Selasa, 27 Juli 2021

 Tugas Modul 20 Kelas XI


Pesan Buku Fiksi



KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI, PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT SEKOLAH MENENGAH ATAS

2O2O

 

 

 

 

 

 

od  I        bel   ra



 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

PESAN BUKU FIKSI BAHASA INDONESIA KELAS XI

 

 

 

 

 

 


 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR ISI

PENYUSUN............................................................................................................. 2

DAFTAR ISI............................................................................................................. 3

GLOSARIUM........................................................................................................... 4

PETA KONSEP........................................................................................................ 5

PENDAHULUAN..................................................................................................... 6

A.                Identitas Modul.................................................................................................. 6

B.                 Kompetensi Dasar.............................................................................................. 6

C.                 Deskripsi Singkat Materi................................................................................... 6

D.                Petunjuk Penggunaan Modul............................................................................. 7

E.                  Materi Pembelajaran.......................................................................................... 7

KEGIATAN PEMBELAJARAN 1........................................................................... 8

Pesan Buku Fiksi...................................................................................................... 8

A.                Tujuan Pembelajaran.......................................................................................... 8

B.                 Uraian Materi..................................................................................................... 8

C.                 Rangkuman....................................................................................................... 12

D.                Latihan Soal...................................................................................................... 12

E.                  Penilaian Diri................................................................................................... 17

KEGIATAN PEMBELAJARAN 2......................................................................... 19

Ulasan Buku Kumpulan Puisi................................................................................ 19

A.                Tujuan Pembelajaran........................................................................................ 19

B.                 Uraian Materi................................................................................................... 19

C.                 Rangkuman....................................................................................................... 23

E.  Penilaian Diri................................................................................................... 27

EVALUASI............................................................................................................. 28

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 33


 

 

 

 

GLOSARIUM

 

Faktual

:

berdasarkan kenyataan; berisi kebenaran.

Fiksi

:

cerita rekaan (roman, novel, dan sebagainya); rekaan khayalan; tidak berdasarkan kenyataan; pernyataan yang hanya berdasarkan khayalan atau pikiran.

Novel

:

karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku.

Puisi

:

ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait; gubahan dalam bahasa yang bentuknya dipilih dan ditata secara cermat sehingga mempertajam kesadaran orang akan pengalaman hidup dan membangkitkan tanggapan khusus lewat penataan bunyi,

irama, dan makna khusus; sajak.

Teks

:

 

 

 

1.      naskah yang berupa kata-kata asli dari pengarang;

2.      kutipan dari kitab suci untuk pangkal ajaran atau alasan;

3.      bahan tertulis untuk dasar memberikan pelajaran berpidato, dan sebagainya;

4.      wacana tertulis

Ulasan

:

kupasan; tafsiran; komentar.


 

 

 

 

PETA KONSEP



 

PENDAHULUAN

A.        Identitas Modul

 

Nama Mata Pelajaran

:

Bahasa Indonesia

Kelas/semester

:

XI/dua

Alokasi Waktu

:

4 jam pelajaran ( 2 x pertemuan)

Judul Modul

:

Ulasan buku fiksi

 

B.         Kompetensi Dasar

3.20 Menganalisis pesan dari dua buku fiksi (novel dan buku kumpulan puisi) yang dibaca.

4.20 Menyusun ulasan terhadap pesan dari dua buku kumpulan puisi yang dikaitkan dengan situasi kekinian.

 

C.        Deskripsi Singkat Materi

Hallo anak-anak, bagaimana kabar kalian? Semoga kalian tetap semangat dalam belajar. Berjumpa dalam modul pembelajaran Bahasa Indonesia. Dalam modul ini akan dibahas hakikat fiksi, jenis-jenis fiksi, hakikat novel dan puisi, dan yang terakhir unsur-unsur novel dan puisi.

Apakah kalian pernah membaca novel? Cerpen? Roman? Ketiganya merupakan fiksi. Apakah puisi termasuk ke dalam fiksi? Di dalam buku Pengkajian Puisi, Pradopo (2014: 4—5) menyatakan bahwa pada waktu sekarang, sering orang tidak dapat membedakan antara puisi dan prosa jika hanya melihat bentuk visualnya sebagai karya tulis. Misalnya sajak Sapardi Djoko Damono dan cerpen Eddy D. Iskandar berikut ini.

 

AIR SELOKAN

“Air yang diselokan itu mengalir dari rumah sakit”, katamu pada suatu hari Minggu pagi. Waktu itu kau berjalan-jalan bersama isterimu yang sedang mengandung—ia hampir muntah karena bau sengit itu.

…..

(Sapardi Djoko Damono-Perahu Kertas)

 

Yang di bawah ini cerpen Eddy D. Iskandar.

NAH

Nah, karena suatu hal, maafkan Bapak datang terlambat. Nah, mudah-mudahan kalian memaklumi akan kesibukan Bapak. Nah, tentang pembangunan masjid ini yang dibiayai oleh kalian bersama, itu sangat besar pahalanya. Nah, Tuhan pasti akan menurunkan rahmat yang berlimpah ruah….

(Eddy Iskandar-Nah)

 

Sapardi Djoko Damono memaksudkan tulisannya itu sebagai puisi, sedangkan Eddy D. Iskandar memaksudkan sebagai cerita pendek, prosa. Akan tetapi, bila hanya dilihat bentuk lahirnya, bentuk visualnya, cara menulisnya, maka tidak ada bedanya, sama-sama berbentuk bebas. Bahkan, karena bentuk atau puisi ciri visual tidak dapat membedakan prosa dan puisi, maka pada waktu sekarang


 

niat pembacalah yang menjadi ciri sastra yang utama, termasuk dalamnya puisi, kalau tidak satu-satunya ciri, mengingat bahwa pembacalah yang memberi makna.

 

D.        Petunjuk Penggunaan Modul

Untuk membekali kemampuan kalian, dalam modul ini kalian akan belajar: Pertama : menganalisis pesan buku fiksi;

Kedua      : menyusun ulasan terhadap pesan dari buku kumpulan puisi yang dikaitkan dengan situasi kekinian.

Agar modul dapat digunakan secara maksimal. Maka diharapkan kalian melakukan langkah-langkah sebagai berikut :

1.       Pelajari dan pahami peta materi yang disajikan dalam setiap modul.

2.       Pelajari dan pahami tujuan yang tercantum dalam setiap kegiatan pembelajaran.

3.       Pelajari uaraian materi secara sistematis dan mendalam dalam setiap kegiatan pembelajaran.

4.       Cobalah untuk mengerjakan soal latihan.

5.       Jika sudah mengerjakan soal latihan, coba kalian mengerjakan soal evaluasi, jika sudah buka kunci jawaban yang ada pada bagian akhir modul. Hitunglah skor yang kalian peroleh.

6.       Jika skor masih di bawah 70, cobalah membaca kembali materinya, kemudian kalian kerjakan kembali soal yang masih salah.

7.       Jika skor kalian sudah mencapai tujuh puluh atau lebih, kalian bisa melanjutkan ke pembelajaran berikutnya.

E.         Materi Pembelajaran

Modul ini terbagi menjadi 2 kegiatan pembelajaran dan di dalamnya terdapat uraian materi, contoh soal, soal latihan dan soal evaluasi.

Pertama : menganalisis pesan buku fiksi;

Kedua      : menyusun ulasan terhadap pesan dari buku kumpulan puisi yang dikaitkan dengan situasi kekinian.


 

KEGIATAN PEMBELAJARAN 1

Pesan Buku Fiksi

A.        Tujuan Pembelajaran

Setelah kegiatan pembelajaran 1 ini diharapkan

1.           menganalisis pesan buku fiksi;

2.           menyusun ulasan terhadap pesan dari buku kumpulan puisi yang dikaitkan dengan situasi kekinian.

B.         Uraian Materi

Pada pembahasan pertama ini, kalian akan memahami hakikat fiksi, jenis-jenis fiksi, dan yang terakhir unsur-unsur fiksi.

 

1.     Hakikat Fiksi

Nurgiyantoro (2015: 2) menyatakan bahwa fiksi merupakan suatu karya yang menceritakan sesuatu yang bersifat rekaan, khayalan, sesuatu yang tidak ada sehingga tidak perlu dicari kebenarannya pada dunia nyata.

Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2015: 2) menyatakan bahwa fiksi merupakan cerita rekaan atau cerita khayalan, hal itu disebabkan fiksi merupakan karya naratif yang isinya tidak menyaran pada kebenaran faktual, sesuatu yang benar-benar terjadi.

Nah, sekarang kalian sudah tahu kan apa yang dimaksud fiksi? Jika sudah mari kita lanjut ke jenis-jenis fiksi.

2.           Jenis-Jenis Fiksi

Seperti halnya dalam kesastraan Inggris dan Amerika, teks fiksi menunjukan pada karya yang berwujud novel dan cerita pendek. Nurgiyantoro (2015: 11) menyatakan bahwa pengertian fiksi sengaja dibatasi pada karya yang berbentuk prosa, prosa naratif, atau teks naratif.

Novel (Inggris: novel) dan cerita pendek (disingkat: cerpen; Inggris: short story) merupakan dua bentuk karya sastra yang sekaligus disebut juga fiksi. Sebutan novel dalam bahasa Inggris—dan inilah yang kemudian masuk ke Indonesia—berasal dari bahasa Italia novella (yang dalam bahasa Jerman: novelle). Secara harfiah novella berarti ‘sebuah barang baru yang kecil’, dan kemudian diartikan sebagai ‘cerita pendek dalam bentuk prosa’.

Nurgiyantoro (2015: 5) menyatakan bahwa dalam dunia kesastraan terdapat suatu bentuk karya sastra yang mendasarkan diri pada fakta. Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2015: 5) menyatakan bahwa karya sastra yang demikian disebut sebagai fiksi historis (historical fiction), jika yang menjadi dasar penulisan fakta sejarah, fiksi biografis (biographical fiction), jika yang menjadi dasar penulisan fakta biografis, dan fiksi sains (science fiction), jika yang menjadi dasar penulisan fakta ilmu pengetahuan.

 

1.           Fiksi historis (historical fiction),


 

Fiksi historis jika yang menjadi dasar penulisan fakta sejarah. Contoh: karya-karya Dardji Zaidan seperti Bendera Hitam dari Kurasan dan Tentara Islam di Tanah Galia dapat dipandang sebagai fiksi historis. Novel historis terikat oleh fakta-fakta yang dikumpulkan melalui penelitian berbagai sumber. Namun, di dalam cerita tersebut memberikan ruang gerak untuk fiksionalitas, misalnya dengan memberitakan pikiran dan perasaan tokoh lewat percakapan. Contoh lain misalnya, novel Surapati dan Robert Anak Surapati (Abdul Muis) yang berangkat dari fakta sejarah.

 

2.           Fiksi biografis (biographical fiction)

Fiksi biografis jjika yang menjadi dasar penulisan fakta biografis. Contoh: Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat (Cindy Adam) dan Kuantar Kau ke Gerbang (Ramadhan K. H.), Tahta untuk Rakyat (Mochtar Lubis), dan Sang Pencerah (Akmal Nasery Basral), walau merupakan karya sastra-yang imajiner, oleh pembaca tidak jarang juga dinikmati sebagai karya sastra. Karya biografis juga memberikan ruang bagi fiksionalitas, misalnya yang berupa sikap yang diberikan oleh penulis, di samping juga munculnya bentuk-bentuk dialog yang biasanya telah dikreasikan oleh penulis.

 

3.           Fiksi sains (science fiction)

Fiksi sains jika yang menjadi dasar penulisan fakta ilmu pengetahuan. Contoh: novel yang berjudul 1984 karya George Orwell.

 

4.           Cerita pendek/cerpen,

Adalah cerita berbentuk prosa yang pendek.

 

5.           Novelet

Adalah cerita yang panjangnya lebih panjang dari cerpen, tetapi lebih pendek dari novel.

 

6.           Novel/roman

Adalah cerita berbentuk prosa yang menyajikan permasalahnpermasalahan secara kompleks, dengan penggarapan unsur-unsurnya secara lebih luas dan rinci.

 

7.           Cerita anak

Adalah cerita yang mencakup rentang umur pembaca beragam, mulai rentang 3-5 tahun, 6-9 tahun, dan 10-12 tahun (bahkan 13 dan 14) tahun.

 

8.           Novel remaja (chicklit dan teenlit)

Adalah novel yang ditulis untuk segmen pembaca remaja.

9.           Dongeng

Adalah cerita yang sepenuhmya merupakan hasil imajinasi atau khayalan pengarang di mana yang diceritakan seluruhnya belum pernah terjadi.


 

 

10.       Fabel

Adalah cerita rekaan tentang binatang dan dilakukan atau para pelakunya binatang yang diperlakukan seperti manusia. Contoh: Cerita Si Kancil yang Cerdik, Kera Menipu Harimau, dan lain-lain

 

11.       Hikayat

Adalah cerita, baik sejarah, maupun cerita roman fiktif, yang dibaca untuk pelipur lara, pembangkit semangat juang, atau sekedar untuk meramaikan pesta. Contoh; Hikayat Hang Tuah, Hikayat Seribu Satu Malam, dan lain-lain. Novelet adalah cerita yang panjangnya lebih panjang dari cerpen, tetapi lebih pendek dari novel.

 

12.       Legenda

Adalah dongeng tentang suatu kejadian alam, asal-usul suatu tempat, benda, atau kejadian di suatu tempat atau daerah. Contoh: Asal Mula Tangkuban Perahu, Malin Kundang, Asal Mula Candi Prambanan, dan lain-lain.Cerita anak

 

13.       Mite

Adalah cerita yang mengandung dan berlatar belakang sejarah atau hal yang sudah dipercayai orang banyak bahwa cerita tersebut pernah terjadi dan mengandung hal-hal gaib dan kesaktian luar biasa. Contoh: Nyi Roro Kidul.

 

14.       Cerita Penggeli Hati

Sering pula diistilahkan dengan cerita noodlehead karena terdapat dalam hampir semua budaya rakyat. Cerita-cerita ini mengandung unsur komedi (kelucuan), omong kosong, kemustahilan, ketololan dan kedunguan, tapi biasanya mengandung unsur kritik terhadap perilaku manusia/mayarakat. Contohnya adalah Cerita Si Kabayan, Pak Belalang, Lebai Malang, dan lain-lain.

 

15.       Cerita Perumpamaan

Adalah dongeng yang mengandung kiasan atau ibarat yang berisi nasihat dan bersifat mendidik. Sebagai contoh, orang pelit akan dinasihati dengan cerita seorang Haji Bakhil

 

3.           Unsur-Unsur Fiksi

Berikut ini unsur intrinsik yang membangun cerita fiksi dimana unsur ini ada di dalam cerita fiksi.

a.    Tema,

Yaitu gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra dan yang terkandung di dalam teks. Stanton dan Kenny (dalam Nurgiyantoro, 2015:

114) mengemukakan bahwa tema (theme) adalah makna yang dikandung oleh sebuah cerita. Tema merupakan gagasan dasar umum yang menopang   sebuah  karya  sastra  dan   yang   terkandung   di dalam  teks


 

sebagai struktur semantic dan yang menyangkut persamaan-persamaan atau perbedaan-perbedaan.

b.   Tokoh

Yaitu pelaku dalam karya sastra, sebagaimana dikemukakan oleh Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2015: 247) tokoh adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Istilah tokoh menunjuk pada orangnya, pelaku cerita, misalnya sebagai jawaban terhadap pertanyaan: “Siapa tokoh utama novel itu?”.

c.    Plot

Plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain. Kenny (dalam Nurgiyantoro, 2015: 167) mengemukakan bahwa plot sebagai peristiwa- peristiwa yang ditampilkan dalam cerita yang tidak bersifat sederhana karena pengarang menyusun peristiwa-peristiwa itu berdasarkan kaitan sebab-akibat.

d.   Latar, yaitu tempat, waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan.

1)          Latar Tempat

Latar tempat menunjuk pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi.

2)          Latar Waktu

Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi.

3)          Latar Sosial-Budaya

Latar sosial-budaya menunjuk pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Latar sosial-budaya memang dapat secara meyakinkan menggambarkan suasana kedaerahan, local color, warna setempat daerah tertentu melalui kehidupan sosial-budaya masyarakat.

e.    Amanat

Yaitu pemecahan yang diberikan pengarang terhadap persoalan di dalam sebuah karya sastra atau pesan yang ingin disampikan pengarang kepada pembaca. Nurgiyantoro (2015: 429) menyebut dengan kata moral, moral merupakan sesuatu yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembaca. Secara umum moral menunjuk pada pengertian (ajaran tentang) baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban.

f.    Sudut pandang, yaitu cara pandang pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca.

g.   Penokohan

Adalah penghadiran tokoh dalam cerita fiksi atau drama dengan cara langsung atau tidak langsung dan mengundang pembaca untuk menafsirkan kualitas dirinya melalui kata dan tindakannya.


 

 

 

Sedangkan unsur ekstrinsik yang membentuk karya sastra dari luar sastra itu sendiri, berikut ini.

a.    Keadaan subjektivitas individu pengarang yang memiliki sikap.

b.    Keyakinan

c.    Pandangan hidup yang keseluruhan itu akan mempengaruhi karya yang ditulisnya.

d.    Psikologi, baik yang berupa psikologi pengarang seperti ekonomi, politik, dan sosial juga akan mempengaruhi karya sastra.

e.    Pandangan hidup suatu bangsa.

f.     Berbagai karya seni yang lain, dan sebagainya.

 

C.        Rangkuman

1.            Fiksi merupakan suatu karya yang menceritakan sesuatu yang bersifat rekaan, khayalan, sesuatu yang tidak ada sehingga tidak perlu dicari kebenarannya pada dunia nyata.

2.            Prosa fiksi dibedakan menjadi dua, yaitu a) prosa modern yang terdiri dari cerita pendek, novelet, novel/roman, cerita anak, novel remaja, fiksi historis, fiksi biografis, fiksi sains. b) prosa lama yang terdiri dari dongeng, fable, hikayat, legenda, mite, cerita penggeli hati, dan cerita perumpamaan.

3.            Unsur fiksi dibedakan menjadi dua, yaitu unsur intrinsik dan ekstrinsik. a) intrinsic terdiri dari tema, tokoh, alur/plot, konflik, klimaks, latar, amanat, sudut pandang, dan penokohan. b) unsur ekstrinsik terdiri dari keadaan subjektivitas individu, keyakinan, pandangan hidup, dan psikologi.

D.        Latihan Soal

1.         Bacalah teks di bawah ini dengan saksama!

Text Box: Robohnya Surau Kami oleh A.A. Navis


 

Alangkah tercengangnya Haji Saleh, karena di neraka itu banyak temannya di dunia terpanggang panas, merintih kesakitan. Dan ia tambah tak mengerti lagi dengan keadaan dirinya, karena semua orang yang dilihatnya di neraka tak kurang ibadatnya dari dia sendiri. Bahkan, ada salah seorang yang telah sampai empat belas kali ke Mekah dan bergelar Syeh pula. Lalu Haji Saleh mendekati mereka, lalu bertanya kenapa mereka di neraka semuanya. Tetapi sebagaimana Haji Saleh, orang-orang itu pun tak mengerti juga.

“Bagaimana Tuhan kita ini?” kata Haji Saleh kemudian. “Bukankah kita disuruh-Nya taat beribadah, teguh beriman? Dan itu semua sudah kita kerjakan selama hidup kita. Tapi kini kita dimasukkankeneraka.”

“Ya. Kami juga berpendapat demikian. Tengoklah itu, orang-orang senegeri kita semua, dan tak kurang ketaatannya beribadat.”

 

“Bagaimana Tuhan kita ini?” kata Haji Saleh kemudian. “Bukankah kita disuruh- Nya taat beribadah, teguh beriman? Dan itu semua sudah kita kerjakan selama hidupkita.Tapikinikitadimasukkankeneraka.”

“Ya. Kami juga berpendapat demikian. Tengoklah itu, orang-orang senegeri kita semua, dan tak kurang ketaatannya beribadat.”

“Ini sungguh tidak adil.”

“Memang tidak adil,” kata orang-orang itu mengulangi ucapan Haji Saleh. “Kalau begitu, kita harus minta kesaksian kesalahan kita. Kita harus

mengingatkan Tuhan, kalau-kalau ia silap memasukkan kita ke neraka ini.” “Benar. Benar. Benar,” sorakan yang lain membenarkan Haji Saleh. “Kalau Tuhan tak mau mengakui kesilapan-Nya, bagaimana?” suatu suara melengking di dalam kelompok orang banyak itu. “Kita protes. Kita resolusikan,” kata Haji Saleh. “Apa kita revolusikan juga?” tanya suara yang lain, yang rupanya di dunia menjadi pemimpin gerakan revolusioner.

“Itu tergantung pada keadaan,” kata Haji Saleh. “Yang penting sekarang, mari kita berdemonstrasi menghadap Tuhan.”

“Cocok sekali. Di dunia dulu dengan demonstrasi saja, banyak yang kita peroleh,” sebuah suara menyela.

“Setuju! Setuju! Setuju!” mereka bersorak beramai-ramai.

Lalu, mereka berangkatlah bersama-sama menghadap Tuhan. Dan

Tuhan

bertanya, “ Kalian mau apa?”

Haji Saleh yang menjadi pemimpin dan juru bicara tampil ke depan. Dan dengan suara yang menggeletar dan berirama indah, ia memulai pidatonya.

“O, Tuhan kami yang Mahabesar. Kami yang menghadap-Mu ini adalah umat-Mu yang paling taat beribadat, yang paling taat menyembah-Mu. Kamilah orang-orang yang selalu menyebut nama-Mu, memuji-muji kebesaran-Mu, mempropagandakan keadilan-Mu, dan lain-lainnya. Kitab- Mu kami hafal di luar kepala kami. Tak sesat sedikit pun membacanya. Akan


tetapi, Tuhanku yang Mahakuasa, setelah kami Engkau panggil kemari, Engkau masukkan kami ke neraka. Maka sebelum terjadi hal- hal yang tidak diingini, maka di sini, atas nama orang-orang yang cinta pada-Mu, kami menuntut agar hukuman yang Kau jatuhkan kepada kami ditinjau kembali dan memasukkan kami ke surga sebagaimana yang Engkau janjikan dalam kitab-Mu.”

“Kalian di dunia tinggal di mana?” tanya Tuhan.

“Kami ini adalah umat-Mu yang tinggal di Indonesia, Tuhanku.”

“O, di negeri yang tanahnya subur itu?” “Ya. Benarlah itu, Tuhanku.” “Tanahnya yang mahakaya raya, penuh oleh logam, minyak, dan

berbagai bahan tambang lainnya, bukan?”

“Benar. Benar. Benar. Tuhan kami. Itulah negeri kami,” mereka mulai menjawab serentak. Karena fajar kegembiraan telah membayang di wajahnya kembali. Dan yakinlah mereka sekarang, bahwa Tuhan telah silap menjatuhkan hukuman kepada mereka itu.

“Di negeri, di mana tanahnya begitu subur, hingga tanaman tumbuh tanpa ditanam?”

“Benar. Benar. Benar. Itulah negeri kami.”

“Di negeri, di mana penduduknya sendiri melarat itu?” “Ya. Ya. Ya. Itulah dia negeri kami.”

“Negeri yang lama diperbudak orang lain itu?” “Ya, Tuhanku. Sungguh laknat penjajah penjajah itu, Tuhanku.”

“Dan hasil tanahmu, mereka yang mengeruknya dan diangkutnya ke negerinya, bukan?”

“Benar Tuhanku, hingga kami tidak mendapat apa-apa lagi. Sungguh laknat mereka itu.”

“Di negeri yang selalu kacau itu, hingga kamu dengan kamu selalu berkelahi, sedang hasil tanahmu orang lain juga yang mengambilnya, bukan?”

“Benar, Tuhanku. Tapi bagi kami soal harta benda itu, kami tak mau tahu. Yang penting bagi kami ialah menyembah dan memuji Engkau.”

“Engkau rela tetap melarat, bukan?” “Benar. Kami rela sekali, Tuhanku.”

“Karena kerelaanmu itu, anak cucumu tetap juga melarat, bukan?” “Sungguhpun anak cucu kami melarat, tapi mereka semua pintar

mengaji. Kitab-Mu mereka hafal di luar kepala belaka.”

“Tapi seperti kamu juga, apa yang disebutnya tidak dimasukkan ke hatinya, bukan?”

“Ada, Tuhanku.”

“Kalau ada, mengapa biarkan dirimu melarat, hingga anak cucumu teraniaya semua? Sedang harta bendamu kau biarkan orang lain mengambilnya untuk anak cucu mereka. Dan engkau lebih suka berkelahi antara kamu sendiri, saling menipu, saling memeras. Aku beri engkau negeri yang kaya raya, tapi kau malas. Kau lebih suka beribadat saja, karena beribadat


tidak mengeluarkan peluh, tidak membanting tulang. Sedang aku menyuruh engkau semuanya beramal di samping beribadat.

Bagaimana engkau bisa beramal kalau engkau miskin? Engkau kira aku ini suka pujian, mabuk disembah saja, hingga kerjamu lain tidak memuji-muji dan menyembah-Ku saja. Tidak. Kamu semua mesti masuk neraka! Hai malaikat, halaulah mereka ini kembali ke neraka. Letakkan di keraknya.”

Semuanya jadi pucat pasi tak berani berkata apa-apa lagi.

Tahulah mereka sekarang apa jalan yang diridai Allah di dunia.

Tetapi Haji Saleh ingin juga kepastian, apakah yang dikerjakannya di dunia ini salah atau benar. Tetapi ia tak berani bertanya kepada Tuhan, ia bertanya saja pada malaikat yang menggiring mereka itu.

“Salahkah menurut pendapatmu, kalau kami menyembah Tuhan di dunia?” tanya Haji Saleh.

“Tidak. Kesalahan engkau, karena engkau terlalu mementingkan dirimu sendiri. Kau takut masuk neraka, karena itu kau taat bersembahyang. Tapi engkau melupakan kehidupan kaummu sendiri, melupakan kehidupan anak istrimu sendiri, hingga mereka itu kucar-kacir selamanya.. Itulah kesalahanmu yang terbesar, terlalu egoistis. Padahal engkau di dunia berkaum, bersaudara semuanya, tapi engkau tak mempedulikan mereka sedikit pun.”

Demikian cerita Ajo Sidi yang kudengar dari Kakek. Cerita yang memurungkan Kakek.

Dan besoknya, ketika aku mau turun rumah pagi-pagi, istriku berkata apa aku tak pergi menjenguk.

“Siapa yang meninggal?” tanyaku kaget. “Kakek.” “Kakek?”

“Ya. Tadi subuh Kakek kedapatan mati di suraunya dalam keadaan yang ngeri sekali. Ia menggorok lehernya dengan pisau cukur.”

“Astaga. Ajo Sidi punya gara-gara,” kataku seraya melangkah secepatnya meninggalkan istriku yang tercengang-cengang.

Aku mencari Ajo Sidi ke rumahnya. Tetapi aku berjumpa sama istrinya saja. Lalu aku tanya dia.

“Ia sudah pergi,” jawab istri Ajo Sidi. “Tidak ia tahu Kakek meninggal?” “Sudah. Dan ia meninggalkan pesan agar dibelikan kafan buat Kakek tujuh lapis.” “Dan sekarang,” tanyaku kehilangan akal sungguh mendengar segala peristiwa oleh perbuatan Ajo Sidi yang tidak sedikit pun bertanggung

jawab,” dan sekarang ke mana dia?” “Kerja.”

“Kerja?” tanyaku mengulangi hampa. “Ya. Dia pergi kerja.”***


 

Apa pesan moral yang hendak disampaikan pengarang cuplikan cerpen di atas?

 

2.      Perhatikan puisi berikut!

GADIS PEMINTA-MINTA

 

Setiap kita bertemu, gadis kecil berkaleng kecil Senyummu terlalu kekal untuk kenal duka Tengadah padaku, pada bulan merah jambu Tapi kotaku jadi hilang, tanpa jiwa

Ingin aku ikut, gadis kecil berkaleng kecil Pulang kebawah jembatan yang melulur sosok

Hidup dari kehidupan angan-angan yang gemerlapan Gembira dari kemayaan riang

Duniamu yang lebih tinggi dari menara katedral

Melintas-lintas di atas air kotor, tapi begitu yang kau hafal Jiwa begitu murni, terlalu murni

Untuk bias membagi dukaku

Kalau kau mati, gadis kecil berkaleng kecil Bulan diatas itu, tak ada yang punya

Dan kotaku, ah kotaku Hidupnya tak punya lagi tanda

 

(Toto Sudarto Bachtiar, Tonggak 2, hlm. 3)

 

Apa pesan yang hendak disampaikan pengarang dalam puisi di atas?

 

Kunci Jawaban dan Pembahasan

 

No

Kunci Jawaban

Pembahasan

Skor

1

Pesan moral yang hendak disampaikan adalah:

Kita tidak cukup hanya melaksanakan ibadah saja tanpa memperhatikan urusan dunianya, karena kita tidak akan bisa beramal jika kita dalam keadaan miskin. Sehingga harus seimbang antara urusan dunia dan akhirat.

Pesan moral merupakan pesan yang berisi anjuran yang harus dilaksanakan atau memberi contoh nasehat kepada pembaca, sehingga pembaca akan dapat mengetahui anjuran dalam sebuah cerita.

Pesan moral merupakan ajakan pembaca untuk berbuat baik dalam mnenjalankan kehidupannya.

60

2

Kita jangan pernah menganggap rendah orang lain yang status sosialnya lebih rendah daripada kita. Karena dimata Tuhan derajat manusia adalah sama.

Pada puisi “Gadis Kecil Peminta-minta” mengandung pesan sebagai tujuan penulis menyampaikan pelajaran kepada pembaca puisi, ajakan atau pesan itu terselubung  dengan pilihan kata yang indah.

40


 

 

 

Rubrik/ Pedoman Penskoran Menemukan pesan dalam menemukan pesan moral pada fiksi (cerpen)

 

No Soal 1

 

No

ASPEK YANG DINILAI

KRITERIA

1.

Ketepatan pesan

Sangat tepat = 21 - 30

Cukup tepat     = 11 - 20

Tidak tepat      = 5 - 10

2.

Kejelasan isi

Sangat jelas     = 11 - 20

Tidak jelas       = 5 - 10

3.

Penggunaan bahasa

Terdapat kurang dari 2 kesalahan = 5-10

Terdapat lebih dari 2 kesalahan       = 1 - 4

 

No Soal 2

 

No

ASPEK YANG DINILAI

KRITERIA

1.

Ketepatan pesan

Sangat tepat = 11 - 20

Tidak tepat      = 5 - 10

2.

Kejelasan isi

Sangat jelas     = 6 - 10

Tidak jelas      = 1 - 5

3.

Penggunaan bahasa

Terdapat kurang dari 2 kesalahan = 6-10

Terdapat lebih dari 2 kesalahan       = 1 - 5

 

E.         Penilaian Diri

Setelah kalian belajar kegiatan belajar 1 berikut diberikan tabel untuk mengukur diri kalian terhadap materi yang sudah kalian pelajari. Isilah dengan mencentang (V) pada refleksi diri terhadap pemahaman materi pada tabel berikut!

 

Tabel Refleksi Diri Pemahaman Materi

No

Pertanyaa

Ya

Tidak

1.

Apakah kalian merasa senang mempelajari fiksi?

 

 

2.

Apakah kalian telah memahami pesan dalam buku fiksi?

 

 

3.

Dapatkah kalian menjelaskan pesan-pesan dalam buku

fiksi yang kalian baca?

 

 

4.

Dapatkah kalian menganalisis pesan dari dua buku fiksi yang kalian baca?

 

 

 

Jika kalian menjawab “TIDAK” pada salah satu pertanyaan tersebut, maka pelajarilah kembali materi dalam modul, ulang kegiatan pembelajarannya, apabila diperlukan silakan kalian menghubungi guru atau teman sejawat untuk menyampaikan pembimbingan. Jangan


 

putus asa untuk mengulang lagi! Dan apabila kalian menjawab “YA” pada semua pertanyaan, maka lanjutkan kegiatan pembelajaran selanjutnya.

Setelah kalian menuliskan penguasaan terhadap materi menganalisis pesan dari dua buku fiksi yang kalian baca, kemudian lanjutkan kegiatan berikutnya yaitu menyususn ulasan terhadap pesan dari dua buku kumpulan puisi yang dikaitkan dengan kekinian..


 

KEGIATAN PEMBELAJARAN 2

Ulasan Buku Kumpulan Puisi

A.     Tujuan Pembelajaran

Setelah kegiatan pembelajaran 1 ini diharapkan

1.     menyusun ulasan terhadap pesan dari buku kumpulan puisi yang dikaitkan dengan situasi kekinian;

B.         Uraian Materi

Pada pembahasan pertama modul ini, kalian telah memahami hakikat fiksi, jenis- jenis fiksi, dan yang terakhir unsur-unsur fiksi.

Selanjutnya kalian akan mempelajari beberapa hal tentang buku kumpulan puisi

 

1.           Hakikat Puisi

Puisi adalah salah satu bentuk karya sastra yang menggunakan kata-kata yang indah dan kaya makna. Keindahan sebuah puisi disebabkan oleh diksi, majas, rima, dan irama yang terkandung dalam karya sastra itu.

 

2.        Ragam Puisi

Puisi merupakan karya cipta manusia yang telah ada sejak lama. Oleh karena itu, ada sejumlah puisi yang berkategori ke dalam bentuk lama di samping puisi baru atau puisi modern yang dikenal sekarang. Puisi lama terikat oleh berbagai peraturan, seperti banyaknya baris tiap bait, dan banyaknya suku kata tiap baris.

 

a.     Puisi Lama

Berikut ini beberapa bentuk puisi lama.

1)        Mantra

Mantra adalah puisi yang berupa gubahan bahasa, yang diserapi oleh kepercayaan akan dunia gaib. Irama bahasa sangatlah penting untuk menciptakan nuansa magis. Mantra timbul dari hasil imajinasi atas dasar kepercayaan animisme.

Contoh:

Sirih lontar pinang lontar Terletak di atas penjuru Hantu buta, jembalang buta

Aku mengangkatkan jembalang rusa.

….

2)        Pantun Berkait

Pantun berkait atau pantun berantai adalah pantun yang terdiri atas beberapa bait. Pantun ini terdiri atas beberapa bait yang sambung menyambung. Hubungannya terlihat bahwa baris kedua dan keempat pada bait pertama dipakai kembali pada baris pertama dari ketiga pada bait kedua.


 

Contoh:

Sarang garuda di pohon beringin Buah kemuning di dalam puari Sepucuk surat dilayangkan angina Putih kuning sambutlah Tuari

Buah kemuning di dalam puari Dibawa dari Indragiri

Putih kuning sambutlah Tuan Sambutlah dengan si tangan kiri

3)        Talibun

Talibun adalah pantun yang susunannya terdiri atas enam, delapan, atau sepuluh baris. Pembagian baitnya sama dengan pantun biasa, yakni terdiri atas sampiran da nisi. Jika talibun itu enam baris, maka tiga baris pertama merupakan sampiran dan tiga baris berikutnya merupakan isi.

Contoh:

Kalau anak pergi ke pekan Yu beli belanak beli

Ikan panjang beli dahulu Kalau anak pergi berjalan Ibu cari sanak pun cari Induk semang cari dahulu

 

4)        Pantun Kilat

Pantun kilat atau karmina, ialah pantun yang terdiri atas dua baris: baris pertama merupakan sampiran dan baris kedua merupakan isi.

Contoh:

Gendang gendut, tali kecapi Kenyang perut, senanglah hati Pinggan tak retak, nasi tak dingin Tuan tak hendak, kami tak ingin

 

5)        Gurindam

Gurindam sering juga disebut sajak peribahasa. Gurindam terdiri atas dua baris yang berirama. Baris pertama umumnya berupa sebab (hokum, pendirian), sedangkan baris kedua merupakan jawaban atau dugaan.

Contoh:

 

Barang siapa meninggalkan zakat Tiadalah artinya boleh berkat

 


 

 

6)                                                                                                Syair


Barang siapa berbuat fitnah Ibarat dirinya menentang panah

 

Syair merupakan bentuk puisi klasik yang merupakan


pengaruh kebudayaan Arab.

Contoh:


 

Diriku lemah anggotaku layu Rasakan cinta bertalu-talu Kalau begini datangnya selalu

Tentulah kakanda berpulang dahulu

 

b.     Puisi Baru/Modern

Sebelumnya kita sudah mengenali ciri-ciri puisi lama yang terikat oleh berbagai ketentuan. Hal itu berbeda dengan puisi baru yang cenderung bebas. Puisi baru tidak terikat oleh ketentuan banyak lirik pada setiap baitnya, banyaknya suku kata, ataupun pola rimanya. Berikut ini perbedaan puisi dengan karangan lain.

1)        Puisi itu padat makna

2)        Puisi banyak menggunakan kata-kata konotasi

3)        Puisi mengutamakan keindahan kata-kata

4)        Puisi disajikan dalam bentuk monolog

 

Syarat puisi baru:

1.     Diketahui nama pengarangnya

2.     Dalam perkembangannya secara lisan dan juga tertulis

3.     Menggunakan majas atau gaya bahasa yang dinamis (berubah-ubah)

4.     Bentuk dari puisi baru ini rapid an simetris

5.     Banyak sekali menggunakan pola sajak pantun dan syair, walapun ada juga pola yang lain

6.     Puisi baru memiliki persajakan yang teratur

7.     Sebagian besar puisi empat seuntai

8.     Tiap-tiap barisnya terdiri atas sebuah gatra (kesatuan sintaksis)

9.     Setiap gatranya terdiri dari dua kata, tapi juga bisa lebih (4—5 suku kata)

 

3.   Unsur Fisik dan Batin

a.   Unsur Fisik

Unsur fisik puisi meliputi hal-hal sebagai berikut.

1)         Perwajahan puisi (tipografi), adalah bentuk puisi seperti halaman yang tidak dipenuhi kata-kata, tepi kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang tidak selalu dimulai dengan huruf capital dan diakhiri dengan tanda titik. Hal tersebut menentukan pemaknaan terhadap puisi.

2)         Diksi ialah pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Puisi menggunakan sedikit kata-kata yang dapat mengungkapkan banyak hal sehingga kata-kata tersebut harus dipilih secermat mungkin. Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata.

3)         Citraan (imaji), yaitu kata atau susunan kata yang mengungkapkan pengalaman indrawi, misalnya penglihatan, pendengaran, dan perabaan. Citraan-citraan itu mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, mendengar, dan merasakan sesuatu yang dialami penyair.

4)         Kata konkret, adalah penggunaan bahasa dengan menghidupkan atau meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu dengan


 

bahasa figurative yang menyebabkan puisi menjadi prismatic, artinya memancarkan banyak makna atau kaya makna.

5)         Rima/irama ialah persamaan bunyi puisi baik di awal, tengah, maupun akhir baris puisi. Rima sangat menonjol dalam pembacaan puisi. Rima mencakup onomatope (tiruan terhadap bunyi) seperti

/ng/ yang memberikan efek magis pada puisi seperti pada puisi Soetardji Calsoem Bachri. Ritma merupakan tinggi rendah, panjang pendek, atau keras lemahnya bunyi.

 

b.   Unsur Batin

Unsur batin puisi, meliputi hal-hal berikut.

1)         Tema    merupakan     gagasan    pokok    atau             subject-matter                 yang dikemukakan pengarang.

2)         Rasa (feeling) yaitu sikap penyair mengenai pokok permasalahan yang terdapat dalam puisi.

3)         Nasa (tone) adalah sikap penyair terhadap pembacanya.

4)         Amanat   (intention)    adalah   pesan     dalam                                      puisi                    yang                                      hendak disampaikan penyair kepada pembaca.

 

4.    Ulasan Puisi

a.       Pengertian ulasan

Teks Ulasan adalah teks yang berisi tentang ulasan atau penilaian atau review terhadap suatu karya. Karya yang biasanya dibuat ulasannya adalah dapat berupa cerpen singkat, puisi, novel, buku, film, album lagu, produ, ataupun berita. Pengulas harus bersikap kritis saat memberikan ulasannya agar tulisannya tersebut dapat menjadi suatu kontribusi di kemudian hari bagi kemajuan karya yang dijadikan ulasan

 

b.     Tujuan Teks Ulasan

1)            Menunjukkan pandangan atau penilaian penulis resensi atau pengulas terhadap suatu karya, produk atau peristiwa

2)            Memberikan informasi kepada pembaca atau publik tentang kelayakan yang dimiliki suatu karya atau produk

3)            Membantu pembaca untuk mengetahui isi dari suatu karya

4)            Memberikan informasi kepada pembaca tentang kelebihan dan kekurangan karya atau produk yang diulas atau diresensi

5)            Mengetahui perbandingan karya atau produk tersebut dengan karya atau produk lain yang sejenis

6)            Memberikan informasi yang komprehensif tentang suatu karya, produk atau peristiwa

7)            Memberi ingormasi dan mengajak pembaca agar merenungkan, memikirkan dan mendiskusikan masalah yang terdapat dalam suatu karya.

8)            Teks ulasan memiliki tujuan untuk memberikan pertimbangan kepada pembaca tentang suatu karya apakah pantas untuk dinikmati atau tidak.

9)            Memudahkan pembaca dalam memahami hubungan suatu karya dengan karya lain atau suatu produk dengan produk lain yang serupa.

10)     Memberikan pertimbangan bagi pembaca sebelum memutuskan untuk memilih, membeli dan menikmati suatu karya atau produk.


 

Ciri-ciri Teks Ulasan

 

Teks ulasan memiliki ciri-ciri tertentu yang membedakannya dengan teks cerita atau teks sejarah. Ciri-ciri yang dimiliki oleh teks ulasan adalah sebagai berikut:

1)      Memiliki struktur teks yang tersusun dari Orientasi, Tafsiran, Evaluasi, dan Rangkuman.

2)      Memuat informasi berdasarkan pandangan atau opini dari penulis terhadap suatu karya atau produk.

3)      Opini yang dibuat berdasarkan fakta yang diinterpretasikan.

4)      Teks ulasan disebut juga dengan resensi.

 

d. Struktur Teks Ulasan

Teks ulasan berbeda dari jenis teks lainnya. Ada 4 hal yang menyusun sebuah teks ulasan sehingga menjadi sebuah teks yang utuh. Struktur teks ulasan yang membedakannya dengan jenis teks lain adalah tersusun atas:

1)      Orientasi, menjelaskan tentang gambaran umum mengenai karya yang akan diulas atau direview. Dari sini, pembaca akan dengan mudah mengetahui apa yang akan diulas dari karya atau produk tersebut.

2)      Tafsiran, menjelaskan tentang rincian atau informasi detail tentang karya yang akan diulas atau direview. Rincian tersebut dapat berupa kelebihan atau keunggulan, hal yang unik, kualitas, atau bagian dari karya tersebut.

3)      Evaluasi, memberikan gambaran tentang pandangan dari pengulas atau reviewer terhadap karya yang diulas. Evaluasi dilakukan setelah membuat tafsiran untuk mempermudah pengulas dalam menilai bagian yang bernilai atau pun yang kurang dari suatu karya atau produk.

4)      Rangkuman, memberikan tentang komentar dari pengulas atau reviewer mengenai karya atau produk yang diulasnya, apakah bagus atau tidak, apakah berkualitas atau tidak.

C.        Rangkuman

1.      Puisi adalah salah satu bentuk karya sastra yang menggunakan kata-kata yang indah dan kaya makna. Keindahan sebuah puisi disebabkan oleh diksi, majas, rima, dan irama yang terkandung dalam karya sastra itu.

2.      Ragam puisi, ada puisi lama dan puisi baru atau puisi modern.

3.      Unsur-unsur yang terdapat dalam puisi yaitu unsur fisik dan unsur batin. Unsur fisik terdiri dari tipografi, diksi, citraan, kata konkret, gaya bahasa, rima, dan irama. Sedangkan unsur batin terdiri dari tema, rasa (feeling), nada (tone), dan amanat.

4.      Teks Ulasan adalah tulisan yang berisi ulasan atau penilaian terhadap karya sastra

 

D.     Latihan Soal

Bacalah puisi berikut!

 

TELAH KAU ROBEK KAIN BIRU PADA BENDERA ITU

Aming Aminoedin

* pahlawan tak dikenal


 

ribuan orang bergerak sepanjang jalan berteriak menuju hotel yamato tengah kota kibar bendera merah-putih-biru itu menggemuruhkan gelegak antipati pada hati tanpa henti tanpa kompromi

 

ribuan orang bergerak sepanjang jalan berteriak menuju hotel yamato tengah kota ribuan orang memanjat hotel itu, dan kau telah robek kain biru pada bendera itu ribuan orang bersorak, gemuruh

“Merdeka negeriku! Merdeka Indonesiaku”

 

ribuan orang bergerak sepanjang jalan berteriak menuju hotel yamato tengah kota sorak gemuruh mereka itu kian riuh

“Ini negaraku, negara tercinta Satu Republik, Indonesia Raya!”

 

hai bangsa pemabuk, pemilik bendera merah-putih-biru

jika tak enyah dari negeriku, bambu runcing akan menuding mengusirmu!

jika tak juga enyah, kutawarkan semangat dan darah kami muntah, biarkan tubuh kami berdarah-darah, tapi kau harus

berserah. kau harus menyerah!

 

telah kau robek kain biru pada bendera itu tinggal merah-putihnya, kian terasa indah di mata, mata kita semua!

Merdeka! Merdeka! Merdeka! Jayalah bangsaku, jayalah negeriku! Jayalah Indonesiaku!

 

Mojokerto, 15/8/2011

 

Soal

 

Setelah kalian membaca puisi di atas, coba kalian analisis unsur-unsurnya berikut, jelaskan alasan serta tunjukbukti kutipannya!

1.            Tema

2.            Makna

3.            suasana

 

Tulis jawaban kalian pada tabel berikut!

 

No

Unsur

Alasan

Bukti (Kutipan)

1

Tema

 

 


 

 

 

 

 

 

2

Makna

 

 

3

Suasana

 

 


 

Kunci Jawaban dan Pembahasan

 

No

Unsur

Jawaban

Bukti (Kutipan)

1.

Tema

Nasionalisme atau Perjuangan

Tema ini dapat ditemukan dari penggunaan kata-kata yang berkaitan dengan nasionalisme atau perjuangan, seperti bambu runcing, merdeka, negara, bendera, jayalah bangsaku,

jayalah negeriku.

 

Makna

1.     Ribuan orang yang menuju hotel Yamato dengan penuh semangat penolakan (antipati) yang tidak mudah goyah (tanpa henti tanpa kompromi)

2.     Semangat para pejuang dalam mempertahankan kemerdekaan dari Belanda (bangsa pemabuk, pemilik bendera merah-putih- biru) dan berani mengorbankan diri (tubuh kami berdarah- darah) agar Belanda menyerah dan pergi dari Indonesia (enyah

dari negeriku)

Ribuan orang bergerak sepanjang jalan berteriak menuju hotel yamato tengah kota

kibar bendera merah-putih- biru itu

menggemuruhkan gelegak antipati pada hati

tanpa henti tanpa kompromi

(bait ke-1)

 

Suasana

1.      Marah

2.      Haru atau sedih

Marah (bait ke-4)

hai bangsa pemabuk, pemilik bendera merah-putih-biru jika tak enyah dari negeriku, bambu runcing

akan menuding mengusirmu!

 

Haru (bait ke-4)

jika tak juga enyah, kutawarkan semangat

dan darah kami muntah, biarkan tubuh kami

berdarah-darah, tapi kau harus

berserah. kau harus menyerah!


 

Rubrik/ Pedoman Penskoran Menganalisis unsur puisi

 

 

No

ASPEK YANG DINILAI

KRITERIA

1.

Kelengkapan unsur ulasan

31- 40 = sangat lengkap

21- 30 = lengkap

11 - 20 = kurang lengkap

5 -10 = tidak lengkap

2.

Kesesuaian isi

21 -30 = sangat sesuai

11- 19 = sesuai

6 - 10 = kurang sesuai

0 - 5 = tidak sesuai

3.

Penggunaan bahasa

21- 30 = sebagian besar mengikuti kaidah

11- 20 = sekitar setengah mengikuti kaidah

0 - 10 = sebagian kecil tidak mengikuti kaidah

 

E.         Penilaian Diri

Setelah kalian belajar kegiatan belajar 2 berikut diberikan tabel untuk mengukur diri kalian terhadap materi yang sudah kalian pelajari. Isilah dengan memberi tanda ceklis

(V) pada kolom (ya/tidak) refleksi diri terhadap pemahaman materi pada tabel berikut!

 

Tabel Refleksi Diri Pemahaman Materi

No

Pertanyaa

Ya

Tidak

1.

Apakah kalian merasa senang mempelajari puisi?

 

 

2.

Apakah kalian telah memahami pesan dalam buku kumpulan puisi?

 

 

3.

Dapatkah kalian menjelaskan ulasan terhadap pesan buku kumpulan puisi yang kalian baca?

 

 

4.

Dapatkah kalian menyususn ulasan terhadap pesan buku kumpulan fiksi yang kalian baca?

 

 

 

Jika kalian menjawab “TIDAK” pada salah satu pertanyaan tersebut, maka pelajarilah kembali materi dalam modul, ulang kegiatan pembelajarannya, apabila diperlukan silakan kalian menghubungi guru atau teman sejawat untuk menyampaikan pembimbingan. Jangan putus asa untuk mengulang lagi! Dan apabila kalian menjawab “YA” pada semua pertanyaan, maka kalian telah menguasai isi modul ini.


 


 

A.    Pilihan Ganda


EVALUASI


 

Pilihlah salah satu jawaban yang benar dengan memberi tanda silang

(X) pada huruf A, B, C, D, dan E. Penggalan puisi untuk nomor 1 dan 2

Anakku

Ya kekasihku …

Engkau mengintai hidup,

Engkau datang menunjukkan muka. Tapi sekejap matamu kau tutup,

Melihat terang anakda ta’ suka. Mulut kecil tiada kau buka,

Tangis teriakmu ta’ diperdengarkan, Alamat hidup wartakan suka,

Kau diam, anakku, kami kau tinggalkan

….

Karya: J. E. Tatengkeng

 

1.         Tema puisi “Anakku” adalah ….

A.    Kebahagiaan seorang penyair atas kelahiran anaknya.

B.    Kesedihan seorang penyair karena telah kehilangan anaknya.

C.    Kerinduan seorang penyair terhadap anaknya.

D.    Seorang anak telah tidur dengan mulut terkatup.

E.     Seorang ibu telah melahirkan anaknya.

 

2.         Suasana yang tergambar dalam puisi tersebut adalah ….

A.    Duka

B.    Kacau

C.    Panik

D.    Rindu

E.     Kecewa

 

3.        Perhatikan puisi berikut!

 

ISA

Karya: Chairil Anwar

Kepada Nasrani Sejati Itu Tubuh

Mengucur darah Mengucur darah Rubuh

Patah

Mendampar tanya: aku salah? Kulihat Tubuh mengucur darah

 

Kutipan puisi tersebut menyatakan perasaan ….

A.    Takut

B.    Kecewa


 

C.    Panik

D.    Marah

E.     Haru

 

Puisi berikut untuk soal nomor 4 dan 5

 

Perempuan-Perempuan Perkasa

Karya: Hartojo Andangdjaja

 

Perempuan-perempuan perkasa yang membawa bakul pergi Dari manakah mereka

Ke stasiun kereta mereka datang dari bukit-bukit desa Sebelum peluit kereta pagi terjaga

Sebelum hari bermula dalam pesta kerja

Perempuan-perempuan yang membawa bakul dalam kereta Ke manakah mereka

Di atas roda-roda baja mereka berkendara

Mereka berlomba dengan surya menuju ke gerbang kota Merebut hidup di pasar-pasar kota

 

4.          Puisi tersebut dibaca dengan nada ….

A.  Kagum

B.  Pujian

C.  Menderita

D.  Khusyuk

E.   Putus asa

 

5.          Amanat dalam puisi tersebut adalah ….

A.  Kota merupakan tempat mencari nafkah bagi para penumpang.

B.  Gunakan kereta api sebagai transportasi darat paling murah.

C.  Untuk mendapatkan rezeki cukup harus mencari nafkah di kota.

D.  Mencari nafkah adalah tanggung jawab seorang kepala keluarga.

E.   Jangan sia-siakan perjuangan ibu yang rela bekerja untuk menghidupi keluarganya.

 

B.    Uraian

 

Bacalah puisi berikut!

Hujan Bulan Juni

tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan Juni

dirahasiakannya rintik rindunya kepada pohon berbunga itu

tak ada yang lebih bijak dari hujan bulan Juni

dihapusnya jejak-jejak kakinya yang ragu-ragu di jalan itu

tak ada yang lebih arif dari hujan bulan Juni


 

dibiarkannya yang tak terucapkan diserap akar pohon bunga itu

(Sapardi Djoko Damono)

 

Susunlah ulasan terhadap puisi di atas! Unsur ulasan terdiri dari :

1.         Orientasi

2.         Tafsiran

3.         Evaluasi


 

 

 

 

A.      Uraian

 

Orientasi

Puisi bberjudil “Hujan Bulan Juni” merupakan puisi karya Sapardi Djoko Damono, yang menceritakan tentang ketabahan seseorang untuk berada jauh dari kekasih hati yang sangat dirindukannya.

 

Tafsiran

Hujan bulan Juni merupakan  lambang perasaan yang tabah, bait pertama puisis ini menggambarkan perasaan untuk menyimpan rasa rindu kepada seorang kekasih. Perasaan ini dilaluinya dengan hati yang tabah dengan merelakan dirinya merasakan rindu yang indah. Pada bait kedua, perasaan yang berusaha untuk menyimpan penderitaannya dengan menerima kenyataan dan berusaha untuk melaluinya dengan sabar. Pada bait ketiga tergambar kearifan hati dari seseorang yang menyimpan perasaan rindu.

 

Evaluasi

Puisi ini tersaji dengan tema menarik sehingga pembaca merasa terkesan. Selain itu, puisi ini berisi kerinduan seseorang kepada kekasihnya. Dalam puisi ini, penulis juga cukup baik dalam menggunakan kata-kata puitis.


 

 

 

Rubrik/ Pedoman Penskoran Menyususn ulasan pesan puisi

 

 

No

ASPEK YANG DINILAI

KRITERIA

1.

Kelengkapan unsur ulasan

31- 40 = sangat lengkap

21- 30 = lengkap

11 - 20 = kurang lengkap

5 -10 = tidak lengkap

2.

Kesesuaian isi

21 -30 = sangat sesuai

11- 19 = sesuai

6 - 10 = kurang sesuai

0 - 5 = tidak sesuai

3.

Penggunaan bahasa

21- 30 = sebagian besar mengikuti kaidah

11- 20 = sekitar setengah mengikuti kaidah

0 - 10 = sebagian kecil tidak mengikuti kaidah

 

 

 

 

 

 

 

 

 

*****

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 



 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Kosasih, E.. 2019. Jenis-jenis Teks. Bandung: Yrama Widya.

Nurgiyantoro, Burhan. 2015. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Pradopo, Rachmat Djoko. 2014. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Setiyaningsih, Eka dan Meita Sandra Santhi. 2017. Bahasa Indonesia Mata Pelajaran Wajib. Klaten: Intan Pariwara.

Sugiarto, Eko. 2017. Kitab PUEBI: Pedomaan Umum Ejaan Bahasa Indonesia.

Yogyakarta: C.V. Andi.

Suherli, Maman Suryaman, Aji Septiaji, dan Istiqomah. 2017. Bahasa Indonesia untuk SMA/MA/SMK/MAK Kelas XI. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Internet

Abdullah,       Fikri.       2020.        Analisis        dan               Ulasan     Buku         Fiksi. https://www.slideshare.net/FikriAbdullah11/analisi-dan-ulasan-buku- fiksi. DIakses pada tanggal 21 Agustus 2020.