Sabtu, 18 Maret 2023

Artikel : "*Guru Salah Apa?, Apa Salah Guru, Salah Guru Apa?*

 

*Guru Salah Apa?, Apa Salah Guru, Salah Guru Apa?*

 

Pernyataan yang menggelitik tentang guru, mungkin itu sebuah sindiran, penghakiman, atau pembelaan dalam dunia pendidikan yang selalu dikaitkan dengan guru. Beban yang sangat berat yang disandang guru secara Moral dan Material baik di lingkungan sekolah maupun kemasyarakatan. Guru “Wajib mengantarkan Siswa dalam keberhasilan baik ilmu, akhlak maupun tingkah lakunya berbangsa dan bernegara”. Pernahkan mereka berpikir betapa berat beban guru yang selalu tertinggal dalam mengumpulkan materi dunia. Adakah yang peduli dengan Guru.

 

 

Muncul Konsep “Merdeka Belajar’ adalah sebuah konsep pengembangan pendidikan di mana seluruh pemangku kepentingan diharapkan menjadi agen perubahan (agent of change). Para pemangku kepentingan tersebut meliputi keluarga, guru, institusi pendidikan, dunia industri, dan masyarakat.

 

 

Menurut pendapat Yaswardi ( 2020 )  menjelaskan, terdapat tiga indikator keberhasilan program Merdeka Belajar yang digagas Kemendikbudristek, yaitu partisipasi siswa-siswi dalam pendidikan Indonesia yang merata, pembelajaran yang efektif, dan tidak adanya ketertinggalan anak didik. Yaswardi menambahkan bahwa ketiga indikator tersebut bisa tercapai antara lain dengan perbaikan infrastruktur dan teknologi pendidikan. Infrastruktur kelas di masa depan harus lebih baik dari hari ini. Kemudian platform pendidikan nasional berbasis teknologi juga harus digalakkan.

 

 

Selanjutnya adalah hadirnya kebijakan, prosedur, dan pendanaan yang efektif dan efisien. Di dalamnya termasuk kontribusi eksternal, baik dari pihak pemerintah maupun swasta. Pembelanjaan anggaran pendidikan pun harus efisien dan akuntabel (gatra.com, 10/6/2021).

 

 

Ilmu pengetahuan dan dunia pendidikan itu sendiri bersifat dinamis. Mungkin saja apa yang benar kemarin bisa salah hari ini. Apa yang dianggap salah hari ini, mungkin akan terbukti benar di kemudian hari.

 

 

Teman-teman pendidik harus mampu mengendalikan diri dan memahami kondisi agar terhindar dari kesalahan-kesalahan ketika mengajar di kelas. Kita hanyalah manusia biasa, yang tidak luput dari kelemahan dan kesalahan ketika berada di depan peserta didik. Namun, bukan berarti kesalahan teman-teman pendidik harus dibiarkan dan tidak ada jalan keluarnya.

 

 

Jadi guru mesti terbuka, rendah hati, mau belajar dan kritis. Tidak anti kritik. Kalau salah ya ngaku. Kalau murid benar atau bisa ya dipuji, simple kan? Guru zaman now harus gitu.

Guru masa kini harus membangun suatu pembelajaran yang demokratis. Siswa dapat bertanya, menanggapi dan diberikan kesempatan untuk berbeda pendapat, serta mempertahankan pendapatnya.

 

 

Dalam demokrasi pembelajaran, guru menyediakan ruang kepada siswa menjadi rekan belajar untuk terus berubah, baik secara personal maupun komunal. Guru itu fasilitator. Orang yang berperan memudahkan para siswa belajar. Guru dituntut rendah hati karena Keterbatasannya. Fasilitator sadar bahwa dia tidak tahu dan bisa semuanya. Tetapi tahu cara-cara dan sumber-sumber yang memudahkan para siswa belajar.

 

 

Ada beberapa kesalahan guru ketika mengajar yang mengakibatkan kegagalan peserta didik mencapai tujuan pembelajaran secara optimal. Kesalahan-kesalahan tersebut diantaranya:

 

1.     *Tidak Ada Persiapan Ketika Mengajar*

 

Teman-teman pendidik harus selalu ingat bahwa mengajar tampa persiapan merupakan tindakan yang dapat merugikan perkembangan siswa.. Ingatlah bahwa dalam proses pembelajaran, tidak ada pembelajaran yang berhasil tanpa persiapan yang benar.

 

2.     *Mamaksa Peserta Didik Harus Bisa Memahami Materi yang Kita Ajarkan*

 

Target materi menjadi tidak tercapai karena keegoisan guru untuk membuat satu atau dua peserta didik tersebut harus paham materi yang diajarkan. Tentu ini kesalahan paling mendasar tetapi kurang disadari oleh kita. Dan sejujurnya, kita pun memiliki keterbatasan dalam menguasai pelajaran yang kita ajarkan. Ingatlah bahwa setiap peserta didik memiliki keahlian yang berbeda-beda dalam menguasai pelajaran.

 

3.     *Merasa Diri Paling Pandai Saat di Kelas*

 

Tak dapat dipungkiri media pembelajaran saat ini sangatlah luas dan up to date. Jika teman-teman pendidik tidak meng-upgrade diri terus menerus, bukan tidak mungkin jika peserta didik kita lebih pandai daripada gurunya. Dan bahkan kita bisa belajar dari peserta didik sekalipun, atau saling membelajarkan.

 

4.     *Tidak Peka dengan Perilaku Peserta Didik yang Membanggakan Ketika Sedang Belajar*

 

Kita perlu sekali belajar untuk menangkap perilaku positif yang ditunjukan oleh para peserta didik, lalu segera memberi hadiah atas perilaku tersebut dengan pujian dan perhatian. Kedengarannya hal ini sederhana. tetapi memerlukan upaya sungguh-sungguh untuk tetap mencari dan memberi hadiah atas perilaku-perilaku positif peserta didik, baik secara kelompok maupun individual.

 

 5. *Mengabaikan Perbedaan Peserta Didik*

Setiap peserta didik memiliki perbedaan yang unik, mereka memiliki kekuatan, kelemahan, minat, dan perhatian yang berbeda-beda. Latar belakang keluarga, latar belakang sosial ekonomi, dan lingkungan, membuat peserta didik berbeda dalam aktifitas, kreatifitas, intlegensi, dan kompetensinya. Dalam hal ini, teman-teman pendidik juga harus memahami ciri-ciri peserta didik yang harus dikembangkan dan yang harus diarahkan kembali.

 

5.     *Memperlakukan Peserta Didik Secara Tidak Adil*

 

Pembelajaran yang baik dan efektif adalah yang mampu memberi kemudahan belajar secara adil dan merata (tidak diskriminatif), sehingga peserta didik dapat mengembangkan potensinya secara optimal. Keadilan dalam pembelajaran merupakan kewajiban guru dan hak peserta didik untuk memperolehnya.

 

6.     *Tidak Sadar Memberikan Contoh Tindakan Kurang Tepat Pada Peserta Didik*

 

Teman-teman pendidik merupakan contoh dan panutan bagi peserta didik. Tanpa disadari, tindakan guru adalah doktrin yang melekat pada peserta didik. Perlu teman-teman pendidik ketahui, peserta didik adalah penyontoh paling andal. Mereka mampu menyontoh gaya guru menyampaikan materi dan bagaimana alur pikir guru dalam memahami materi.

Untuk itu, jangan pernah melakukan tindakan yang kurang tepat pada peserta didik, seperti mengeluarkan kata keras dan kotor, menghina peserta didik di depan kelas, memerintah pada sesuatu yang tidak dilakukan oleh kita sendiri, sering terlambat masuk ke kelas, merokok, dan lain-lainnya.

 

 

“Guru itu salah, salahnya apa??”. Salahnya tentang mindset tujuan mendidik itu sendiri, bukan sekedar mencerdaskan murid, mendidik murid supaya nilainya bagus, mengajarkan yang tidak tahu menjadi tahu,  tapi yang menjadi masalah apakah murid anda akan bahagia dan antusias saat belajar. Guru itu harus rendah hati. Kalau salah yang mengaku saja. Kalau belum tahu, katakan tidak tahu. Jika anak bertanya sesuatu yang sulit dan tidak bisa dijawab saat itu, jadikan PR.

 

 

            “Jangan berfokus membuat anak didik anda pintar atau paham materi, tapi fokuslah agar anak didik anda suka dengan materi yang disampaikan”. tujuan guru ialah "Mendidik siswa agar berperilaku selayaknya manusia”.

 

 

Betapa sulitnya meyakinkan para guru bahwa setiap siswa punya gaya belajar masing-masing, yang juga selalu berubah. Informasi akan masuk ke dalam otak siswa dan tak terlupakan seumur hidup apabila informasi tersebut ditangkap berdasarkan gaya belajar siswa tersebut. Artinya, setiap guru harus mahir mengajar dengan strategi pembelajaran yang sesuai dengan gaya belajar siswa. Apabila paradigma ini benar-benar dipahami oleh guru, guru tidak akan dengan mudah memberikan label siswa bodoh atau siswa tidak becus.

 

 

Mulai sekarang marilah kita memperbaiki cara mengajar kita dengan tidak memberi label atau cap “bodoh” kepada siswa kita. Apabila menghadapi siswa yang kesulitan dalam belajar selalu putus asa dan mengecap anak bodoh , maka yang sebenarnya bodoh itu kita sendiri karena kurang dapat menggali potensi siswanya.

 

 

Terdapat tiga indikator keberhasilan program “Merdeka Belajar”, yaitu partisipasi siswa-siswi dalam pendidikan Indonesia yang merata, pembelajaran yang efektif, dan tiadanya ketertinggalan anak didik. Menurut Yaswardi, (2020 ) mengungkapkan bahwa ketiga indikator tersebut bisa tercapai dengan perbaikan pada hal-hal berikut.

 

 

Yang pertama adalah perbaikan infrastruktur dan teknologi pendidikan. Infrastruktur kelas di masa depan harus lebih baik dari hari ini. Kemudian platform pendidikan nasional berbasis teknologi juga harus digalakkan.

 

 

Yang kedua adalah hadirnya kebijakan, prosedur, dan pendanaan yang efektif dan efisien. Di dalamnya termasuk kontribusi eksternal, baik dari pihak pemerintah maupun swasta. Pembelanjaan anggaran pendidikan pun harus efisien dan akuntabel.

 

 

Yang ketiga adalah adanya kepemimpinan, andil masyarakat, dan budaya yang mendukung. Dalam hal ini, kompetensi guru, kepala sekolah, dan pemerintah daerah harus menjadi perhatian. Selain itu, kolaborasi dan pembinaan baik lokal maupun global antara guru, satuan pendidikan, dan industri juga perlu dihadirkan.

 

 

Yang terakhir adalah adanya kurikulum, pedagogi, dan asesmen atau penilaian yang mapan, seperti adanya pengembangan kurikulum dan asesmen yang bersifat nasional dan menyeluruh.

 

 

Hakikat guru sukses mengajar di zaman sekarang jelas berbeda dengan era sebelumnya. Ini juga dipengaruhi oleh perkembangan zaman yang semakin canggih dan modern. Sehingga, guru harus bisa beradaptasi dengan baik untuk dapat mengajar siswa milenial dengan tepat.

Guru yang ingin berkembang lebih baik tentu akan melakukan evaluasi terhadap hasil pekerjaannya secara rutin. Evaluasi ini bukanlah penilaian terhadap hasil belajar siswa atau pekerjaan siswa setelah ujian, tetapi evaluasi terhadap sejauh mana kegiatan pembelajaran berjalan efektif.

 

 

 

Pustaka

 

Diyan Musthofa. Kompasiana . platform blog.Kompasiana.com

Mulyasa, E. 2011. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya

 

https://inspirasiday.wordpress.com/2017/07/25/murid-yang-bodoh-atau-guru-yang-salah-dalam-mengajar

https://www.kompasiana.com/bangkitdiyanmusthofa/5c09363812ae940e61086a86/guru-itu-salah

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar