Sabtu, 18 Maret 2023

Artikel: “Morfologi Derivasional dalam Perspektif Bahasa Tulis Bahasa Indonesia”

 

“Morfologi Derivasional dalam Perspektif Bahasa Tulis Bahasa Indonesia”

 

Morfologi ialah cabang kajian linguistik (ilmu bahasa) yang mempelajari tentang bentuk kata, perubahan kata, dan dampak dari perubahan itu terhadap arti dan kelas kata (Mulyana, 2007 : 6). Ramlan (1987 : 21) menjelaskan morfologi sebagai bagian dari ilmu bahasa yang bidangnya menyelidiki seluk-beluk bentuk kata, dan kemungkinan adanya perubahan golongan dari arti kata yang timbul sebagai akibat perubahan bentuk kata

 

Menurut Verhaar (dalam Nurhayati, 2001 : 1) morfologi adalah cabang linguistik yang mengidentifikasi satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal. Pengertian lain menyatakan bahwa morfologi adalah cabang linguistik yang membicarakan atau mengidentifikasi seluk beluk pembentukan kata (Nurhayati, 2001 : 2).

 

Morfologi atau ilmu bentuk kata adalah cabang linguistik yang mengidentifikasi satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal. Morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata. Dapat pula dikatakan bahwa morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatikal maupun fungsi semantik.

 

 

Dalam ilmu morfologi, terdapat morfem yaitu bagian terkecil dari sebuah kata.

Pembagiannya bisa digambarkan sebagaimana berikut ini:

Sebuah wacana dapat dipecah menjadi kalimat. Kalimat dapat dipecah menjadi bagian makna terkecil, yaitu kata. Kata dapat terdiri atas beberapa morfem,

contohnya menanamkan = me-tanam-kan, bisa juga hanya terdiri atas satu morfem, misalnya rumah, kursi, selamat, eksekusi.

 

 

*Morfem*

 

Secara singkat morfem merupakan satuan terkecil dari kata yang sudah tidak bisa terbagi lagi; meskipun begitu, setiap morfem memiliki makna baik gramatikal maupun leksikal.

 

 Terdapat berbagai jenis morfem dalam bahasa, pengklasifikasian jenis morfem ini dibagi dalam beberapa kriteria, misalnya jenis morfem berdasarkan kriteria kebebasannya, keutuhannya, maknanya, dan lain sebagainya.

 

Selanjutnya, satuan terkecil dari kata ini dapat diklasifikasikan lagi atas morfem bebas (free morpheme), yaitu morfem yang dapat berdiri sendiri tanpa adanya penambahan morfem lain, atau dengan kata lain morfem ini menjadi satuan kata sendiri.

 

Misalnya kata: tas, di, pergi dan cantik,  dalam bahasa Indonesia. Morfem lain yang merupakan bentuk yang tidak dapat berdiri sendiri tanpa direkatkan pada morfem lain, misalnya morfem bebas, yaitu morfem terikat (bound morpheme). Bentuk ini kerapkali dikenal sebagai afiks karena morfem ini bukanlah kata akan tetapi merupakan bagian dari kata.

Contoh, morfem me-, di-, pe-an, atau dalam bahasa Inggris ada morfem -ify, il-, dan en-

 

 

*Proses Morfologis*

 

Sudaryanto (dalam Endang Nurhayati dan Siti Mulyani, 2006: 62) bentuk kata oleh penutur dapat diubah dengan setidaknya tiga cara yaitu: pengubahan bentuk dasar, cara tertentu untuk mengubah, dan kata baru hasil ubahan.

 

Selain mempelajari bentuk kata, morfologi juga mempelajari proses pembentukan kata atau bisa juga disebut sebagai proses morfologi. Pembentukan kata bisa dilakukan melalui beberapa proses, di antaranya adalah: penciptaan kata baru (coinage), biasanya kata tersebut muncul dari suatu produk di pasar, lalu digunakan untuk mengacu pada produk lain yang serupa.

Misalnya kata Aqua untuk mengacu pada air minum kemasan lain.

 

Proses morfologi lainnya adalah pemimjaman kata (borrowing) yaitu meminjam kata dari bahasa lain misalnya kata sofa yang berasal dari bahasa Arab. Proses lainnya adalah kata majemuk, yaitu proses pembentukan kata dengan menggabungkan dua kata atau lebih misalnya kata meja hijau, dan proses lain yang merupakan proses pembentukan kata yang kerap digunakan adalah afiksasi (affixation), yaitu proses penambahan morfem terikat ke morfem bebas untuk menambah makna lexical atau grammatikal.

 

 

Nurhayati (2006 : 67) menyebutkan bahwa pengimbuhan dapat dilakukan dengan cara pengimbuhan depan, tengah dan belakang, atau juga disebut prefiksasi, infiksasi, dan sufiksasi

 

Proses morfologi adalah proses pembentukan kata-kata dari satuan lain yang merupakan bentuk dasarnya. Dalam Bahasa Indonesia, terdapat tiga proses morfologik yaitu proses pembubuhan afiks (afiksasi), proses pengulangan (reduplikasi), dan proses pemajemukan (pemajemukan).

 

Di samping tiga proses morfologik tersebut, dalam Bahasa Indonesia sebenarnya masih ada satu proses lagi yang di sini disebut zero. Proses ini hanya meliputi sejumlah kata tertentu, yakni kata-kata makan, minum, minta, dan mohon, yang semuanya termasuk golongan kata verbal yang transitif.

 

 

*Macam-Macam Proses Morfologi*

 

1. *Proses Pembubuhan Afiks (afiksasi)*

 

Afiksasi merupakan nama lain dari morfem terikat. Morfem terikat merupakan kata yang tidak dapat berdiri sendiri. Sedangkan kata yang dapat berdiri sendiri disebut sebagai morfem bebas. Morfem bebas merupakan kata dasar yang dapat berdiri sendiri. Kata dasar dapat berupa kata benda, kata sifat, kata kerja, dll. Penggabungan morfem bebas dan morfem terikat akan membentuk kata jadian.

Afiksasi terdiri atas:

a.      prefiks (ber-, me-, pe-, per-, di-, ter-, ke-, se-

b.     sufiks (–kan, –an, –i), 

c.      infiks (–el-, -em-, -er-), 

d.     konfiks (ber-kan, ber-an, per-kan, per-an, per-i, pe-an, di-kan, di-i, me-kan, me-i, ter-kan, ter-i, ke-an),  

e.      simulfiks (memper-kan, memper-i, diper-kan, diper-i).

 

 

2. *Komposisi atau Pemajemukan dalam Bahasa Indonesia*

 

Komposisi adalah proses kata pemajemukan. Kata majemuk ialah gabungan kata dasar yang telah bersenyawa atau yang sudah membentuk satu kesatuan dan menimbulkan arti baru (Alisjahbana, 1953).

Contoh:

a.      Keras+kepala = keras kepala

b.     Mata+pelajaran = mata pelajaran

c.      Kumis+kucing = kumis kucing. ( Kumis kucing dalam arti ‘sejenis tanaman’ adalah kata majemuk, tetapi kumis kucing dalam arti ‘kumis dari seekor kucing’ bukanlah kata majemuk.Pokok kata (tidak bisa diartikan jika sendiri), tetapi setelah bergabung kemudian mempunyai arti sendiri disebut pemajemukan.)

 

 

3. *Pengulangan (Reduplikasi)*

 

Pengulangan atau redupliksai adalah pengulangan satuan gramatik, baik seluruh, maupun sebagian, baik variasi fonem maupun tidak, hasil pengulangan itu merupakan kata ulang, sedangkan satuan yang diulang merupakan bentuk dasar.

 

Misalnya, rumah-rumah dari bentuk dasar rumah. Setiap kata ulang sudah pasti memilki bentuk dasar. Kata-kata seperti sia-sia, mondar- mandir, dan lainnya dalam tinjauan deskriftif tidak dapat digolongkan kata ulang karena sebenarnya tidak ada satuan yang diulang.

 

Dari deretan morfologik dapat ditentukan bahwa sesungguhnya tidak ada satuan yang lebih kecil dari kata-kata tersebut. Secara historik atau komparatif, mungkin kata-kata itu dapat dimasukan kedalam golongan kata ulang.

 

 

*Komponen Proses Morfologi*

 

Terdapat empat komponen dalam proses pembentukan kata. Komponen yang pertama adalah bentuk dasar dari kata tersebut, sebagai contoh kata kumpul, selanjutnya ada komponen alat pembentuk sebagai contoh untuk alat ini adalah afiksasi dan reduplikasi. Makna gramatikal dan kata atau hasil yang diperoleh dari proses morfologi adalah komponen lainnya dalam proses morfologi.

 

*Morfologi Derivasi*

 

Pengertian Derivasi. Samsuri (dalam Putrayasa. 2010:103) menyatakan, Derivasional merupakan konstruksi yang berbeda distribusinya dari dasarnya. Sedangkan Suparman dan Clark (dalam Putrayasa. 2010:103) menyatakan bahwa derivasional adalah proses morfologis karena afiksasi yang menyebabkan terbentuknya berbagai macam bentukan dengan ketentuan tersebut berubah kelas katanya dari kata dasarnya

 

Katamba (1994: 92–100) menjelaskan Morfologi derivasional. Menurutnya,  derivasional sifatnya cenderung tidak dapat diramalkan (unpredictable) berdasarkan kaidah sintaksis, tidak otomatis, tidak sistematis, bersifat opsional/ sporadic, serta mengubah identitas leksikal.

Apabila sebuah kata bermorfem jamak secara sintaksis berdistribusi dan mempunyai ekuivalen dengan sebuah kata bermorfem tunggal, maka bentuk itu disebut derivasi. (Parera. 2007:21).

 

Dari  sumber tersebut dapat disimpulkan bahwa Derivasi adalah proses pembentukan kata yang menghasilkan leksem baru atau suatu proses imbuhan terhadap suatu suku kata yang berakibat mengubah kelas kata tersebut.

 

 

*Afiks Formator Derivasional*

 

Putrayasa (2010:103-105) menyatakan, Afiks formator adalah afiks-afiks yang membentuk kata, yaitu afiks-afiks pembentuk kata yang sifatnya mengubah kelas kata. Afiks-afiks formator derivasional antara lain:

1.     meN- digabungkan dengan kata benda

-        meN- + sikat         = menyikat      (kata kerja)

-        meN- + gayung     = menggayung            (kata kerja)

2.     Ber- digabungkan dengan kata benda

-        ber- + kaca            = berkaca        (kata kerja)

-        ber- + telepon       = bertelepon    (kata kerja)

-        ber- + minyak       = berminyak   (kata kerja)

3.     per- digabungkan dengan kata sifat

-        per- + panjang      = perpanjang   (kata kerja)

-        per- + lebar           = perlebar       (kata kerja)

-        per- + tinggi          = pertinggi      (kata kerja)

4.     peN- digabungkan dengan: kata kerja

-        peN- + jilat           = penjilat        (kata benda)

-        peN- + lari                        = pelari           (kata benda)

-        peN- + pukul         = pemukul       (kata benda)

5.     peN- digabungkan dengan kata sifat

-        peN- + nikmat      = penikmat      (kata benda)

-        peN- + marah        = pemarah       (kata benda)

-        peN- + ramah        = peramah       (kata benda)

6.     ke- digabungkan dengan kata sifat

-        ke- + tua                = ketua            (kata benda)

7.     –i digabungkan dengan kata sifat

-        sayang + -i            = sayangi        (kata kerja)

-        cinta + -i               = cintai            (kata kerja)

-        kasih + -i               = kasihi           (kata kerja)

8.     –kan digabung dengan: Kata benda

-        gunting + -kan      = guntingkan   (kata kerja)

-        gambar + -kan      = gambarkan   (kata kerja)

-        cat + -kan              = catkan          (kata kerja)

9.     -kan digabung dengan kata sifat

-        mulia + -kan         = muliakan      (kata kerja)

-        jauh + -kan            = jauhkan        (kata kerja)

-        putih + -kan          = putihkan       (kata kerja)

10.  –an digabungkan dengan kata kerja

-        makan + -an          = makanan      (kata benda)

-        minum + -an         = minuman     (kata benda)

-        tulis + -an             = tulisan          (kata benda)

 

 

*Afiks Majemuk Derivasional*

 

            Putrayasa (2010:105-109) menyatakan, Afiks majemuk adalah konfiks maupun imbuhan gabung yang membentuk kata, yaitu konfiks atau imbuhan gabung pembentuk kata yang sifatnya mengubah kelas kata. Berikut adalah beberapa contoh afiks majemuk derivasional.

 

1.     Ke-an digabungkan dengan kata sifat

-        putih + ke-an                    = keputihan     (kata benda)

-        Baik + ke-an                     = kebaikan      (kata benda)

-        Jujur + ke-an                     = kejujuran     (kata benda)

2.     per-an digabungkan dengan: kata kerja

-        tunjuk + per-an     = pertunjukan (kata benda)

-        kerja + per-an                   = perkerjaan    (kata benda)

-        sentuh + per-an                 = persentuhan (kata benda)

3.     per-an digabungkan dengan kata sifat

-        panjang + per-an   = perpanjangan           (kata benda)

-        pendek + per-an    = perpendekan                        (kata benda)

-        damai + per-an     = perdamaian              (kata benda)

4.     peN-an digabungan dengan: kata kerja

-        turun + peN-an     = penurunan                (kata benda)

-        tarik + peN-an      = penarikan                 (kata benda)

-        tunjuk + peN-an    = penunjukan              (kata benda)

5.     peN-an digabungkan dengan kata sifat

-        bulat + peN-an      = pembulatan              (kata benda)

-        pendek + peN-an  = pemendekan            (kata benda)

6.     meN-kan digabungkan dengan: kata benda

-        buku + meN-kan   = membukukan           (kata kerja)

-        gambar + meN-kan= menggambarkan    (kata kerja)

7.     meN digabungkan dengan kata sifat

-        panjang + meN-kan          = memanjangkan        (kata kerja)

-        tinggi + meN-kan             = meninggikan            (kata kerja)

8.     meN digabungkan dengan kata bilangan

-        satu + meN-kan    = menyatukan             (kata kerja)

-        dua + meN-kan                 = menduakan              (kata kerja)

9.     meN-i digabungkan dengan: kata benda

-        bulu + meN-i                    = membului                (kata kerja)

10.  meN digabungkan dengan kata sifat

-        dekat + meN-i       = mendekati                (kata kerja)

11.  meN digabungkan dengan kata keterangan

-        sudah + meN-i      = menyudahi               (kata kerja)

12.  memper- digabungkan dengan: kata benda

-        memper- + budak = memperbudak          (kata kerja)

13.  memper digabungkan dengan kata sifat

-        memper- + indah  = memperindah          (kata kerja)

14.  memper-kan digabungkan dengan kata sifat

-        banyak + memper-kan      = memperbaiki (kata kerja)

15.  memper-i digabungkan dengan kata sifat

-        baik + memper-i               = memperbaiki (kata kerja)

16.  ter-kan digabungkan dengan: kata benda

-        gambar + ter-kan = tergambarkan          (kata kerja)

17.  ter digabungkan dengan kata sifat

-        lupa + ter-kan       = terlupakan                (kata kerja)

18.  ter-i digabungkan dengan: kata benda

-        gambar + ter-i       = tergambari               (kata kerja)

19.  ter-i digabungkan dengan kata sifat

-        dekat + ter-i          = terdekati                              (kata kerja)

20.  ber-kan digabungkan dengan kata benda

-        senjata + ber-kan  = bersenjatakan          (kata kerja)

21.  di-kan digabungkan dengan: kata benda

-        gambar + di-kan   = digambarkan            (kata kerja)

22.  di-kan digabungkan dengan kata sifat

-        luas + di-kan         = diluaskan                 (kata kerja)

23.  di-i digabungkan dengan: kata benda

-        ludah + di-i           = diludahi                   (kata kerja)

24.  di-I digabungkan dengan kata sifat

-        senang + di-i         = disenangi                 (kata kerja)

 

 

·       *Proses Morfologis Derivasi*

 

Morfologi derivasi dibedakan atas: (1) derivasi yang mengubah kelas kata; dan (2) derivasi yang tidak mengubah kelas kata  (Ermanto.2016:18). Jadi dijelakan dalam morfologi bahwa derivasi dibedakan atas dua bagian atau dibagi menjadi dua yaitu derivasi yang mengubah kelas kata dan juga derivasi yang tidak mengubah kelas kata.

 

Derivasi yang mengubah kelas kata adalah seperti kata pukul menjadi pemukul, mabuk menjadi pemabuk, laut  menjadi pelaut. Sedangkan Derivasi yang tidak mengubah kelas kata adalah seperti kata ajar menjadi mengajar, lurah menjadi kelurahan. Pengubahan kelas kata sudah pasti mengubah makna leksikal, namun pengubahan makna leksikal, bisa tidak mengubah kelas kata (Ermanto.2016:19).

 

Afiks derivasi adalah afiks yang memproduksi leksem baru (kata dalam pengertian leksem); dan afiks infleksi adalah afiks yang memproduksi bentuk kata/kata gramatikal. (Ermanto.2016:20). Artinya bahwa afiks derivasi itu adalah afiks yang menghsilkan leksem baru. Sedangkan afiks infleksi yaitu afiks yang menghasilkan bentuk kata atau kata gramatikal, kata yang sesuai dengan tata bahasa.

 

Proses derivasi selalu memproses kata (leksem) sebagai inputnya, dan tidak memproses bentuk kata (hasil infleksi) sebagai inputnya (Ermanto.2016:32). Secara umum dapat dikatakan bahwa morfem derivasional berfungsi mengalihkan kelas kata bentuk dasar ke dalam kelas kata yang berbeda.

 

Derivasi menghasilkan leksem baru (dalam Ermanto. 2016:22). Boiij (dalam Ermanto. 2016:29) derivasi berpotensi mengubah kategori (kelas kata), Jadi dari kedua pandangan para pakar tersebut dapat disimpulkan bahwa derivasi menghasilkan kata baru yang menyebabkan perubahan pada kategori kata atau kelas kata dari sebuah kata dasarnya.

 

Bedasarkan pendapat Nida (dalam Ermanto. 2016:24) morfem derivasi lebih beragam jumblahnya. Artinya bahwa morfem yang mengalami proses derivasi lebih banyak dan beragam . Morfem derivasi kurang produktif artinya terbatas distribusinya.

 

Parera (2007:24-25) menyatakan, berdasarkan data bahasa, kata derivasional dapat berperilaku sebagai berikut:

 

1.      kata derivasional dapat menjadi bentuk dasar baru untuk pembentukan kata-kata yang lain, baik yang derivasional maupun yang infleksional. Misalnya, adjektif “maksa” dialihkan menjadi nomen “pemaksa”. Nomen “pemaksa” dapat dialihkan lagi menjadi nomen “pemaksaan”.

2.     kata-kata derivasional tidak dapat diruntuhkan dalam satu perangkat seperti morfem-morfem infleksional. Morfem-morfem derivasional dapat tata leksikon. Misalnya, kita dapat menyusun satu perangkat seperti: rumah-rumah-perumahan, mencuci-dicuci.

3.     jika muncul satu morfem derivasional dan satu morfem infleksional untuk membentuk sebuah kata, maka morfem derivasional harus didahulukan. Misalnya, dalam bahasa Inggris kata “sing” sebuah nomen dmati dialihkan menjadi nomen hidup “singer” dan kemudian mendapatkan morfem infleksional –s meenjadi “singers” (sing- er-s).

 

 

Rujukan

^ McCarthy, Andrew Carstair. 2002. English Morphology: Words and Their Structure. Edinburgh: Edinburgh University Press.

^ Booij, G. 2005. The Grammar of Words An Introduction. New York: Oxford University Press

Lompat ke:a b c d Chaer, A. 2008. Morfologi Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses). Jakarta: Rineka Cipta

Lompat ke:a b c Fromkin, V. Rodman, R., & Hyams, N. 2011. An Introduction to Language (9th ed.). Boston: Wadsworth, Cengage Learning.

Lompat ke:a b Yule, G. 2010. The Study of Language (4th ed.). New York: Cambridge University Press.

Budiman, Sumiati. 1987. Sari Tata Bahasa Indonesia. Klaten: PT. Intan Pariwara.

Ramlan, M. 1979. Morfologi: Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: U.P. Karyono.

DAFTAR PUSTAKA

Parera, Jos Daniel. 2007. Morfologi Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Putrayasa, Ida Bagus. 2010. Kajian Morfologi (Bentuk Derivasional dan Infleksional). Bandung: PT Refika Aditama.

Ermanto. 2016. Morfologi Afiksasi BAHASA INDONESIA Masa Kini. Padang.

Chaer, Abdul. 2015. Morfologi Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses). Jakarta: Rineka Cipta.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar