Sabtu, 18 Maret 2023

Artikel: *”Benarkah Akhlak Pudar dalam Dunia Pendidikan”*

 


*”Benarkah Akhlak Pudar dalam Dunia Pendidikan”*

 

 

Sudah dua periode kenaikan kelas dunia pendidikan diguncang dengan pandemic. Menurut Direktur Jendral Pendidikan Tinggi Kemendikbud, Nizam  "Saat ini pandemi menjadi tantangan dalam mengembangkan kreativitas terhadap penggunaan teknologi, bukan hanya transmisi pengetahuan, tapi juga bagaimana memastikan pembelajaran tetap tersampaikan dengan baik

 

Bagaimana pandangan Islam dengan pendidikan. Pendapat Al-Ghazali tentang pendidikan ini senada dengan pendapat Muhammad Qutb dalam dalam System Pendidikan Islam. Metode Pendidikan yang baik meliputi keteladanan, nasihat, hukuman, cerita, dan pembiasaan

 

Hidup ini perlu pendidikan karena Pendidikan merupakan salah satu sarana yang sangat penting untuk kita sebagai manusia dalam berkehidupan di dunia. Dalam menempuh pendidikan pun tidak semudah yang kita bayangkan,akan ada banyak rintangan yang harus dilalui oleh seorang pelajar.

 

Apalagi saat ini di Indonesia bahkan dunia sedang berada di tengah pandemi Covid-19 yang mana memberikan dampak kepada dunia pendidikan di dunia terutama di indonesia.

 

Pendidikan di tengah pandemic harus disikapi dengan arif, karena tujuan pendidikan dalam pandangan Al-Ghazali adalah mencapai mardlatillah (Ridha Allah) dan haruslah dihindari dari tujuan-tujuan duniawi. Karena tujuan duniawi dapat merusak seluruh proses pendidikan. Dan dapat mendangkalkan arti pendidikan itu sendiri.

 

Sebelum seorang anak mempelajari ilmu yang lain maka perlu diberikan ilmu adab lebih dahulu agar paham bagaimana menggunakan ilmu setelahnya. Dalam kategorisasi ilmu yang dilakukan, ilmu-ilmu agama harusnya menduduki peringkat pertama dan utama dalam pemikiran Al-Ghazali .

 

Sehingga menurut Al-Ghazali selayaknya seorang pelajar pemula mempelajari ilmu agama asasi terlebih dahulu sebelum mempelajari ilmu furu’. Jadi dalam kategorisasi Al-Ghazali karena ilmu agama meliputi keselamatan di akhirat, Sedangkan yang terapan hanya untuk keselamatan di dunia.

 

Dunia pendidikan sekarang baru dalam masalah. Permasalahan  pendidikan adalah segala sesuatu hal yang merupakan masalah pelaksanaan kegiatan pendidikan. Seseorang bukan hanya mendapatkan ilmu pengetahuan, tetapi juga diajarkan untuk berakhlak baik dan berbudi pekerti luhur.

 

Berbekal pendidikan, seseorang akan menjadi orang yang berguna, bermanfaat, berilmu, sehingga mampu meningkatkan taraf hidup atau memperbaiki nasib ke arah yang lebih baik.

Salah satu faktor rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia adalah karena lemahnya para guru dalam menggali potensi anak. Para pendidik seringkali memaksakan kehendaknya tanpa pernah memperhatikan kebutuhan, minat dan bakat yang dimiliki siswanya.

 

(1). Kekurangan Jumlah Guru Yang Terampil. Guru adalah salah satu elemen pendidikan agar proses belajar mengajar berjalan dengan lancar. Prosesnya guru mentransfer ilmu kepada murid, baik itu ilmu pengetahuan, keterampilan, serta mengajarkan pendidikan akhlak kepada murid. Faktanya yang terjadi di lapangan, pendidikan seringkali mendapat masalah kekurangan jumlah guru. Terutama guru-guru terampil atau yang bersertifikasi.

 

Pendidikan merupakan aspek dasar kehidupan manusia. Dengan pendidikan, seseorang bukan hanya mendapatkan ilmu pengetahuan, tapi juga diajarkan untuk berakhlak baik dan berbudi pekerti luhur. Guru adalah salah satu elemen pendidikan akhlak yang tiadak bisa digantikan oleh alat secanggih apapun.

 

Akhlak menurut Al-Ghazali adalah : suatu sikap yang mengakar dalam jiwanya yang melahirkan berbagai perbuatan tanpa adanya pertimbangan dan pemikiran terlebih dahulu.

 

Hubungan Anak Didik dan Guru  yaitu hubungan batin antara anak didik dengan guru menjadi dingin karena mereka tidak pernah saling sapa dan bertatap muka secara langsung selama satu tahun.

 

Penuruna Akhlak  Mental dan Psikis Anak mengancam dunia pendidikan karena tidak ada contoh langsung sebagai figure. Dampak negatif pembelajaran jarak jauh berkepanjangan selanjutnya adalah penurunan kesehatan mental,psikis, Akhlak  anak.

 

 

Peran guru dalam pendidikan sangat krusial terhadap keberhasilan kegiatan pembelajaran. Untuk mencapai hal tersebut, maka dari itu para guru perlu diperhatatikan juga kesejahteraannya.

 

Siswa ibarat kertas putih, Gurulah yang akan menentukan apa yang hendak dituangkan dalam kertas tersebut, berkualitas ataupun tidaknya tergantung sejauh mana guru bisa menempatkan dirinya sebagai pendidik yang memiliki kapasitas dan kompetensi professional dalam mengarahkan individu-individu menjadi sosok yang memiliki karakter dan mentalitas yang bisa diandalkan dalam proses pembangunan bangsa.

 

Oleh karena itu, peran guru sangatlah penting untuk pembangunan nasional bangsa Indonesia serta melahirkan generasi-generasi yang berkualitas untuk masa depan. Guru adalah garda terdepan untuk pembangunan bangsa ini.

 

Guru berperan dalam mengatur segala hal selama proses pembelajaran berlangsung. Beberapa hal yang biasanya dilakukan seperti bertindak sebagai pemimpin, menciptakan situasi yang mendukung, merangsang, menggerakkan, dan juga mengarahkan proses pembelajaran dan lainnya.  Top of Form

Pendidikan merupakan proses pembelajarn bagi anak didik untuk dapat mengerti, paham, dan membuat manusia lebih kritis dalam berpikir. Dengan pendidikan, karakter manusia sebagai individu masyarakat dapat dibentuk dan diarahkan sesuai dengan tuntutan ideal bagi proses pembangunan.

 

Guru memiliki peran yang sangat penting dalam melaksanakan pembelajaran bersama siswa. Keadaan tersebut kedudukan guru yang tidak dapat digentikan dengan media apapun, sehingga keberadaannya sebagai ujung tombak pembelajaran harus tetap ada.

 

Tingkat kesejahteraan guru saat ini nyatanya memang memprihatinkan. Rendahnya kesejahteraan guru mempunyai peran dalam membuat rendahnya kualitas pendidikan Indonesia.

 

Hilangnya pendidikan akhlak yang tidak dipakai sebagai dasar menentukan naik tidaknya siswa menjadi dampak merosotnya pendidikan budi pekerti dan manjadi banyak kenakalan siswa.

Karakteristik paling penting dari pendidikan akhlak adalah digariskanya aturan-aturan moral penggunaan pengetahuan. Apapun pengetahuan itu baik kesariatan atau pengetahuan lainya, teoritis maupun praktis, ibarat pisau bermata dua yang dapat digunakan pemiliknya kapan saja dan dimana saja bahwa akhlak juga merupakan bagian dari senjata hidup bagi manusia untuk meraih sukses.

 

Pengetahuan yang tinggi keterampilan yang mutakhir tanpa di barengi dengan akhlak yang mulia maka tidak menutup kemungkinan justru akan menelanjangi manusia dari hal-hal etika dan kesopanan. Sebagaimana diketahui masalah akhlak pada anak didik sangat penting sekali karena anak mudah terpengaruh dengan perkembangan lingkungan dan tingkah laku, setiap orang tua dan guru ingin membina anak agar menjadi anak yang baik mempunyai kepribadian yang kuat dan sikap mental yang sehat dan akhlak terpuji

 

Pendidikan Akhlak harus dilakukan secara intensif, supaya anak-anak didik dapat membentengi perkembangan jasmani dan rohaninya dengan ilmu agama yang ia peroleh di sekolah atau pun di dalam rumah tangganya. Pergaulan anak didik baik di lingkungan rumah tangganya atau pun di lingkungan sekolah harus mendapat perhatian dan bimbingan dari berbagai pihak, sehingga anak didik benar-benar mendapat pendidikan yang mengarahkan pada pembinaan akhlak yang mulia seperti yang diterangkan oleh Allah swt dalam surat An-Nahl ayat 125.

 

 

Ibnu Abbas tentang keutamaan ilmuwan atas orang awam, pernyataan tersebut adalah “lil ulama’I darajat fauqa al-mu’minina bisab’imi’ati darajat ma baina al-darajataini masiratu khamsami’ati ‘am.” yang artinya “Para orangorang yang berilmu memiliki derajat diatas orang-orang mukmin sebanyak tujuh ratus derajat, jarak di antara dua derajat tersebut perjalanan lima ratus tahun.”

 

Al-Ghazali menjelaskan ada 10 hal yang harus dilakukan oleh seorang pelajar yaitu:

1) Membersihkan jiwa dari kejelekan akhlak, dan keburukan sifat karena ilmu itu adalah ibadahnya hati, shalat secara samar dan kedekatan batin dengan Allah.

2) Menyedikitkan hubungannya dengan sanak keluarga dari hal keduniawian dan menjauhi keluarga serta kampung halamannya. Hal ini menurut Al-Ghazali agar seorang pelajar bisa konsentrasi dalam apa yang menjadi fokusnya.

3) Tidak sombong terhadap ilmu dan pula menjauhi tindakan tidak terpuji terhadap guru. Bahkan menurut Al-Ghazali seorang pelajar haruslah menyearhkan segala urusannya pada sang guru seperti layaknya seorang pasien yang menyerahkan segala urusannya pada dokter.

4) Menjaga diri dari mendengarkan perselisihan yang terjadi diantara manusia, karena hal itu dapat menyebabkan kebingungan, dan kebingungan pada tahap selanjutnya dapat menyebabkan pada kemalasan.

5) Tidak mengambil ilmu terpuji selain mendalaminya hingga selesai dan mengetahui hakikatnya. Karena keberuntungan melakukan sesuatu itu adalah menyelami (tabahhur) dalam sesuatu yang dikerjakannya.

6) Janganlah mengkhususkan pada satu macam ilmu kecuali untuk tertib belajar.

7) Jangan terburu-buru atau tergesa-gesa kecuali kita telah menguasai ilmu yang telah dipelajari sebelumnya. Karena sesungguhnya ilmu itu adalah sistematik, satu bagian saling terkait dengan bagian yang lainnya.

8) Harus mengetahui sebab-sebab lebih mulianya suatu disiplin ilmu dari pada yang lainnya. Seorang murid terlebih dahulu harus mengkomparasikan akan pilihan prioritas ilmu yang akan dipelajari.

9) Pelurusan tujuan pendidikan hanya karena Allah dan bukan karena harta dan lain sebagainya.

10) Harus mengetahui mana dari suatu disiplin ilmu yang lebih penting (yu’atsar al-rafi’ al-qarib ‘ala al-ba’id)

 

Faktor-faktor yang mempengaruhi pendidikan ahklak Menurut Imam AlGhazali Menurut Al-Ghazali dalam menuntut ilmu (belajar),

1.     peserta didik memiliki tugas dan kewajiban yaitu: a. Mendahulukan kesucian jiwa b. Bersedia merantau untuk mencari ilmu pengetahuan c. Jangan menyombongkan ilmunya dan menentang gurunya d. Mengetahui kedudukan ilmu pengetahuan.

2.     Mengurangi kecenderungan pada duniawi dibandingkan dengan masalah ukhrawi sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an : ٤ ٰ َ ول ُ ۡ ِ منَ ٱل كَ َّ ۡٞ ل ري َ خ ُ ة َ ِٓأۡلخر َ ل َ و “Dan Sesungguhnya hari kemudian itu lebih baik bagimu daripada yang sekarang (permulaan). (Q.S. Adh-Dhuha : 4)

3.     Bersikap tawadhu’ (rendah hati) dengan cara menanggalkan kepentingan pendidikan. Hal ini sejalan dengan pendapat al-Ghazali yang menyatakan bahwa menuntut ilmu adalah merupakan perjuangan yang berat yang menuntut kesungguhan yang tinggi, dan bimbingan dari guru.

4.     Hendaknya tujuannya dalam belajar di dunia adalah untuk menghias dan mempercantik batinnya dengan keutamaan,

5.     Mempelajari ilmu-ilmu yang terpuji, baik untuk ukhrawi maupun duniawi.

6.     Belajar dengan bertahap atau berjenjang dengan memulai pelajaran yang mudah (konkret) menuju pelajaran yang sukar (abstrak) atau dari ilmu yang fardhu ‘ain menuju ilmu yang fardhu kifayah hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Surah Al-Fath: ayat 9 sebagai berikut : ٩ ً ِصيل َ أ َ و ٗ ة َ ر ُكۡ ب ُ وه ُ ِح ّ ب سَ ُ ت َ و ۚ ُ وه ُ ِر ّ ق َ و ُ ت َ و ُ وه ُ ِر ّ ز َ ع ُ ت َ ُولِ ِۦ و س َ ر َ ِ و ِٱلل َّ ب ْ ُوا ِمن ۡ ؤ ُ ِ ّ تل “Supaya kamu sekalian beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, menguatkan (agama) Nya, membesarkan-Nya. dan bertasbih kepada-Nya di waktu pagi dan petang.” (Q.S. Al-Fath : 9)23

7.     Belajar ilmu sampai tuntas untuk kemudian beralih pada ilmu yang lainnya, sehingga anak didik memiliki spesifikasi ilmu pengetahuan secara mendalam.

8.     Mengenal nilai-nilai ilmiah atas ilmu pengetahuan yang dipelajari.

9.     Memprioritaskan ilmu yang diniyah (agama) sebelum memasuki ilmu yang duniawi.

10.  Mengenal nilai-nilai pragmatis bagi suatu ilmu pengetahuan yaitu ilmu yang dapat bermanfaat yang dapat membahagiakan, mensejahterakan, serta memberi keselamatan hidup dunia dan akherat

11.  Mendahulukan kesucian hati dari akhlak yang rendah dan sifat tercela, karena ilmu adalah ibadah dan sholatnya dari hati, dan pendekatan pada Allah SWT . 12) Merasa satu bangunan dengan murid lainnya sehingga merupakan satu bangunan yang saling menyayangi dan menolong serta berkasih sayang.

 

 

Daftar Pustaka

-        Al-Qur’an dan Terjemahnya ( Jakarta: Departemen Agama RI, 1996)

-        Abidin Ibnu Rusyd, Pemikiran al-Ghazali Tentang Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998)

-        Al-Ghozali, Ihya’ Ulumuddin, (Beirut: Dar Al- Kutub Al- Ilmiyah, 1985)

-        Departemen Agama RI, Kumpulan Hadits-Hadits Shahih, (Semarang: Thoha Putra, 1993)

-        Fathiyah Hasan Sulaiman, Aliran-Aliran Dalam Pendidikan Studi Tentang Aliran Pendidikan Menurut Al-Ghazali, (Semarang: Dina Utama, 1993)

-        Inu Kencana Syafiie, Pengantar Filsafat, (Bandung: Penerbit Rafika Aditama, 2007)

-        Muhammad Asrori, Psikologi Pembelajaran, (Bandung: Wacana Prima, 2007)

-        Muhammad Utsman Najati, Jiwa Dalam Pandangan Filosofis Muslim, (Bandung: Pustaka Hidayah, 2002)

-        https://www.kompasiana.com/rafinawd08/60ef9f7806310e67e45f0122/permasalahan-dalam-dunia-pendidikan-saat-ini

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar