Sabtu, 18 Maret 2023

Artikel : "Fonetik Organis, Artikulatoris, Akustik, Auditoris dalam Bahasa Indonesia"

 


Fonetik Organis/Artikulatoris, Akustik, Auditoris dalam Bahasa Indonesia

( Perspektif Fonetik Artikulatoris Bahasa Lisan )

 

 

*Pengertian Fonetik*

 

 

Fonetik adalah cabang linguistik yang mempelajari bunyi bahasa tanpa memperhatikan apakah bunyi tersebut dapat membedakan arti atau tidak (Dhanawaty, dkk, 2017, hlm. 29). Bunyi semacam itu disebut dengan bunyi netral atau tidak terikat pada bahasa tertentu. Tentunya bunyi yang dimaksud adalah bunyi bahasa berupa ujaran. Seperti yang dikemukakan oleh Muliastuti (2014, hlm. 19) fonetik adalah bagian dari linguistik yang mempelajari proses ujaran.

 

 

Lalu seperti apa contoh konkret dari fonetik? Hal ini sangat bergantung pada ruang lingkup fonetik yang sedang kita bicarakan. Contohnya, kita akan memebicarakan cara kerja alat ucap manusia dan bagaimana bunyi-bunyi yang dihasilkannya diklasifikasikan jika kita bicara masalah fonetik organis (artikulatoris).

 

 

Fonetik juga dapat membicarakan masalah peristiwa fisis yang menyelidiki bunyi dari segi frekuensi getaran, amplitudo intensitas, dan volumenya. Karena berbicara mengenai bunyi pula, maka penerimaan bunyi-bunyi tersebut melalui telinga juga akan dibahas.

 

 

*Jenis/Ruang Lingkup Fonetik*

 

Untuk mempelajari bagaimana ilmu ini digunakan untuk menelusuri bunyi netral bahasa, berikut adalah tiga cakupan fonetik yang biasa dibahas dalam cabang fonologi ini.

 

1.     *Fonetik Organis/Artikulatoris*
merupakan cabang fonetik yang mempelajari mekanisme alat-alat ucap bekerja dalam menghasilkan bunyi ujaran dan bagaimana bunyi-bunyi itu diklasifikasikan.

 

 

2.     *Fonetik Akustik*
mempelajari bunyi bahasa sebagai peristiwa fisis dan menyelidikinya dari segi frekuensi getaran, amplitudo intensitas, dan timbre (kualitas/bentuk suara). Perhatian utama studi ini adalah gelombang-gelombang bunyi yang timbul pada saat kegiatan berbicara dan transmisi gelombang-gelombang getaran tersebut melalui udara.

 

 

3.     Fonetik Auditoris
mengungkap mekanisme penerimaan bunyi-bunyi bahasa oleh telinga. Perhatian utamanya adalah pada persepsi gelombang-gelombang bunyi oleh telinga pendengar, baik yang berkenaan dengan fisiologi telinga dan alat-alat dengar yang terkait maupun berkenaan dengan psikologi persepsinya (Dhanawaty, dkk, 2017, hlm. 29).Fonetik dibedakan menjadi tiga cabang, yaitu fonetik artikulatoris, fonetik  akustis dan fonetik  auditoris.

 

 

Fonetik Artikulatoris, Cabang   fonetik   ini   mempelajari tentang  alat alat  ucap  dan  gerakannya  yang  dapat  kita  amati  atau  kita rasakan tanpa peralatan atau pengetahuan khusus.

 

 

Alat bicara, Sebenarnya tidak ada aggota badan yang khusus digunakan.untuk   berbicara.   Anggota   badan   yang   menghasilkan   bunyi kebetulan berguna untuk tujuan itu, tetapi sebenarnya, mempunyai tugas tugas lain yang dilihat dari segi kehidupan merupakan tugas utamanya,   yakni   tugas   pernapasan,   penciuma   dan   pencernaan makanan.

 

 

Lebih  dari  setengah  badan  manusia  dari  kepala  sampai  ke lambung,  dibutuhkan  untuk  menghasilkan  bunyi  bahasa.  Ada  tiga kelompok  bagian  tubuh  yang  bekerja  sama  untuk  tujuan  itu:  satu kelompok  yang  terletak  di  rongga  badan  yang  disebut  system pernapasan;  satu  kelompok  di  tenggorokan  yang  disebut  sisitem pembunyian;   dan   satu   system   di   dalam   kepala   yang   disebut pengucapan.  

 

 

Secara   garis   besar   bagian   tubuh   kita   yang   erat kaitannya dengan ujaran itu adalah dada, tenggorokan, mulut, dan hidung

 

 

*Alat-alat Bicara*

 

Alat ucap tidak dapat bekerja jika tidak melibatkan alat bicara lainnya yang mencakup dari rona mulut, hidung, hingga paru-paru yang membuat kita mampu untuk menarik udara untuk menghasilkan bunyi. Berikut adalah alat-alat bicara yang menyokong kemampuan berbicara alat ucap manusia.

No.

Nama

Adjektival

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

paru-paru

batang tenggorokan

pangkal tenggorokan

pita-pita suara

rongga kerongkongan

katup pangkal tenggorokan

akar lidah

pangkal lidah

tengah lidah

daun lidah

ujung lidah

anak tekak

langit-langit lunak

langit-langit keras

lengkung kaki gigi

gigi atas

gigi bawah

bibir atas

bibir bawah

mulut

rongga mulut

hidung

rongga hidung

pulmonal

bronkus

laringal

 

faringal

 

 

dorsal

medial

laminal

apikal

uvular

velar

palatal

alveolar

dental

dental

labial

labial

oral

oral

nasal, sengau

nasal, sengau

 

 

*Unsur Pembentuk Bunyi Ujaran*

 

Dalam suatu ujaran terdapat unsur yang dapat disegmentasikan dan disebut bunyi segmental, yakni: bunyi vokal dan konsonan. Terdapat pula bunyi yang tidak dapat disegmentasikan dan disebut sebagai bunyi suprasegmental yang memuat: tekanan, nada, dan jeda bunyi.

 

 

*Unsur Segmental*

 

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, unsur segmental pembentuk bunyi ujaran dibagi menjadi vokal dan konsonan. Berikut adalah penjelasannya.

 

 

*Bunyi Vokal*

 

Klasifikasi vokal dilakukan berdasarkan tinggi rendahnya lidah, depan belakangnya lidah dan posisi bibir. Untuk lebih jelasnya, melalui ketiga hal tersebut, kita dapat membuat klasifikasi vokal sebagai berikut.

 

 

*Klasifikasi Vokal*

 

1.     Berdasarkan tinggi rendahnya lidah vokal dapat diklasifikasi atas: a) vokal tinggi, yakni [i] dan [u]; b) vokal tengah, yakni [e], [o]. dan [ə]; c) vokal rendah, yakni [a] dan [æ].

2.     Berdasarkan depan belakangnya lidah, vokal dapat diklasifikasi atas: a) vokal depan: [i]. [e] b) vokal pusat: [ə] [Ʌ] c) vokal belakang: [u], [o]

3.     Berdasarkan posisi bibir, vokal dapat dibedakan atas: a) vokal bulat: [u], [o]; b) vokal takbulat: [i], [e] (Dhanawaty, dkk, 2017, hlm. 32).

 

 

*Bunyi Konsonan*

 

Konsonan adalah bunyi bahasa yang dihasilkan dengan berdasarkan daerah artikulasi. Mudahnya, jika bunyi yang dihasilkan bukanlah huruf vokal: aiueo, maka bunyi tersebut adalah konsonan. Berdasarkan daerah artikulasi atau alat artikulasi, konsonan dapat diklasifikasi sebagai berikut.

 

 

*Klasifikasi Bunyi Konsonan*

 

1.     Konsonan bilabial, yaitu konsonan yang dihasilkan dengan bibir atas dan bibir bawah: [p], [b], [m], dan [w].

2.     Konsonan labiodentals, konsonan dengan daerah artikulasi bibir bawah dan gigi atas: [f], dan [v].

3.     Konsonan apiko-dental, konsonan dengan daerah artikulasi ujung lidah dan gigi atas: [ɵ], seperti dalam kata thin ‘kurus’ dan [δ] seperti pada kata there ‘di sana’ dalam bahasa Inggris.

4.     Konsonan lamino-alveolar, bunyi yang dihasilkan dengan artikulasi ujung lidah dan lengkung kaki gigi: [t], [d], [n]

5.     Konsonan Retrofleks, konsonan bunyi yang dihasilkan dengan ujung lidah dan langit-langit keras: [ʈ], seperti pada kata piteh [piʈǝh] ’putar’ dalam bahasa Bali, [ɖ] seperti pada kata dhateng [ɖatǝŋ] ‘datang’ dalam bahasa Jawa

6.     Konsonan palatal, bunyi yang dihasilkan dengan alat ucap antara tengah lidah dan langit-langit keras: [c], [j], [y], dan [ɲ]

7.     Konsonan dorsovelar, bunyi yang dihasilakan dengan alat ucap pangkal lidah dan langit-langit lunak: [k], [g], dan [ŋ].

8.     Konsonan uvular, bunyi yang dihasilkan antara pangka lidah dan anak tekak: [ʀ], seperti pada kata … dalam bahasa Lampung, pada kata … dalam bahasa Prancis

9.     Konsonan faringal, bunyi yang dihasilkan antara pangkal lidah dinding belakang rongga kerongkongan: [h].

10.  Glotal, bunyi yang mirip dengan konsonan dorsovelar [k] yang dilemahkan pengucapannya (Dhanawaty, dkk, 2017, hlm. 36).

 

*Perbedaan Fonetik dan Fonemik*

 

Sebagai catatan akhir, terkadang istilah fonetik sering tertukar dengan fonemik. Padahal kedua hal ini sangatlah berbeda. Fonemik adalah kajian analisis bunyi dengan memperhatikan posisinya sebagai pembeda makna, sementara fonetik tidak memperhatikan bunyi sebagai pembeda makna. Keduanya sama-sama meneliti bunyi, namun fonemik memperhatikan pembeda makna, sedangkan fonetik tidak.

 

 

Referensi

1.     Dhanawaty, N.M., Satyawati, M.S., Widarsini, N.P.N. (2017). Pengantar linguistik umum. Denpasar: Pustaka Larasan.

2.     Muliastuti, L. (2014). Linguistik umum. Tangerang: Penerbit Universitas Terbuka.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar