Sabtu, 18 Maret 2023

Artikel: *“Keragaman Makna Kata dalam Bahasa Indonesia”*

 

*“Keragaman Makna Kata dalam Bahasa Indonesia”*

 

 

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, makna diartikan sebagai arti atau pengertian yang diberikan kepada suatu bentuk kebahasaan. Sementara menurut Yendra dalam Mengenal Ilmu Bahasa (2018), makna adalah hasil hubungan antara bahasa dengan dunia luar, penentuan hubungan terjadi karena kesepakatan para pemakai, serta perwujudan makna itu dapat digunakan untuk menyampaikan informasi sehingga dapat saling dimengerti.

 

 

Ahli bahasa mengklasifikasikan jenis-jenis makna dengan berbagai teori dan sudut pandang. Ada yang menggolongkannya ke dalam tiga jenis, ada yang sampai menjadi 29 jenis makna kata. Namun dari beberapa jenis makna tersebut memiliki kesamaan dan dasar yang sama.

 

 

Makna dibedakan menjadi dua, yaitu makna linguistik dan makna sosial. Makna sosial bersifat kontekstual. Pembahasannya dapat meluas pada latar belakang budaya, adat, atau kultur dalam pemakaian bahasa. Sedangkan makna linguistik adalah makna yang biasa kita temukan dalam pelajaran bahasa Indonesia.

 

 

Makna linguistik dibagi menjadi dua jenis, yaitu makna leksikal dan makna gramatikal. Makna leksikal disebut juga makna yang terdapat dalam kamus. Makna leksikal ialah makna lambang kebahasaan yang bersifat dasar. Makna jenis ini merujuk pada arti sebenarnya dari suatu bentuk kebahasaan, yang dapat berdiri sendiri tanpa melihat konteks.

 

 

Prosedur pemaknaan atau komponen makna leksikal adalah sebagai berikut:

-        Penamaan (naming) atau penyebutan (labeling): menggunakan lambang yang berwujud satu kata berdasrkan pengalaman dan pengetahuan seseorang.

-        Parafrasa: menganalisis komponen makna lebih terperinci dengan melihat deskripsinya.

-        Mendefinisikan (definition): pengembangan dari parafrasa untuk menjelaskan makna agar lebih rinci.

-        Mengklasifikasikan (classified): menhubungkan dengan kelas kata. Kelas tersebut dapat berupa cirinya.

 

 

Para ahli bahasa meyakini bahwa makna kata tidaklah tunggal. Satu simbol dapat mewakili lebih dari satu bahkan memiliki padanan kata yang sangat beragam.

 

 

*Bagaimana dengan  kata kiasan*

Kata kiasan adalah kata yang memiliki makna kias. Artinya kata kiasan adalah kata yang dipakai dengan memperbandingkan atau mengibaratkan sesuatu dengan keadaan lainnya. Terkadang kata kiasan juga tidak sesuai dengan arti kata sebenarnya sebab bentuknya berupa pengandaian.

 

 

Kata kiasan adalah kata yang seringkali ditemukan dalam sejumlah kalimat umum yang sifatnya tidak formal. Kata kiasan adalah sebuah kata yang biasanya dipakai untuk menekankan satu makna pesan dengan menggunakan perumpamaan baik benda hidup ataupun benda mati.

Misalnya contoh kata kiasan adalah 'Ibu membawa buah tangan'. Kata kiasan dari contoh tersebut adalah 'buah tangan.' Namun maknanya bukan berarti ibu membawa buah di tangan, melainkan bentuk kata kiasan yang memiliki arti oleh-oleh. Arti oleh-oleh tersebut bisa bermakna luas tak hanya dalam bentuk oleh-oleh berupa buah.

 

 

1. *Pengertian Kata Kiasan*

 

Kata kiasan adalah kata dengan makna yang beragam. Artinya sebab kata kiasan adalah kata yang bisa memiliki arti tidak sebenarnya dari kata aslinya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dalam bentuk daring atau online, kata kiasan diartikan sebagai pertimbangan tentang suatu hal dengan perbandingan atau persamaan dengan hal yang lain.

 

 

Selain itu, kata kiasan adalah kata yang juga berarti perumpamaan, ibarat, lambang, sindiran, bahkan pelajaran. Kata kiasan adalah kata yang umumnya tidak dipakai untuk menyusun kalimat bersifat formal. Tak hanya itu saja, kata kiasan adalah kata yang dipakai untuk menekankan sebuah pesan dalam bentuk kiasan.

 

 

Terkadang kata kiasan terkesan tidak nyambung bahkan aneh. Ada istilah bahasa kiasan menurut Krause tahun 2008 yang mengarah sudut pandang tidak lansung, tidak logis, bahkan memiliki tafsiran tidak masuk akal. Namun karena bentuknya adalah kata kiasan, maka ada makna tersendiri yang disesuaikan dengan penggunaan kata tersebut berdasarkan situasinya. Sementara penggunaan kata kiasan kerap dijumpai dalam bentuk karya sastra. Dimana kebanyakan contoh kata kiasan tersebut dalam bentuk gaya bahasa majas.

 

Contoh Kata Kiasan

Contoh kata kiasan dan maknanya.

- Buah tangan: memiliki arti oleh-oleh

- Banting tulang: memiliki arti bekerja keras.

- Lintah darat: memiliki arti rentenir.

- Kutu buku: memiliki arti gemar membaca atau rajin membaca.

- Cuci mata: memiliki arti mencari kesenangan atau melihat sesuatu yang indah.

 

 

Contoh kalimat kata kiasan di bawah ini semakin memudahkan  memahami kata kiasan. Adapun contoh kalimat kata kiasan kerap dipakai untuk menyampaikan sesuatu berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Berikut ini contoh kalimat kata kiasan.

 

 

- Ibu pulang dari pasar membawa buah tangan.

- Irwan patah hati setelah ditolak Santi.

 

 

2. *Kegunaan Kata Kiasan*

Setelah memahami pengertian dan contoh kata kiasan, ada fungsi atau kegunaan dari kata kiasan. Adapun kegunaan kata kiasan sebagai berikut.

- Kata kiasan digunakan untuk memberi penekanan menggambarkan sebuah emosi yang memiliki makna tertentu.

- Kata kiasan digunakan untuk memberi kesan romantis ataupun menggambarkan situasi tertentu.

- Kata kiasan juga dipakai untuk memberi gambaran dengan memperbandingkan, mengumpamakan, ataupun mengibaratkan benda mati seperti tampak hidup.

- Kata kiasan dapat memperindah suatu karya sastra.

 

 

Kata kiasan adalah kata-kata yang sangat tidak formal, bukan dalam arti kata yang sebenarnya; kata kiasan dipakai untuk memberi rasa keindahan dan penekanan pada pentingnya hal yang disampaikan. Misalnya, "Cita-citanya setinggi langit," juga, "Wajahnya bagaikan rembulan". Kata kiasan sering dapat ditemukan pada nyanyian-nyanyian, puisi-puisi, dan karya-karya tulis lama.

 

 

Dalam menjabarkan makna kata kiasan, kata ini merupakan sebuah bentuk kebahasaan yang membuat orang menerka dalam memaknai kalimat tersebut sebagai pengertian standar kalimat. Hal ini sejalan dengan pernyataan dari seorang ahli bahasa yang bernama Krause, yang menullis bukunya pada tahun 2008, yang menyatakan bahwa: “Bahasa kiasan mengacu pada sudut pandang “secara tidak langsung” atau “logis” yang mempertahankan bahwa awal analisis untuk arti secara harafiah dan jika tafsiran tidak masuk akal, maka proses kalimat kembali ke bahasa kiasan yang sesuai”.

 

 

Dalam nenanggapi permasalahan ini, kata kiasan adalah sebuah ragam bahasa yang digunakan untuk mengekspresikan sebuah makna yang terkandung dalam sebuha karya sastra, yang dinyatakan secara tidak langsung, yang diungkapkan dengan majas. Jenis-jenis bahasa kiasan yaitu metafora, simili, personifikasi, sinedoke, metonimi, simbol, hiperbola, ironi. Jenis bahasa liasan tersebut akan dijelaskan satu per satu, walau dalam tulisan ini tidak akan memaparkan semua jenis makna dalam kata kiasan tersebut.

 

 

Hal pertama adalah kata kiasan Matefora. Metafora merupakan ragam kata kiasan yang membandingkan suatu hal dengan yang lain secara langsung, yang tidak menggunakan kata-kata penghubung.

 

 

Kata kiasan yang ke dua dalam bentuk Simili. Simili merupakan bahasa kiasan yang membandingkan suatu hal dengan yang lain secara tidak langsung, dengan menggunakan kata-kata pembanding. Dalam bahasa Indonesia, kata kiasan ini akan menggunakan kata: seperti, andai laksana dan lain sebgainya.

 

 

Bentuk kiasan yang ke tiga adalah Personifikasi. Personifikasi merupakan jenis kata kiasan yang memberikan sifat, perilaku atau perlengkapan manusia kepada hewan, objek, ataupun konsep. Misalnya, kata seperti daun nyiru yang melambai. Kata melambai biasa dipersepsikan sebagai tangan manusia. Jenis yang keempat adalah Sinokde. Sinokde adalah penggunaan kata yang sama dengan faktanya yang tujuan memperjelas. Misalnya: sepucuk surat dari ayah. Kata ayah memiliki posisi sebagai penjelas dari kata surat.

 

 

 

*Jenis-Jenis Makna Kata dalam Bahasa Indonesia*

Penggunaan bahasa untuk berkomunikasi sudah tidak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia sehari harinya. Satuan dari bahasa antara lain terdiri atas kata, frasa, dan kalimat. Kata seringkali memiliki makna yang berbeda-beda, tergantung pada konteks apa kata itu digunakan serta kalimat apa yang mengikuti penggunaan kata tersebut.

 

 

*Pengertian Makna Kata (Semantik)*

Seperti yang kita ketahui, ‘kata’ merupakan satuan terkecil dalam bahasa yang memiliki arti atau makna. Istilah ‘kata’ dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) merupakan bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa.

 

 

Mansoer Pateda (2001) berpendapat jika istilah makna kata merupakan kata kata dan istilah yang membingungkan. Untuk mengkaji tentang makna kata, terdapat kajian khusus dalam linguistik, yakni kajian semantik. Kajian makna kata menurut penggolongan semantik merupakan cabang linguistik yang secara khusus meneliti dan mengkaji makna kata, asal usul kata tersebut, perkembangan penggunaan kata, serta penyebab terjadinya perubahan makna kata.

 

 

Abdul Chaer (1994) dan J.W.M Verhaar (1996) mengemukakan pendapat serupa tentang pengertian semantik, yakni cabang studi linguistic (kebahasaan) yang membahas arti atau makna.

 

 

*Berikut Jenis-jenis Makna Kata*

1. *Makna Leksikal*

Istilah leksikal berasal dari kata leksikon yang artinya kamus. Makna leksikal diartikan sebagai makna yang terdapat di dalam kamus atau mengikuti tulisan kamus.

Contohnya: Doa artinya permohonan (harapan, permintaan, pujian).

 

 

2. *Makna Gramatikal*

Makna gramatikal merupakan makna kata yang timbul karena proses tata Bahasa Indonesia atau gramatika. Misalnya, proses afiksasi, reduplikasi, atau komposisi.

Contohnya: Kata lapang artinya luas atau lebar. Saat kata lapang diletakkan pada kalimat "Saya harus berlapang dada dalam menghadapi masalah", makna gramatikal kata lapang berubah menjadi bersabar.

 

 

3. *Makna Konotatif*

Makna konotatif adalah makna yang mengandung nilai emosi tertentu. Sehingga, makna tersebut menjadi kiasan yang bisa berisi nilai, sikap sosial, atau perspektif tertentu.

Contohnya: Mereka berusaha berebut kursi pemilu. Kata kursi bukan berarti alas duduk berkaki empat, namun kursi adalah kiasan dari jabatan.

 

 

4. *Makna Denotatif*

Makna denotatif adalah makna yang mengandung arti atau pengertian yang sebenarnya. Makna ini mengacu pada kamus atau literatur lain. Biasanya, makna denotatif diterapkan dalam bahasa ilmiah.

Contohnya: Bunga itu sudah tumbuh di taman. Kata bunga mengandung arti sebenarnya, yakni bagian tumbuhan yang akan menjadi buah dan memiliki kelopak.

 

 

5. *Makna Asosiatif*

Makna asosiatif mencakup keseluruhan hubungan makna dengan nalar diluar bahasa. Ia berhubungan dengan masyarakat pemakai bahasa, pribadi memakai bahasa, perasaan pemakai bahasa, nilai-nilai masyarakat pemakai bahasa dan perkembangan kata sesuai kehendak pemakai bahasa. Makna asositif dibagi menjadi beberapa macam, seperti makna kolokatif, makna reflektif, makna stilistik, makna afektif, dan makna interpretatif.

 

 

*Berikut ini penjelasannya*

a. *Makna Kolokatif* 

Makna kolokatif lebih berhubungan dengan penempatan makna dalam frase sebuah bahasa. Kata kaya dan miskin terbatas pada kelompok farase. Makna kolokatif adalah makna kata yang ditentukan oleh penggunaannya dalam kalimat. Kata yang bermakna kolokatif memiliki makna yang sebenarnya.

 

 

b. *Makna Reflektif*

Makna reflektif adalah makna yang mengandung satu makna konseptual dengan konseptual yang lain, dan cenderung kepada sesuatu yang bersifat sacral, suci atau tabu terlarang, kurang sopan, atau haram serta diperoleh berdasarkan pengalaman pribadi atau pengalaman sejarah.

 

 

c. *Makna Stilistika*

Makna stilistika adalah makna kata yang digunakan berdasarkan keadaan atau situasi dan lingkungan masyarakat pemakai bahasa itu. Sedangkan bahasa itu sendiri merupakan salah satu ciri pembeda utama dari mahluk lain didunia ini. Mengenai bahasa secara tidak langsung akan berbicara mempelajari kosa kata yang terdapat dalam bahasa yang digunakan pada waktu komunikasi itu.

 

 

d. *Makna Afektif*

Makna kata ini biasanya dipakai oleh pembicara berdasarkan perasaan yang digunakan dalam berbahasa.

 

 

e. *Makna Interpretatif*

Makna interpretatif adalah makna yang berhubungan dengan penafsiran dan tanggapan dari pembaca atau pendengar, menulis atau berbicara, membaca atau mendengarkan.

Jenis-Jenis Makna Kata dan Contohnya

 

 

6. *Makna Referensial*

Seperti yang kita tahu, kata referensi merujuk pada suatu hal yang menjadi acuan. Karenanya, makna kata referensial berarti makna kata yang menunjukkan referensi atau acuan suatu kata pada kondisi di kenyataan. Sebagai contoh kalimat kalimat langsung:

 

a. "Tadi saya bertemu dengan Rifa," kata Budi pada Joni.

Pada kalimat tersebut, kata "saya" mengacu pada Budi. Bandingkan dengan kalimat langsung berikut:

 

b. "Saya ingin sekali bisa berjumpa dan ngobrol dengan Budi," kata Joni.

Pada kalimat tersebut, kata "saya" mengacu pada Joni.

 

 

7. *Makna Non-referensial*

Berkebalikan dengan makna referensial, makna kata non-referensial merupakan kata yang tak mempunyai referensi atau acuan di kondisi nyata. Biasanya, kata-kata ini bisa berupa artikel, partikel, dan kata hubung.

Contoh kata-kata dengan makna non-referensial yaitu  : 'dan', 'atau', 'serta', 'karena', 'maka', 'sebab', 'jika', 'sehingga', dan sebagainya. 

 

 

8. *Makna Kontekstual*

Makna kata kontekstual merupakan makna dari sebuah kata yang muncul berdasarkan suatu konteks penggunaannya dalam suatu frasa atau kalimat. Sebagai contoh kata "kepala" pada frasa "kepala desa". Makna kata kepala dalam frasa tersebut akan berbeda dengan makna kata "kepala" secara leksikal. Berbeda juga dengan makna kata "kepala" dalam frasa lain seperti "kepala kereta", "kepala besar", dan sebagainya.

 

 

9. *Makna Emotif*

Selanjutnya, ada pula yang disebut dengan makna kata secara emotif. Secara umum, makna emotif adalah makna dalam kata atau frasa yang berkaitan dengan perasaan. Artinya, pemaknaan dari kata tersebut tergantung dengan emosi atau perasaan yang dirasakan seseorang saat mengucapkan atau menuliskan kata tersebut. Makna emotif biasa ditemukan dalam kata-kata sifat yang mewakili perasaan, seperti senang, sedih, susah, dan sebagainya. Atau bisa juga melalui kata kerja yang juga dapat menggambarkan emosi seseorang, seperti menangis, tertawa, menyesal, dan sebagainya.

 

 

*Jenis-Jenis Makna Kata Sesuai dengan Penggunaannya*

Penggunaan kata yang beragam dalam keseharian menimbulkan makna kata yang beragam pula dilihat dari sudut pandang yang berbeda beda. Jenis jenis makna kata yang secara umum banyak di kenal di masyarakat antara lain: makna konotasi, makna denotasi, makna leksikal, makna gramatikal, makna kontekstual, dan sebagainya.

 

 

Tidak ada penggolongan pasti tentang jenis jenis makna kata. Berbagai ahli di dunia telah mengemukakan pendapatnya mengenai penggolongan makna kata, beberapa di antaranya adalah Abdul Chaer, Geoffrey Leech, serta Dr. Muhammad Mukhtar Umar.

 

 

*Jenis-Jenis Makna Kata menurut Abdul Chaer*

Abdul Chaer menggolongkan makna kata menjadi 13 jenis, yang meliputi: makna leksikal, makna gramatikal, makna kontekstual, makna referensial, makna non-referensial, makna denotatif, makna konotatif, makna konseptual, makna asosiatif, makna kata, makna istilah, makna idiom, dan makna peribahasa.

 

 

1. *Makna Leksikal*

Makna Leksikal dapat juga disebut makna sebenarnya. Makna Leksikal merupakan makna yang sesuai dengan hasil observasi indra yang dimiliki manusia, sehingga makna yang tercipta merupakan makna yang sebenarnya, apa adanya, dan terdapat dalam kamus (makna dalam kamus sering disebut dengan makna dasr atau makna konkret).

 

 

Makna ini bersifat tetap dan pasti karena mengikuti kamus yang ada. Kamus yang menjadi acuan dalam bahasa Indonesia yakni Kamus Besar Bahasa Indonesia. Misalnya leksem ‘kuda’ merupakan sejenis binatang berkaki empat yang digunakan sebagai alat transportasi atau ‘air’ bermakna sejenis barang cair yang biasa digunakan untuk keperluan sehari-hari.

Contoh lain makna leksikal:

Makan : (dalam KBBI) – memasukkan makanan pokok ke dalam mulut serta menguyahnya dan menelannya; arti lainnya – memakai, memerlukan, atau menghabiskan (waktu, biaya, dan lain sebagainya).

 

 

2. *Makna Gramatikal*

Sesuai namanya, makna gramatikal merupakan makna yang muncul akibat dari adanya proses gramatikal atau proses tata bahasa. Proses gramatikal antara lain: proses kompisisi, proses reduplikasi, proses afiksasi, serta proses komposisi atau kalimatisasi.

 

Misalnya, proses aplikasi awalan (prefiks) ber- pada kata ‘baju’, menjadi ‘berbaju’, melahirkan makna gramatikal ‘mengenakan atau memakai baju’. Lalu pada kata ‘berkuda’ memiliki makna gramatikal mengendarai kuda. Contoh lain pada proses komposisi kata dasar ‘sate’ dan ‘lontong’, menjadi kata ‘sate lontong,’ menimbulkan makna gramatikal ‘sate bercampur lontong’.

 

 

3. *Makna Kontekstual*

Makna kontekstual merupakan makna dari sebuah kata atau leksem yang muncul berdasarkan suatu konteks tertentu. Misalnya makna konteks kata ‘kepala’ akan berbeda antara frasa ‘kepala nenek’, dengan ‘kepala surat’, maupun ‘kepala sekolah’, atau ‘kepala jarum’, dan lain sebagainya.

 

Contoh lainnya, Misal pada kalimat ‘tiga kali empat berapa?’, apabila ditanyakan pada murid sekolah dasar, maka kalimat tersebut memiliki makna menanyakan hasil perkalian matematik antara bilangan tiga dan empat. Sedangkan, apabila pertanyaan tersebut dilontarkan kepada tukang foto, maka kalimat tersebut memiliki makna kontekstual menanyakan harga cetak foto ukuran tiga kali empat centimeter.

 

 

4. *Makna Referensial*

Makna referensial memiliki arti, yakni maka yang memiliki referensi atau acuannya dalam dunia nyata. Misalnya kata ‘saya’, pada kalimat (“Tadi saya bertemu dengan Ani”, Kata Anwar pada Budi) makna kata ‘saya’ mengacu pada Ani, sedangkan pada kalimat (“Saya ingin berjumpa dengan dia”, kata Budi) makna kata ‘saya’ mengacu pada Budi.

 

 

5. *Makna Non-referensial*

Makna non-referensial merupakan lawan dari makna referensial. Makna non-referensial merupakan makna pada kata yang tidak memiliki acuan di dunia nyata. Sebagai contoh kata ‘dan’, ‘atau’, ‘karena’, ‘maka’, ‘sebab’, ‘jika’. Kata kata tersebut tidak memiliki acuan yang jelas.

 

 

6. *Makna Denotatif*

Makna denotatif seperti yang telah kita ketahui merupakan makna asli, makna asal, atau pun makna sebenarnya yang diimiliki sebuah kata dan tidak memiliki makna tersembunyi lain di dalamnya. Hampir sama dengan makna leksial, makna denotatif mengacu pada makna yang ada pada kamus atau literatur bahasa lain.

Contoh kata ‘bunga’ memiliki artian denotatif tanaman bunga yang tumbuh di taman.

 

 

7. *Makna Konseptual*

Makna konseptual merupakan makna yang dimiliki oleh sebuah kata yang terlepas dari konteks maupun asosiasi apapun. Dengan kata lain makna konseptual merupakan makna yang terkandung pada kata yang berdiri sendiri. Misal kata ‘sawah’ memiliki makna ladang atau tempat untuk bercocok tanam padi.

 

 

8. *Makna Asosiatif*

Makna asosiatif merupakan makna kata yang muncul karena adanya hubungan kata tersebut dengan hal lain di luar bahasa. Misal pada kata ‘hitam’ yang berasosiasi pada sesuatu yang jahat atau negatif. Begitu pula dengan kata ‘putih’ yang berasosiasi dengan hal hal yang suci, kebenaran, ataupun kebaikan.

 

 

9. *Makna Kata*

Makna kata merupakan makna yang bersifat umum, gambaran kasar, dan tidak jelas. Makna ini menjelaskan beberapa kata sebagai kata yang bermakna lazim atau sama. Sebagai contoh pada kalimat ‘tangannya terkilir karena jatuh’ dan ‘lengannya terkilir karema jatuh’, pada kalimat kalimat tersebut kata ‘tumit’ dan ‘kaki’ memiliki makna yang serupa atau dalam istilah lain kata kata tersebut bersinonim.

 

10. *Makna Istilah*

Makna istilah merupakan kebalikan dari makna kata. Makna istilah bersifat jelas, tidak meragukan, serta hanya digunakan pada suatu bidang keilmuan ataupun kegiatan tertentu saja. Misal kata ‘lengan’ dan ‘tangan’ pada ilmu kedokteran, keduanya merupakan bagian anatomi tubuh tang berbeda. Istilah ‘lengan’ mengacu pada bagian tubuh mulai dari bagian siku sampai ke pangkal bahu, sedangkan istilah ‘tangan’ mengacu pada bagian tubuh mulai dari jari jari tangan hingga ke siku.

 

 

11. *Makna Idiom*

Makna idiom atau makna idiomatic merupakan makna kata yang terdapat pada kelompok kata tertentu, di mana makna yang terbentuk berbeda dengan makna asli dari kata tersebut. Asal usul kemunculan makna kata tersebut atau frasa tersebut tidak diketahui. Pengertian makna idiom hampir mirip dengan makna konotasi.

 

Sebagai contoh pada frasa ‘ringan tangan’ bukan berarti tangan tersebut harus memiliki bobot yang ringan, melainkan penggunaan frasa tersebut mengacu pada sifat ‘yang suka menolong’.

 

 

12. *Makna Peribahasa*

Makna peribahasa memiliki pengertian yang mirip dengan makna idiom, yakni makna yang timbul karena pembentukan frasa atau kumpulan kata tertenu. Bedanya dengan makna idiom, makna peribahasa  memiliki asal usul yang masih dapat ditelusuri.

 

Contoh makna peribahasa terdapat pada kalimat ‘dua orang tersebut bagai anjing dan kucing’, ‘frasa anjing dan kucing’ memiliki makna ‘tidak pernah akur’, makna ini masih berasosiasi bahwa hewan kucing dan anjing pada kenyataannya memang selalu berkelahi ketika bertemu.

 

 

*Jenis-Jenis Makna Kata menurut Goeffrey Leech*

Geoffrey Leech menggolongkan makna kata menjadi tujuh jenis, yang meliputi: makna konotatif, makna stilistik, makna afektif, makna refleksi, makna kolokatif, makna konseptual, serta makna tematik.

 

1. *Makna Konotatif*

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, makna konotatif merupakan makna lain yang ditambahkan pada sebuah kata yang berhubungan dengan nilai rasa seseorang atau kelompok yang menggunakan kata tersebut. Misal pada kata ‘wanita’ dan ‘perempuan’, di masyarakat pengguunaan kata ‘wanita’ memiliki konotasi positif, sedangkan kata ‘perempuan’ memiliki konotasi yang negatif.

 

 

2. *Makna Stilistik*

Makna stilistika merupakan makna yang timbul karena gaya pemilihan kata sehubungan dengan perbedaan sosial (strata) dan bidang kegiatan di dalam masyarakat. Sebagai contoh penggunaan kata ‘rumah’, ‘pondok’, ‘vila’, ‘keraton’, ‘gubuk’, ‘kediaman’, dan ‘resindensi’. Kata kata tersebut secara umum memiliki artian tempat tinggal manusia, akan tetapi kata ‘keraton’ penggunaannya ditujukan untuk tempat tinggal raja dan ratu, kata ‘vila’ digunakan untuk tempat tinggal selama liburan. ‘gubuk’ digunakan untuk ‘tempat tinggal sederhana’, dan lain sebagainya. Perbedaan penggunaan kata kata tersebut menimbulkan makna yang berbeda.

 

 

3. *Makna Afektif*

Makna afektif merupakan makna yang berhubungan dengan perasaan pembicara  terhadap lawan bicara atau objek yang dibicarakan. Makna afektif akan lebih terlihat perbedaannya dengan makna lain bila digunakan secara lisan. Sebagai contoh kalimat ‘mohon tenang’ dan ‘tutup mulut kalian’ memiliki pesan yang sama, yakni meminta seseorang untuk diam. Namun, kalimat ‘mohon tenang’ memiliki makna yang terdengar halus, sedangkan kalimat ‘tutup mulut kalian’ memiliki makna dengan konteks yang lebih kasar.

 

 

4. *Makna Refleksi*

Makna refleksi merupakan makna yang muncul pada saat penutur merespon apa yang dia lihat. Makna refleksi akan lebih ekspresif ketika digunakan secara lisan, contoh makna refleksi seperti: aduh, wah, oh, astaga, ah, yah.

 

 

5. *Makna Kolokatif*

Makna kolokatif merupakan makna yang timbul pada kata kata bersinonim, namun penggunaan masing masing kata yang bersinonim tersebut memiliki ciri ciri tertentu. Misalnya kata ‘tampan’ dan ‘cantik’ memiliki makna yang sama, yakni memiliki rupa  yang indah atau dikagumi. Akan tetapi kata ‘tampan’ identik dengan pria, sedangkan kata ‘cantik’ identik dengan wanita.

 

 

6. *Makna Konseptual*

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, makna konseptual merupakan makna yang dimiliki oleh sebuah kata yang terlepas dari konteks maupun asosiasi apapun. Dengan kata lain makna konseptual merupakan makna yang terkandung pada kata yang berdiri sendiri. Misal kata ‘kuda’ memiliki makna hewan mamalia berkaki empat yang dimanfaatkan sebagai moda transportasi.

 

 

7. *Makna Tematik*

Makna tematik merupakan makna yang disampaikan menurut cara penuturannya atau pun cara penataan pesannya, yang meliputi urutan, fokus, dan penekanan. Nilai komunikatif tersebut dipengaruhi pula oleh penggunaan kalimat aktif dan kalimat pasif.

 

Sebagai contoh pada kalimat ‘Mata kuliah apa yang diajarkan oleh Pak Anang?’ merupakan kalimat tanya yang menekankan pada objek. Sedangkan pada kalimat ‘Siapakah yang mengajar mata kuliah Bahasa Indonesia?’ merupakan kalimat tanya yang menekankan pada subjek.

 

 

*Jenis Jenis Makna Kata menurut Dr. Muhammad Mukhtar Umar*

Dr. Muhammad Mukhtar Umar mengggolongkan makna kata menjadi lima jenis, yang meliputi: makna dasar atau makna asasi, makna tambahan, makna gaya bahasa (style), makna nafsi atau makna objektif, serta makna ihaa’i.

 

 

1. *Makna Dasar atau Makna Asasi*

Makna dasar atau makna asasi sering disebut pula sebagai makna awal atau makna utama. Makna dasar merupakan makna pokok dari suatu kata. Misal pada kata ‘wanita’ yang memiliki makna dasar ‘manusia, bukan laki-laki, dan dewasa’.

 

 

2. *Makna Tambahan*

Makna tambahan merupakan makna yang timbul di luar makna dasarnya. Misal pada kata ‘wanita’ memilki makna tambahan ‘makhluk yang lembut perasaannya, labil jiwanya, dan emosional’ atau dapat juga dimaknai sebagai ‘makhluk yang pintar memasak dan suka berdandan’

 

 

3. *Makna Gaya Bahasa (Style)*

Makna gaya bahasa merupakan makna yang timbul karena menggunaan bahasa tersebut. Penggunaan bahasa meliputi penggunaan bahasa untuk sastra, penggunaan bahasa resmi, baha pergaulan dan lain sebagainya. Misal dalam bahasa Inggris, penggunaan kata ‘Dad’ digunakan untuk panggilan mesra dari seorang anak untuk ayahnya, sedangkan ‘father’ digunakan sebagai panggilan hormat dan sopan pada ayahnya, sehingga meskipun bersinonim kata ‘dad’ terkesan lebih intim dibandingkan kata ‘father’, jika dalam bahasa Indonesia penggunaan kata ‘dad’ dan ‘father’ memiliki konteks yang sama dengan penggunaan kata ‘ayah’ dan ‘ayahanda’.

 

 

4. *Makna Nafsi atau Makna Objektif*

Makna nafsi atau makna objektif merupakan makna yang timbul karena perbedaan lafadz.Makna ini mengacu pada kata kata dalam bahasa yang membedakan pelafalan kata, seperti bahasa Arab dan bahasa Cina, di mana perbedaan pelafalan suatu kata mempengaruhi makna yang timbul.

 

 

5. *Makna Ihaa’i*

Makna Ihaa’I merupakan makna yang berkaitan dengan sudut pandang penggunaannya. Secara ringkas, makna yang masuk dalam makna ihaa’I antara lain: makna kontekstual, makna kiasan atau makna peribahasa, dan lain sebagainya.

 

 

Makna atau arti adalah hubungan antara lambang bunyi dengan acuannya.  Makna merupakan bentuk responsi dari stimulus yang diperoleh pemeran dalam komunikasi sesuai dengan asosiasi maupun hasil belajar yang dimiliki. Makna terbagi ke dalam dua kelompok besar: speaker-sense dan linguistic-sense. Yang disebut pertama merujuk pada tujuan atau niat pembicara ketika mengatakan sesuatu.Sedangkan yang disebut terakhir merujuk pada makna linguistik yakni yang lazim dipersepsi penutur bahasa. Yakni makna secara literal, dan ini merupakan bagian dari semantik.

 

 

Berikut adalah sejumlah sifat-sifat dan relasi makna yang lazim dibahas oleh semantik: ambiguitas leksikal, sinonimi, hiponimi, overlap dan antonimi. Ambiguitas leksikak terjadi tatkala satu kata memiliki lebih dari dua arti.

 

 

Sinonimi adalah sejumlah kata yang memiliki makna yang sama. Hiponimi adalah satu kata yang artinya mencakupi keseluruhan makna kata lainnya. Overlap adalah fenomena semantis tatkala dua kata atau lebih bertumpang-tindih fitur semantiknya. Antonim adalah dua kata yang berlawanan artinya.

 

 

Ujaran manusia itu mengandung makna yang utuh. Keutuhan makna itu merupakan perpaduan dari empat aspek, yakni pengertian (sense), perasaan (feeling), nada (tone), dan amanat (intension). Memahami aspek itu dalam seluruh konteks adalah bagian dari usaha untuk memahami makna dalam komunikasi.[3]

 

 

*Makna Kata Berdasarkan Jenisnya*

1. *Makna Leksikal*

Makna leksikal adalah makna kata atau leksem sebagai lambang benda, peristiwa, objek, dan lain-lain. Makna ini dimiliki unsur bahasa lepas dari penggunaan atau konteksnya.

Misalnya: kata tikus bermakna "binatang pengerat yang bisa menyebabkan penyakit tifus". Makna ini akan jelas dalam kalimat berikut.

o   Kucing makan tikus mati.

o   Tikus itu mati diterkam kucing.

o   Panen kali ini gagal akibat serangan tikus.

 

 

Jika kata tikus pada ketiga kalimat di atas bermakna langsung (konseptual), maka pada kalimat berikut bermakna kiasan (asosiatif).

o   Yang menjadi tikus di kantor kami ternyata orang dalam.

 

 

2. *Makna Langsung, konseptual atau denotatif*

Makna langsung, konseptual atau denotatif adalah makna kata atau leksem yang didasarkan atas penunjukkan yang langsung (lugas)pada suatu hal atau objek di luar bahasa. Makna langsung atau makna lugas bersifat objektif, karena langsung menunjuk objeknya.

Contoh berikut secara konseptual bermakna sama, tetapi secara asosiatif bernilai rasa yang berbeda.

o   wanita = perempuan

o   gadis = perawan

o   kumpulan = rombongan = gerombolan

o   karyawan = pegawai = pekerja

Berdasarkan luas tidaknya cakupan makna yang dikandungnya, makna langsung dapat dibedakan atas makna luas dan makna sempit.

 

 

3. *Makna Kiasan atau asosiatif*

Makna kiasan atau asosiatif adalah makna kata atau leksem yang didasarkan atas perasaan atau pikiran yang timbul pada penyapa dan manusia yang disapa. Makna ini muncul sebagai akibat asosiasi perasaan pemakai bahasa terhadap leksem yang dilafalkan atau didengarnya.

Dilihat dari nilai rasa yang terkandung di dalamnya, makna kiasan (asosiatif) dibedakan atas makna konotatifmakna stilistikmakna afektifmakna replektifmakna kolokatif, dan makna idiomatis.

 

 

4. *Makna Struktural*

Makna struktural adalah makna yang muncul sebagai akibat hubungan antara unsur bahasa yang satu dengan unsur bahasa yang lain dalam satuan yang lebih besar, baik yang berkaitan dengan unsur fatis maupun unsur musis. Unsur fatis adalah unsur-unsur segmental yang berupa morfem, kata, frasa, klausa, dan kalimat, sedangkan unsur musis adalah unsur-unsur bahasa yang berkaitan dengan supra-segmental seperti irama, jeda,tekanan, dan nada. Makna struktural yang berkaitan dengan unsur fatis disebut makna gramatikal, sedangkan yang berkaitan dengan unsur musis disebut makna tematis

 

 

5. *Makna Gramatikal*

Makna gramatikal adalah makna yang muncul sebagai akibat hubungan antara unsur-unsur gramatikal dalam satuan gramatikal yang lebih besar. Misalnya, hubungan morfem dan morfem dalam kata, kata dan kata lain dalam frasa atau klausa, frasa dan frasa dalam klausa atau kalimat.

 

 

6. *Makna Tematis*

Makna tematis adalah makna yang muncul sebagai akibat penyapa memberi penekanan atau fokus pembicaraan pada salah satu unsur kalimat.

 

 

7. *Perubahan Makna*

a. *Generalisasi*, Generalisasi atau perluasan makna adalah makna sesuatu lebih luas dari kata asalnya. Contoh: Presiden, Ayah, Ibu, Anak, Saudara, dsb

 

b. *Spesialisasi*, Spesialisasi atau penyempitan makna adalah makna sesuatu lebih sempit dari kata asalnya. Contoh: Madrasah, Guru, Nasib, Sarjana, Pendeta, Sastra, dsb

 

c. *Ameliorasi*, Ameliorasi atau peningkatan makna adalah perubahan makna yang mengakibatkan sebuah ungkapan menggambarkan hal yang lebih baik dari semula.[4] Contoh: Wanita, Pria, Istri, Suami, Sahabat, dsb

 

d. *Peyorasi*, Peyorasi atau penurunan makna adalah makna kata yang nilai yang rasanya lebih rendah dari kata sebelumnya. Contoh: Perempuan, Laki-laki, Bini, Misua, Kroni, dsb

 

 

 

 

Referensi

1. A. Chaedar Alwasilah, Filsafat Bahasa dan Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010, 65.

2.  Shipley, 1962;263) Harimurti Kridalaksana (1982). Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. hlm. 10: "ameliorasi — perubahan makna yang mengakibatkan sebuah ungkapan menggambarkan hal yang lebih baik dari semula; mis. wanita sekarang mempunyai arti hormat, dulu hanya beraiti 'yang diinginkan'.". Kata-Kata Kiasan"". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-09-26. Diakses tanggal 2018-09-26.

3. Rosy Dewi Arianti Saptoyo. https://www.kompas.com/skola/read/2020/12/23/165950069/jenis-makna-kata-dan-contohnya.


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar