansa Makna
Contoh : Melihat = Melirik, Melotot, Meninjau, Mengintip

Misalnya kata-kata melihat, melirik, melotot, meninjau, dan mengintip adalah kata-kata yang bersinonim. Kata melihat memang bisa digunakan untuk menyatakan melihat dengan sudut mata; kata melotot hanya digunakan untuk melihat dengan mata terbuka lebar; kata meninjau hanya digunakan untuk melihat dari tempat yang jauh atau tempat tinggi, dan kata mengintip hanya cocok digunakan untuk melihat dari celah yang sempit.
D.  Jenis Sinonim
Berbagai jenis sinonim, antara lain sebagai berikut:
  1. Sinonim total-sempurna : Memiliki identitas makna konseptual dan asosiatif yang sama dan saling bertukar dalam semua konteks. Sinonim ini jarang ada sehingga dipakai alasan untuk menolak adanya sinonim.
  2. Sinonim sempurna tantotal : memiliki identitas makna konseptual dan asosiatif yang sama tetapi tidak dapat saling mengganti dalam semua konteks. Misalnya : penimbunan dan spekulasi.
  3. Sinonim total tansempurna : tidak memiliki identitas yang sama, tetapi saling mengganti dalam setiap konteks. Misalnya, kata bantuan dan pertolongan.

Berdasarkan jenis sinonim di atas, kesinoniman dapat diukur dua kriteria, yakni :
  1. Kata-kata yang bersinonim itu memiliki makna yang mirip dan saling bertukar dalam semua konteks yang disebut sinonimi total.
  2. Kata-kata yang bersinonim itu memiliki identitas makna konseptual dan makna asosiatif yang sama disebut sinonimi sempurna.
Kemunculan Sinonim Menurut Aminuddin (2008), ada lima cara yang dapat digunakan dalam menentukan kemungkinan adanya sinonim. Kelima cara yang dimaksud adalah:
1. Seperangkat sinonim itu mungkin saja merupakan kata-kata yang digunakan dalam dialek yang berbeda-beda. Kata pena dan rika dalam bahasa Jawa dialek Surabaya memiliki terjemahan kedalam bahasa Indonesia yang persis sama dengan koen atau kowe dalam bahasa Jawa dialek Malang. Akan tetapi, apabila dalam setiap dialek masing-masing Universitas Sumatera Utara
2. kata tersebut memiliki makna dasar berbeda-beda, kata-kata tersebut tidak dapat ditentukan sebagai sinonim.
3. Suatu kata yang semula dianggap memiliki kemiripan atau kesamaan makna, setelah berada dalam berbagai pemakaian ada kemungkinan membuahkan makna yang berbeda-beda. Kata bisa dan dapat, misalnya, meskipun secara leksikal merupakan sinonim, dalam konteks pemakaian “Saya nanti bisa datang” dan “Saya nanti dapat datang” tetap pula dapat dianggap sinonim. Sewaktu berada dalam konteks pemakaian “Bisa ular itu berbahaya”, kedua kata tersebut tidak dapat lagi disebut sinonim.
4. Suatu kata, apabila ditinjau berdasarkan makna kognitif, makna emotif, maupun makna evaluatif, mungkin aja akhirnya menunjukkan adaya karakteristik tersendiri meskipun dalam pemakaian sehari-hari semula dianggap memiliki kesinoniman dengan kata lainnya. Bentuk demikian misalnya dapat ditemukan dalam pasangan kata ilmu dan pengetahuan, mengamati dan meneliti serta antara mengusap dengan membelai. Apabila hal itu terjadi, maka kata-kata yang semula dianggap sinonim itu harus dianggap sebagai kata yang berdiri sendiri-sendiri.
5. Suatu kata yang semula memiliki kolokasi sangat ketat, misalnya antara kopi dengan minuman maupun pohon dengan batang, seringkali dipakai secara tumpang tindih karena masing-masing dianggap memiliki kesinoniman. Hal itu tentu saja tidak benar karena masing-masing kata tersebut jelas masih memiliki makna sendiri-sendiri. Sebab itu, pemakaian yang tumpang tindih dapat mengakibatkan adanya salah pengertian.
6. Kekurangtahuan terhadap nilai makna suatu kata maupun kelompok kata, seringkali bentuk kebahasaan yang berbeda-beda begitu saja dianggap sinonim, misalnya antara bentuk kembali ke pangkuan ilahi dengan meninggalkan dunia kehidupan, antara merencanakan dengan menginginkan, serta antara gambaran dengan bayangan.
Jenis - jenis Sinonim Menurut pendapat Muniah  (2000) dalam bahasa Indonesia terdapat lima bentuk sinonim berikut ini.
1. Kata dasar bersinonim dengan kata dasar. cantik : anggun, ayu, elok hidup : jiwa, nyawa, tumbuh
2. Kata dasar tunggal bersinonim dengan kata majemuk Gelandangan : tunawisma Pembantu : pramuwisma
3. Kata tunggal bersinonim dengan frasa asmara : cinta berahi, cinta kasih muhibah : cinta kasih, rasa sahabat
4. Kata majemuk bersinonim dengan kata tunggal awan hitam : mendung sakit hati : kecewa
5. Frase bersinonim dengan frase tinggi hati : besar kepala merah jambu : merah muda
Dengan ini kami juga akan memberikan perbedaan dari macam – macam kata sinonim, yaitu sebagai berikut :

1. Sinonim Absolut

Sinonim absolut yaitu relasi arti dari dua kata atau lebih yang sama pada semua konteks, didalam sebuah bahasa, kata yang bersinonim absolut pada umumnya jarang ditemukan.

2. Sinonim Proporsional

Sinonim proporsional yaitu relasi arti dari dua kata atau lebih yang bisa berhubungan dengan beberapa ekspresi tanpa menimbulkan perbedaan arti, sinonim proporsional dibedakan pada tingkat makna ekspresi, ucapan dan cara pembicaraan seperti kata suami dan laki, kata anda dan saya, kata buat dan bikin.

3. Sinonim Dekat

Sinonim dekat yaitu relasi arti antara dua kata atau lebih yang sebagian kata memiliki arti sama seperti kata besar dan luar biasa, kata cantik dan ayu, kata rabun dan buta, kata peka dan tuli.

Penyebab Terjadi Perbedaan Sinonim

Berikut ini terdapat kata yang menyebabkan terjadinya perbedaan menggunkan sinonim, diantaranya yaitu :

1. Perbedaan Kebiasaan Atau Dialek

Penyebab perbedaan kebiasaan atau dialek merupakan perbuatan dari orang setempat yang bisa membuat perbedaan pada kata sinonim, misalnya kata bahasa dalam jakarta untuk kata saya menggunakan kata dialek gue, dalam bahasa dialek ambon menggunakan kata beta, dan dalam dialek bahasa Indonesia yang benar memang memakai kata saya dan aku, itu merupakan pengabungan dari dua kata sinonim.

2. Perbedaan Penggunaan

Penyebab perbedaan penggunan pada sinonim bisa terjadi karena adanya perbedaan dalam kata tersebut tapi sebenarnya memiliki makna yang sama, seperti kata aku dan saya, pada kata aku pada umum nya digunakan untuk orang terdekat seperti pada orang tua, kakak, atau adek sedangan kan untuk kata saya digunkan untuk orang yang menurut kita disegankan seperti pada guru atau pada orang yang tidak dikenal.

3. Perbedaan Hiponim

Penyebab perbedaan hiponim biasa terjadi dalam kata sononim karena adanya perbedaan dari hiponim, misalnya pada kata kerbau yang merupakan hoponim dari kata hewan atau binatang.

4. Perbedaan Nilai Kata

Perbedaan nilai kata biasa terjadi karena adanya sinonim perbedaan kata, misalnya dalam kata gue lebih halus jika menggunakan kata saya, kata gue yang memberi dia lebih halus jika menggunkan kata saya yang memberi dia, itulah yang dimaksud dengan nilai kata.

Jenis Jenis Sinonim

Berikut ini terdapat beberapa jenis yang perlu anda ketahui untuk membuat soninim kata, yaitu sebagai berikut :
  1. Jenis sinonim memiliki kata lengkap, nyata, dan jelas, misalnya untuk membuat koran atau surat cerita.
  2. Jenis Sinonim memiliki perkatan lengkap dan juga sinonim tidak lengkap, misalnya kata aku dan saya.
  3. Jenis sinonim memiliki kata tidak lengkap dan juga tidak nya, seperti kata laki dan cowok.

Sinonim Persamaan Kata Lawan

  1. Mas = kakak
  2. Mbak = ayuk
  3. Abadi = awet
  4. Dahulu = awal
  5. Daif = Cacat
  6. Ejek = Meledek
  7. Ekor = akhir
  8. Eksak = akurat
  9. Eksklusif = Idiosinkretis
  10. Fana = sementara
  11. Fasih = bijak
  12. Gadai = mempertaruhkan
  13. Hiruk = berisik
  14. Homogen = sama
  15. Ekonomis = cermat
  16. Ilmiah = kelimuan
  17. Jahat = bandel
  18. Jalang = beringas
  19. Janda = balu
  20. Jawab = balas
  21. Baju = pakaian
  22. Kosong = Tidak berisi
  23. Menyukai = Menyenangi
  24. Meminta = Memohon
  25. Lemah = Tidak berdaya
  26. Kebut = Kencang
  27. Tumbuhan = Flora
  28. Mudah = Gampang
  29. Memohon = Meminta
  30. Sulit = Sukar
  31. Pendek = Rendah
  32. Lunak = Lembek
  33. Pelit = Kikir
  34. Miskin = Tidak Mampu
  35. Kaya = Mampu
  36. Hitam = Gelap
  37. Putih = Terang
  38. Saya = Aku
  39. Kama = Kau
  40. Bersamaan = Berbarangan

2. Sinonim Samaran

  1. Fasih = bacar, cepat, galir, bijak, lancar, calar
  2. Cantik = rupawan, anggun, ayu, laksmi, pantas, bagus, mahligai, kirana, elegan, geulis.
  3. Panik = tegang, berpencar, salah tingkah, belingsatan, buncah, gagap, gamam
  4. Hadir = datang, tiba, sampai, mampir, berlabuh, mendarat, berkunjung, merapat, singgah
  5. Kontroversi = perdebatan, polemik, perbantahan, pertengkaran, pertikaian, prahara, permasalahan
  6. Deskripsi = penjabaran, penjelasan
  7. Asumsi = anggapan, pendapat
  8. Andal = tangguh, kuat
  9. Akurat = seksama, tepat
  10. Ceroboh = sembarangan, gegabah

3.Sinonim Dalam Kalimat

  1. Sepeda motor pak Toni dibeli dengan menggunakan cara kredit, karena ia lebih suka mencicil dari pada membayar penuh, jadi sinonim dari kalimat tersebut yaitu kredit  atau disebut mencicil
  2. Kebanyakan orang menyukai seseorang yang jujur bukan orang yang suka berdusta, karena orang berdusta hanyalah tukang pembohong, sinonim dari kata berdusta yaitu berbohong.
  3. Jika dilihat dari segi perspektif hukum semua yang anda lakukan terbukti melanggar hukum, sinonim dari kata perspektif yaitu sudut pandang
  4. Indonesia akhirnya membuka asa untuk tampil pada final piala Uber tahun ini, sinonim dari kata asa yaitu harapan
  5. Hal paling utama dari naik kelas adalah proses pembelajaran dan pemahaman pelajaran pada setiap kelasnya, sinonim dari kata utama yaitu primer
  6. Anita memiliki paras yang sangat cantik, sehingga membuat semua anak laki-laki di sekolah merasa kagum saat melihatnya. Sinonim dari kata paras yaitu wajah atau bentuk
  7. Lina tampak sangat sedih saat ia melihat neneknya meninggal dunia tadi malam, sinonim dari kata meninggal yaitu mati.
  8. Apabila kamu berusaha dengan sungguh – sungguh dan selalu bekerja keras, niscaya semua impianmu akan segera tercapai. sinonim dari kata niscaya yaitu pasti.
  9. Nenek selalu mempunyai harapan supaya semua cucunya bisa meraih kesuksesan saat dewasa nanti, sinonim dari kata mempunyai yaitu memiliki.
  10. Tim basket di sekolahku memiliki target untuk memenangkan perlombaan antar sekolah tahun ini, sinonim dari kata target yaitu sasaran.
  11. Cara pemakaian alat teknologi terbaru itu memang sangat dibutuhkan supaya orang awam bisa mengerti dengan baik bagaimana cara memanfaatkan teknologi tersebut, sinonim dari kata awam yaitu umum.
  12. Pekara ini sebenarnya bukanlah sebuah perkara yang sukar jika diselesaikan dengan kepala dingin, sinonim dari kata sukar yaitu sulit
  13. Bahagia rasanya jika mendekati waktu Lebaran dimana semua keluarga besar akan berkumpul bersama, sinonim kata bahagia yaitu senang.


http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/52099/Chapter%20II.pdf?sequence=3&isAllowed=y
Puspitasari, Linda. 2013. Sinonim, Antonim, dan Padanan Kata. Infra Pustaka. Depok.
KESINONIMAN DALAM BAHASA INDONESIA E. Zaenal Arifin Universitas Indraprasta PGRI