Sabtu, 18 Maret 2023

Artikel: *Bagaimana Kalimat Negasi dalam Perspektif Semantik dan Sintaktik*

 


*Bagaimana Kalimat Negasi dalam Perspektif Semantik dan Sintaktik*

 

Mengingat pentingnya negasi bagi kelanjutan suatu komunikasi, maka negasi menjadi pusat perhatian dalam pembentukan dan pemahaman makna suatu tuturan. Dalam logika matematika, negasi, atau ingkaran adalah operasi matematika terhadap suatu pernyataan, baik tunggal maupun majemuk. Operasi negasi membalikkan nilai kebenaran suatu pernyataan.

 

Negasi adalah pola yang digunakan untuk mengungkapkan sebuah ingkaran. Materi negasi adalah materi yang bisa digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Selain matematika, negasi adalah cara berpikir yang digunakan di banyak aspek kehidupan. Istilah negasi adalah konsep yang menunjukkan proses mental di mana subjek merumuskan isi keinginan bawah sadar dalam bentuk negatif.

 

Negasi adalah konsep yang universal. Tidak ada sistem logika, matematika, sains, filsafat atau teologi di mana negasi tidak memainkan peran mendasar. Penggunaan negasi tak hanya pada logika matematika, tapi juga bahasa.

 

Bagaimana dengan Sintaktik. Menurut  (Wahyuningsih, 2013) Sintaktik merupakan pengolahan/ seleksi untuk mencapai keberaturan dan keserasian sebagai satu kesatuan bahasa bentuk, sistem visual, dan gaya visual. Dalam pendekatan sintagmatik, suatu teks diperhatikan dari segi keterhubungan urutan peristiwa dan urutan kata yang menimbulkan makna.

 

*Pengertian Semantik*

 

Dari pengertian secara umum diatas, kami juga menyertakan beberapa pengertian semantik yang dikemukakan oleh para ahli. Berikut lengkapnya.

 

1. Lyons (1968:400)

Pengertian Semantik menurut Lyons adalah The term semantics is of relatively origin, being coined in the late ningteenth century froma Greek verb meaning to signify. Artinya semantik adalah istilah asal yang relatif baru, yang diciptakan pada akhir abad kesembilan belas dari arti kata kerja Yunani yang diartikan untuk menandakan”)

 

2. Palmer (1981:1)

Pengertian Semantik menurut Palmer adalah Semantics is the technical term used to refer to the study of meaning, and since meaning is part of language, semantics is a linguistic. Artinya semantic adalah istilah yang merujuk dalam suatu studi tentang makna, dan karena makna merupakan bagian dari bahasa, sehingga semantik adlah bagian dari linguistik.

 

3. Kridalaksana (2001:1993)

Pengertian Semantik menurut Kridalaksana adlah bagian dari struktur bahasa yang berkaitan dengan makna ungkapan dan dengan struktur makna suatu wicara.

 

4. KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia)

Pengertian Semantik menurut KBBI adlah arti, maksud pembicara dan penulis, atau pengertian yang diberikan pada suatu bentuk pembahasan.

 

5. Kreidler (1998:3)

Pengertian Semantik menurut Kreidler adalah Semantics is the systematic study of meaning, and linguistic semantics is the study of how languages organize and express meanings. Artinya semanitk adalah studi sistematik makna, dan semantik linguistik adalah studi dari bagaimana bahasa mengorganisasi dan mengekspresikan makna.

 

6. Tarigan (1985:7)

Pengertian Semantik menurut Tarigan adalah semantik menelaah lambang atau tanda yang menyatakan makna, hubungan makna satu dengan yang lain, dan pengaruhnya terhadap manusia dan masyarakat.

 

7. Griffiths (2006:1)

Pengertian Semantik menurut Griffiths adalah Semantics is the study of the “toolkit” for meaning: knowledge encoded in the vocabulary of the language and in its patterns for building more eleborate meanings, up to the level of sentence meanings. Artinya semantik adalah studi tentang makana: pengetahuan tentang kode dalam kosakata bahasa dan pola untuk membangun makna yang lebih rumit, sampai ke tingkat makna kalimat.

 

8. Chaer (1994:60)

Pengertian Semantik menurut Chaer, dalam semantik yang dibahas adalah hubungan antara kata dengan konsep atau makna dari kata tersebut, serta benda atau hal yang dirujuk oleh makna itu yang berada diluar bahasa.

 

*Unsur-Unsur Semantik*

 

1.  Tanda dan Lambang (Simbol)

2. Tanda dan lambang (simbol) adalah dua unsur yang ada dalam bahasa. Tanda dikembangkan menjadi suatu teori yang disebut dengan semiotik. Semiotik mempunyai tiga aspek yang berhubungan dengan ilmu bahasa, yakni aspek sintaksis, aspek pragmatik, aspek semantik.

 

*Kalimat Negasi Hubungannya dengan Makna Leksikal dan Hubungan Referensial*

 

Makna leksikal bisa dalam bentuk  categorematical dan syscategorematical, adlaah seluruh kata dan impleksi, kelompok ilmiah dengan arti makna struktural yang harus diartikan dalam satuan konstruksi. Sedangkan hubungan referensial merupakan hubungan yang ada antara suatu kata dan dunia luar bahasa yang diacu pembicaraan.

 

Penamaan adalah proses pencarian lambang bahasa untuk menggambarkan objek konsep, proses dan sebagainya. Seringkali dengan menggunakan perbendaraan yang ada, antara lain seperti dengan perubahan makna yang mungkin atau dengan pencitraan kata atua kelompok kata.

 

*Jenis-Jenis Semantik*

 

1. *Semantik Konseptual*

 

Semantik konseptual yaitu makna denotatif atau makna kognitif yang merupakan faktor sentral dalam komunikasi bahasa. Hal ini dikarenakan terdapat makna konseptual yang mempunyai susunan yang amat kompleks dan rumit.

 

2. *Semantik Gramatikal*

Semantik gramatikal atau makna gramatikal sama halnya afiksasi, reduplikasi, komposisi, atau kalmatisasi. Contoh semantik gramatikal atau makna gramatikal yatu proses fiksasi prefiks “ber” dengan “baju” makna gramatikal yang didapat yaitu “mengenakan baju”

 

3. *Semantik Referensial*

Semantik referensial atau referensial merupakan makna di leksem yang berdasarkan pada referensi atua acuannya. Kata yang mempunyai makna referensial mempunyai acuan dikehidupan sekitarr. Contohnya makna referensial adalah pada kata ayam, merah dan sebagainya.

 

4. *Semantik Istilah*

Semantik istilah merupakan makna yang pasti, jelas, tidak meragukan walaupun konteks kalimat. Oleh sebab itu, istilah disebut bebas konteks, sedangkan kata tidak bebas konteks. Tetapi harus diingat bahwa istilah hanya dapat dipakai pada bidang keilmuan atau aktivitas tertentu.

 

5. *Semantik Peribahasa*

Semantik peribahasa merupakan makna yang masih dapat ditelusuri atau dilacak dari makna unsur-unsurnya karena ada “asosiasi” antara makna asli dengan makna peribahasa.

 

6. *Semantik Asosiatif*

Semantik asosiatif merupakan makna yang mempunyai suatu leksem atau kata yang berhubungan dengan terdapatnya hubungan kata dengan sesuatu yang ada diluar bahasa. Contoh makna asosiatif adalah kata merah berasosiasi dengan keberanian, kata “hitam” berasosiasi dengan kejahatan.

 

7. *Semantik Denotatif*

Makna denotatif merupakan makna asli, atau makna yang sebenarnya mempunyai suatu leksem. Sehingga makna denotatif ini sama dengan makna leksikal.

 

8. *Makna Non Referensial*

Makna non referensial merupakan makna yang tidak memiliki acuan atau referensi. Kata dan karena, supaya, tidak termasuk dalam kata yang mempunyai makna referensial karena tidak mempunyai referensi.

 

9. *Makna Sempit*

Makna sempit (narrowed meeaning) merupakan makna yang lebih sempit dari semua ujaran. Makna luas dapat menyempit atau suatu kata yang berasalnya mempunyai makna luas (generik) dapat bermakna sempit (spesifik) karena dibatasi.

 

10. *Makna Luas*

Makna luas (widened meaning atau extended meaning) merupakan makna yang didalam di suatukata yang lebih luas dari diperkirakan.

Makna luas merupakan makna ujaran yang lebih luas dibanding makna pusatnya. Contoh makna luas yaitu makna sekolah di kalima “ia bersekolah lagi di sekolah” yang lebih luas dari makna “gedung tempat belajar”

 

*Pengertian Negasi*

 

Negasi adalah penolakan atau penyangkalan terhadap sesuatu. KBBI mendefinisikan negasi sebagai penyangkalan, peniadaan, atau kata sangkalan. Tindakan mengatakan salah satu dari pernyataan juga merupakan negasi.

 

Negasi atau ingkaran adalah penolakan dari pernyataan yang ada. Jika sebuah pernyataan bernilai salah maka negasinya bernilai benar dan jika pernyataan bernilai benar maka negasinya bernilai salah. Negasi dapat diterapkan sebagai operasi pada gagasan, proposisi, nilai kebenaran, atau nilai semantik secara lebih umum.

 

Dalam logika , negasi, atau ingkaran adalah operasi  terhadap suatu pernyataan, baik tunggal maupun majemuk. Operasi negasi membalikkan nilai kebenaran suatu pernyataan. Dalam logika klasik, negasi biasanya diidentikkan dengan fungsi kebenaran yang membawa kebenaran ke kepalsuan (dan sebaliknya).

 

Penulisan lambang negasi P adalah “ ~ P “. Untuk menentukan ingkaran atau negasi dari sebuah pernyataan maka penulisan ditambah kata “ tidak, tidak benar bahwa, atau bukan“ di depan pernyataan.

 

Jika p bernilai benar, maka ~p bernilai salah. Sebaliknya, jika p bernilai salah, maka ~p bernilai benar. Bentuk ~p biasa dibaca "bukan p", "tidak p", "tidak benar bahwa p", dsb.

Contoh penggunaan negasi adalah:

-        Senin adalah hari setelah selasa

 

Maka penyelesaiannya adalah:

-        Senin adalah hari setelah setelah selasa (benar)

 

*Negasinya*:  Tidak benar bahwa Senin adalah hari setelah selasa (salah)

 

 

Contoh lain :

-         p: 7 adalah bilangan prima. Maka penyelesaiannya adalah: Negasi dari p: 7 adalah bilangan prima.

-        ~p: Tidak benar 7 adalah bilangan prima, atau ~q: 7 bukan bilangan prima.

 

Negasi dari pernyataan ekuivalen dengan disjungsi dari masing-masing konjungsinya dan begitu sebaliknya. Bentuk kesetaraan di atas disebut juga dengan dalil De-Morgan, yaitu:

~ ( P ^ Q ) = ~ P ^ ~ Q

~ ( P v Q ) = ~ P v ~ Q

 

Contoh:

-        8 adalah bilangan genap dan bulat. Negasinya ada 2 kemungkinan, yaitu:

1. Tidak benar bahwa 8 adalah bilangan genap dan bulat.

2. 8 adalah bukan bilangan genap atau bukan bilangan bulat.

 

*Negasi dalam Bahasa*

 

Negasi adalah salah satu fenomena yang paling banyak dibahas dalam linguistik, di semua tingkat bahasa. Negasi adalah istilah gramatikal untuk kontradiksi beberapa atau semua makna kalimat afirmatif (positif). Dalam bahasa, sebuah kalimat biasanya dinegasikan dengan menyisipkan satu kata negatif, seperti tidak, jangan, atau belum.

 

Negasi berfungsi untuk menyangkal atau mengingkari pernyataan lawan bicara yang dianggap keliru. Pengingkaran atau negasi yaitu proses atau konstruksi yang mengungkapkan pertentangan isi makna suatu kalimat. Terdapat empat penanda negasi yaitu tidak (tak), bukan, jangan dan belum.

 

Contoh kata negasi dalam bahasa Indonesia:

 

*Tidak*

 

Kata tidak ditempatkan di awal predikat yang tidak mengandung bentuk sudah atau telah pada kalimat berpredikat. Contoh kata negasinya adalah:

-        Adik makan nasi hari ini. negasi: adik tidak makan nasi hari ini

 

*Belum*

 

Kata ingkar belum, digunakan pada kalimat berpredikat verbal, adjektival dan numeral tak tentu, jenis deklaratif dan interogatif. Contoh kata negasi adalah:

-        Budi sudah membeli baju. negasi: Budi belum membeli baju

 

*Jangan*

 

Kata ingkar jangan digunakan untuk mengingkarkan kalimat imperatif. Predikat pada kalimat imperatif terbatas pada verba atau frasa verbal dan sejumlah kecil adjektiva atau frasa adjektival. Kata ingkar jangandigunakan hanya untuk mengingkarkan kalimat verbal dan adjektival imperatif. Contoh:

-        Bersihkan kamar mandi di sana. negasi: Jangan bersihkan kamar mandi di sana

 

*Bukan*

 

Kata ingkar bukan digunakan terutama untuk mengingkarkan kalimat berpredikat nominal dan numeral tentu yang tergolong jenis kalimat deklaratif dan interogatif. Contoh :

-        Pak Tomo adalah orang Medan. negasi: Pak Tomo bukan orang Medan

 

Dalam bahasa Indonesia konstituen negatif meliputi

( 1) morfem terikat, seperti a-, non-, tuna- dan yang lainnya;

(2) morfem bebas, yaitu tidak, bukan, dan berbagai variannya, dan

(3) morfem bebas yang di sam ping menyatakan negasijugamenyatakanhallain, yaitujangan, tanpa, danbe/um.

 

Semua konstituen negatif yang berupa morfem terikat dan berstatus sebagai prefiks berasal dari luar bahasa Indonesia. Penelitian ini berusaha menginventarisasikan konstituen negatif dan mendeskripsikan peranannya dalam bahasa Indonesia.

 

*Konsep Negasi dan Wujud Pengungkapannya dalam Bahasa Indonesia.*

 

Aristoteles (dalam Hom, 1978:131) merumuskan negasi sebagai sistem oposisi. Oposisi itu sendiri meliputi empat hal, yaitu (dikutip dari Hom, 1989:6): correlation (between two relatives) e.g., double vs half contrariety (between two contraries) e.g., good vs bad privation (privative to positive) e.g., blind vs sighted contradiction (afirmative to negative) e.g., He sits vs He does not sit

 

Dari keempathal itu, contrariety dan contradiction adalah hakikatdari negasi. Dengan kata lain Aristoteles membedakan negasi yang kontrer dan yang kontradiktoris

 

Mengenai makna negasi dikatakan bahwa konstruksi negatif mengandung makna yang membias dalam berbagai kern ungkinan bergantung pada apa yang diharapkan dan arah pikirannya. Jespersen (1917 : 82)

 

Beberapa penulis tatabahasa Indonesia menggolongkan konstituen negatif. yaitu kata atau morfem yang dipakai untuk mengungkapkan negasi.  dalam kata keterangan  yang menyatakan modalitas (periksa Mees, 1953. Hadidjaja, 1964, 1964:87; Poedjawijatna, 1964: 123 -- 123; Slametmuljana. 1969: 370 -- 375; Syafioedin, 1973: 98), dan Kerar menganggap kata-kata pengungkap n~asi termasuk kata ~s ( 1973 : 94-- I 00).

 

Macam-macam konstituen negatif yang ada pada bahasa Indonesia.

 

-        Menurut ( Mees 1953) tak, tiada, tidak, bukan, bukannya, jangan, mustahil, - - - mana boleh, masa - - - - -

 

-        Hadidjaja 1964,  Poedjawijatna,  Slametmuljana,  Sofioedin 1973, :  tak,  - tiada, - tidak,  - bukan ,  - bukannya, jangan, - mustahil,  - belum,  - mana, - manakan, - mana boleh, - masa, - masakan, - masa dapat, - tidak mungkin,  usahkan,  tak usah - - -

 

Konstituen negatif itu dapat dikelumpokkan ke dalan dua Golongan.

1.      konstituen-konstituen yang secara semantis berfungsi sebagai pengungkap negasi, yaitu tidak, Tak. dan bukan.

2.      konstituen-konstituen yang disamping menyatakan negasi menyatakan pula hal lain, misal jangan. tanpa , dan mustahil.

 

Yang menarik dalam hal ini ialal1 dilupakannya konstituenkonstituen seperti tan-, tuna, non-, padahal konstituen-konstituen itu dapat diganti dengan tidak atau bukan, dan karena itu jelas kenegasiannya.

 

Sementara itu usah atau usahkan yang dapat dipakai untuk mengungkap negasi, seperti dalam.

-        Pulanglah engkau usah merintangi aku berangkat. (KBBI: 997)

-        Usahkan menyilakan duduk, menegur pun tidak. (KBBI: 997)

Dalam kaitannya dengan kalimat negatif imperatif, kata ini berfungsi untuk menyatakan larangan (Robins, 1983).  Bentuk negatif imperatif ditandai oleh negasi “jangan” yang mendahului struktur deklaratif.

 

 Kalimat imperatif memiliki dua ciri khusus yang membedakannya dengan kalimat yang membedakannya dengan kalimat deklaratif dan kalimat interogatif.

 

1.      Pertama, mengharapkan tanggapan yang berupa tindakan dari orang yang diajak berbicara.

2.      kedua, berintonasi imperatif (memerintah atau melarang). Kaliamat imperatif ialah kalimat kalimat yang maknanya memberikan perintah untuk melakukan sesuatu.

 

Ramlan (2005) menyatakan negasi sebagai dasar penggolongan klausa, sehingga berdasarkan ada tidaknya kata negatif yang secara gramatik menegasikan predikat, klausa dibedakan atas klausa positif dan klausa negative

 

Sudaryono dalam Kridalaksana (1986: 160) menyatakan bahwa pengingkaran itu pada umumnya dilakukan dengan menggunakan konstituen penunjuk ingkar yang dikenal dengan sebutan negator. Dalam bahasa Indonesia kalimat ingkar atau kalimat negatif mempunyai konsep dan dasar penentuan serta keunikan yang nyata. Penentuan bentuk negatif berkaitan erat dengan bentuk kalimat afirmatif atau positif.

 

Konstituen negatif dalam kalimat akan mempengaruhi makna kalimat. Hal itu pula yang akan mempengaruhi struktur kalimat yang dilekati dengan unsur negasi. Muis (2005: 50) menyatakan bahwa kalimat ingkar atau menyangkal adalah kalimat turunan yang dibentuk dari kalimat inti dengan menggunakan unsur menyangkal (negatif) dalam frasa verbal dan pola intonasi akhir menurun

 

Negasi dalam Bahasa Indonesia Pengingkaran atau negasi yaitu proses atau konstruksi yang mengungkapkan pertentangan isi makna suatu kalimat. Dalam bahasa Indonesia kalimat ingkar atau kalimat negatif mempunyai konsep dan dasar penentuan serta keunikan yang nyata.

 

Penentuan bentuk negatif berkaitan erat dengan bentuk kalimat afirmatif atau positif. Terdapat empat penanda negasi yaitu tidak (tak), bukan, jangan dan belum. Penggunaan kata-kata ingkar tersebut dapat dilihat pada kalimat berikut:

-        Dia masuk hari ini. Dia tidak masuk hari ini.

-        Pemuda itu mahasiswa. Pemuda itu bukan mahasiswa.

-        Baca buku itu. Jangan baca buku itu.

-        Adik sudah mandi. Adik belum mandi.

 

Bentuk:  tidak, jangan dan belum,  merupakan bentuk ingkar dari kalimat positif. Kehadiran kata ingkar tersebut dapat mengingkarkan seluruh kalimat pada contoh di atas atau bagian kalimat seperti dalam kalimat berikut ini.

-        Dia akan berangkat besok, tidak hari ini

-        Saya mau menonton sepakbola, bukan bola basket.

 

Pengingkaran kalimat dilakukan dengan menambahkan kata ingkar yang sesuai dengan awal frasa predikatnya. Kata ingkar tidak ditempatkan di awal predikat yang tidak mengandung bentuk sudah atau telah pada kalimat berpredikat.

 

Pengingkaran Bagian Kalimat Bagian kalimat tertentu dapat diingkarkan dengan menempatkan kata ingkar yang sesuai di depan unsur yang diingkarkan itu. Salah satu jenis pengingkaran unsur kalimat adalah pengingkaran pengontrasan. Kata ingkar yang digunakan adalah bukan, bukan ... melainkan..., tidak ... tetapi...

 

Negasi adalah salah satu fenomena yang paling banyak dibahas dalam linguistik, di semua tingkat bahasa. Negasi adalah istilah gramatikal untuk kontradiksi beberapa atau semua makna kalimat afirmatif (positif). Dalam bahasa, sebuah kalimat biasanya dinegasikan dengan menyisipkan satu kata negatif, seperti tidak, jangan, atau belum.

 

Negasi berfungsi untuk menyangkal atau mengingkari pernyataan lawan bicara yang dianggap keliru. Pengingkaran atau negasi yaitu proses atau konstruksi yang mengungkapkan pertentangan isi makna suatu kalimat. Terdapat empat penanda negasi yaitu tidak (tak), bukan, jangan dan belum.

 

Negasi menurut KBBI adalah penyangkalan atau peniadaan. Dalam istilah linguistik, negasi adalah sebutan untuk kata sangkalan. Ada empat kata sangkalan dalam bahasa Indonesia, yaitu tidak, bukan, belum, dan jangan. Empat kata sangkalan ini digunakan dalam situasi yang berbeda. Sebelum memasuki pembahasan tentang penggunaan keempat negasi ini, terlebih dahulu kita harus berkenalan dengan beberapa kelas kata dalam bahasa Indonesia.

 

*Tidak*

Kata tidak digunakan untuk menyangkal kata kerja atau kata sifat. Misalnya contoh berikut ini.

-        Saya tidak makan nasi.

-        Kopi itu sudah tidak panas lagi.

Kata makan pada kalimat pertama termasuk kelas kata verba, sedangkan kata panas pada kalimat kedua termasuk kelas kata adjektiva. Oleh karena itu, kata sangkalan yang tepat untuk kedua kalimat tersebut adalah tidak. Kalimat itu akan terdengar aneh jika negasinya digantikan dengan kata bukan.

Saya bukan makan nasi.

 

*Bukan*

Kata bukan digunakan sebagai sangkalan untuk kata benda dan kata keterangan. Berikut contohnya.

-        Ayahku bukan seorang guru.

-        Rapatnya bukan hari ini.

 

Kata guru termasuk kelas kata nomina, sedangkan kata hari ini merupakan kata keterangan waktu, sehingga negasi yang tepat untuk kedua kalimat di atas adalah bukan. Jika setelah kalimat tersebut ditambah klausa baru untuk menyatakan keadaan yang sebenarnya, maka kata hubung yang digunakan di awal klausa.

 

*Melainkan*

-        Ayahku bukan seorang guru, melainkan seorang petani.

-        Rapatnya bukan hari ini, melainkan besok.

 

Kata hubung melainkan ini sedikit berbeda dengan kata hubung tetapi. Kata hubung tetapi bisa digunakan untuk menyatakan dua hal yang kontradiktif, tetapi keduanya merupakan suatu kebenaran. Sedangkan kata melainkan digunakan untuk menyatakan kontradiksi yang merupakan pembetulan dari pernyataan pertama.

-        Dia cantik, tetapi sombong.

 

Dari kalimat di atas didapat dua informasi yang merupakan suatu kebenaran. Yaitu dia cantik dan dia sombong. Ketika ditambahkan negasi tidak pun, kata hubung yang digunakan adalah tetapi.

-        Dia tidak cantik, tetapi sombong.

-        Dia cantik, tetapi tidak sombong.

 

*Belum*

Kata belum merupakan kata negasi yang menunjukkan suatu keadaan yang masih dalam keadaan tidak. Misalnya contoh kalimat berikut ini.

-        Ibu belum memasak untuk sarapan.

-        Aku masih belum mandi.

 

Berbeda dengan tidak, ada nuansa bahwa subjek akan melakukan kegiatan yang dijelaskan pada kalimat tersebut. Pada kalimat pertama, kita mendapatkan informasi bahwa saat ini ibu belum memasak untuk sarapan, tetapi nanti ibu mungkin akan memasak. Karena menunjukkan suatu keadaan yang masih dalam keadaan tidak, kata belum tidak bisa dilekatkan kepada kata benda.

-        Aku belum dokter.

 

Kalimat di atas tidak berterima, kecuali jika ditambahkan kata menjadi, sehingga kalimat yang benar adalah aku belum menjadi dokter.

 

*Jangan*

Dalam KBBI, kata jangan merupakan adverbia yang digunakan untuk menyatakan larangan. Biasanya kata ini dilekatkan pada kelas kata verba atau adjektiva.

-        Jangan pergi sendirian.

-        Jangan malas.

 

Akan tetapi, dalam bahasa lisan, terkadang kata ini juga dilekatkan pada kelas kata nomina atau adverbia.

Contoh:

-        Jangan merah. Terlalu terang. (Ketika memilih warna)

-        Jangan lusa. Bagaimana kalau akhir pekan saja? (Ketika membuat janji)

 

Untuk kedua contoh kalimat di atas, kata jangan tidak berfungsi untuk menyatakan larangan melakukan sesuatu, tetapi digunakan untuk menyatakan ketidaksetujuan atas suatu pilihan yang diberikan oleh orang lain.

 

 

Referensi

 

-        Alisjahbana, S. Takdir. 1978. Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia. Jakarta: Dian Rakyat.

-        Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta : Rineka

-        Cipta. Hasan, Alwi, dkk. 2000. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (edisi ketiga). Jakarta: Balai Pustaka

-        Jackson, Howard, and Etienne Zé Amvela. (2000). Words, meaning and vocabulary: an introduction to modern English lexicology. London: Cassell.

-        Keraf, Gorys. 1991. Tatabahasa Rujukan Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Grasindo

-        Ramlan, M. 1987: Ilmu Bahasa Idonesia Sintaksis. Yogyakarta: CV. Karyono.

-        Sudaryono. 1993. Negasi dalam Bahasa Indonesia: Suatu Tinjauan Sintaksis dan Semantik. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

-        Tarigan, Hanry Guntur. 1986. Pengajaran Sintaksis. Bandung: Angkasa.

-        Quirk, Randolph dan Sidney Greenbaum. A Unversity Grammar of English. English Langugae Book Society and Longman Group Limited.

-        Verhaar, J.W.M. 1986. Pengantar Linguistik. Yogyakarta: Gajah Mada University Press

-        BAHASA INDONESIAEBIEYDKBBITYPO  Bahasa IndonesiaEBIeydkamus bahasa indonesiaKBBIPUEBI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar