Sabtu, 18 Maret 2023

Artikel: "*Jenis-jenis Kalimat Inversi Sebagai Konstruksi Kalimat dalam Bahasa Indonesia* "

 

 

*Jenis-jenis Kalimat Inversi Sebagai Konstruksi Kalimat dalam Bahasa Indonesia*

 

Kalimat Inversi

Terdapat beberapa definisi yang beragam untuk istilah inversi atau kalimat inversi dalam kamus linguistik dan tata bahasa. Alwi (2003: 365) menyebutkan bahwa kalimat inversi yaitu kalimat yang urutannya terbalik (predikat-subjek), umumnya mensayaratkan subjek yang tek definit. Quirk, dkk (1985: 1379) menyatakan bahwa “the fronting of an element is often associated with inversion”. Berdasarkan pengertian yang diungkapkan oleh Quirk, dapat dirumuskan bahwa inversi merupakan pengedepanan konstituen tertentu. Pendapat tersebut mengandung pengertian inversi yang sangat luas jangkauannya. Hartman dan Stock (dalam Maryani, 1992: 19) mengaitkan inversi dengan urutan kata yang terbalik (word order), yaitu ”An arrangement of words within a sentence that is different from the normal declaratif pattern”. Berdasarkan penjelasan tersebut, inversi dikaitkan dengan bangun kalimat, tetapi tidak secara tegas dikaitkan dengan pola urutan subjek-predikat. Kridalaksana (2008: 85) menyatakan bahwa inversi adalah perubahan urutan bagian-bagian kalimat. Penjelasan tersebut mengandung makna yang lebih khusus yaitu hanya menyangkut perubahan urutan konstituen pada tataran kalimat. Namun, perubahan konstituen yang mana tidak dijelaskan oleh definisi tersebut. Mess (1954: 74), Hudawi (1955: 58), dan Ramlan (1996: 136) menjelaskan bahwa kalimat inversi adalah kalimat yang predikatnya berada di sebelah kiri subjek atau predikatnya mendahului subjek.

kompleksitas kalimat dalam bahasa Indonesia sama halnya dengan rumus matematika. Kalimat memiliki pola, unsur, makna, fungsi, dan jenis yang tidak kalah rumitnya dengan aljabar. Dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (2017), jenis kalimat dapat dibedakan berdasarkan empat hal sebagai berikut:

  • Jumlah klausa (kalimat simpleks, kompleks, majemuk, dan majemuk kompleks)
  • Jenis predikat (kalimat berpredikat verbal, adjektival, nominal dan pronominal, serta numeralia dan preposisional)
  • Kategori sintaksis (kalimat deklaratif, imperatif, interogatif dan eksklamatif)
  • Kelengkapan unsur (kalimat lengkap atau mayor dan taklengkap atau minor) 

Selain itu, kalimat juga dapat dibedakan menurut segi konstruksinya sesuai dengan penataan informasi. Pembagian ini terdiri atas inversi, pengedepanan, pengebelakangan, dislokasi kiri, dislokasi kanan, ekstraposisi, serta pembelahan. Dari tujuh konstruksi tersebut, mari kita mulai dengan membahas mengenai inversi.

Lazimnya, susunan kalimat yang paling umum adalah ketika subjek mendahului predikat dan diikuti objek. Inversi membalikkan urutan antara subjek dan predikat dalam kalimat sehingga menghasilkan konstruksi kalimat dengan predikat mendahului subjek. Contohnya seperti ini:

1.        Adikmu itu sedang kecewa dengan hasil ujiannya

2.        Sedang kecewa adikmu itu dengan hasil ujiannya. 

Pada contoh pertama, Adikmu itu bersifat takrif sehingga menjadi informasi lama yang sudah diketahui oleh pendengarnya. Dalam Kamus Linguistik: Edisi Keempat (2009), ketakrifan adalah hal yang bersangkutan dengan sifat nomina atau frasa nominal yang referennya telah ditentukan atau diketahui oleh pelaku dan mitra tutur. Dengan inversi, predikat akan mendahului subjek seperti pada contoh kedua.

Selain untuk memberikan penekanan pada unsur tertentu dan membuat variasi dalam tulisan atau ujaran, inversi juga dapat digunakan untuk memperjelas keutuhan informasi dalam sebuah kalimat. Perhatikan contoh berikut.

1.        Kucing hitam ada di depan pagar.

2.        Ada kucing hitam di depan pagar.

Contoh pertama di atas terasa janggal. Hal ini terjadi lantaran subjek (kucing hitam) yang disebutkan oleh pembicara bersifat taktakrif atau tidak diketahui oleh pendengarnya. “Kucing hitam? Kucing hitam yang mana?” Barangkali, itulah yang akan kita tanyakan kepada penutur. Sementara itu, penempatan subjek kucing hitam pada contoh kedua telah sesuai dengan prinsip umum mengenai penataan informasi. Kita pun dapat mengetahui bahwa lawan bicara sedang memberikan informasi tentang keberadaan kucing hitam di depan pagar.

Simpulannya, inversi memungkinkan pembalikan struktur kalimat dengan menempatkan predikat di depan subjek untuk tujuan tertentu. Inversi dapat digunakan untuk mempercantik tulisan. Kemudian, apabila sebuah kalimat terasa janggal, kita bisa menggunakan inversi untuk memperjelas keutuhan informasi. 

 

 

Berdasarkan beberapa definisi tentang kalimat inverensi tersebut, maka kalimat inverensi yang dimaksud dalam makalah ini adalah kalimat yang struktur predikatnya mendahului subjek. Dalam hal ini letak predikat yang mendahului subjek tidak berarti bahwa predikat secara linier berdekatan letaknya dengan subjek. Kalimat inversi dalam makalah ini tidak ditentukan oleh jauh dekatnya letak predikat dan subjek, tetapi ditentukan oleh urutan letak predikat dan subjek. Sepanjang predikat terletak di sebelah kiri subjek, kalimat yang bersangkutan disebut dengan kalimat inversi, meskipun letak predikat dan subjek diselai oleh objek, pelengkap, ataupun keterangan. Contoh dalam kalimat inversi bahasa Jawa. Minta sepeda motor


waktu itu dia. Letak predikat dalam kalimat itu yaitu minta dan subjek yaitu dia diselai oleh objek dan keterangan. Objek dalam kalimat tersebut adalah sepeda motor dan keterangan adalah waktu itu.

 

 

Jenis kalimat Inversi dalam bahasa Indonesia

Dilihat dari bentuk sintaksisnya, kalimat dibagi menjadi empat yaitu kalimat deklaratif, kalimat imperatif, kalimat interogatif, dan kalimat eksklamatif. Berdasarkan hasil analisis data, kalimat inversi dalam bahasa Indonesia juga dibedakan menjadi empat yaitu kalimat inversi deklaratif, kalimat inversi imperatif, kalimat inversi interogatif, dan kalimat inversi eksklamatif.

Kalimat Inversi Deklaratif

Kalimat inversi deklaratif dalam bahasa Indonesia adalah kalimat berita yang letak fungsi predikatnya mendahului subjek. Kalimat inversi deklaratif ini dibedakan menjadi dua yaitu:

Tipe yang dapat diubah pola urutannya menjadi S-P

Kalimat inversi tipe ini mempunyai pengertian bahwa kalimat inversi yang semula berpola urutan predikat-subjek (P-S) dapat diubah menjadi subjek- predikat (S-P). Pada umumnya kalimat inversi dapat diubah pola urutan fungsi sintaksisnya menjadi S-P, hanya beberapa jenis kalimat inversi yang tidak dapat diubah pola urutannnya menjadi S-P. Tipe kalimat inversi yang dapat diubah pola urutannya menjadi S- P ini selanjutnya disebut dengan tipe optional. Berikut contoh datanya:

Masih berpikir dia

Ramai sekali mereka

Beli karpet aku

Sedang membaca pikiran anak itu Astria


Dalam kalimat tersebut yang menjadi predikatnya adalah (34) masih berpikir yang berkategori frasa verba, (35) ramai sekali yang berkategori frasa adjektiva, (36) beli yang berkategori verba ekatransitif, dan (37) sedang membaca yang berkategori frasa verba. Sedangkan subjek dalam kalimat tersebut adalah (34) dia yang berkategori nomina persona, (35) mereka yang berkategori nomina persona, (36) aku yang berkategori nomina persona, dan (37) Astria yang berkategori nomina. Pola urutan P-S dalam kalimat tersebut dapat diubah menjadi S-P, seperti berikut:

(34a) Dia masih berpikir (35a) Mereka ramai sekali (36a) Aku beli karpet

(37a) Astria sedang membaca pikiran anak itu

 

Tipe yang tidak dapat diubah pola urutannya menjadi S-P

Tipe kalimat inversi ini merupakan kebalikan dari tipe opsional. Jika tipe opsional dapat diubah pola urutannya menjadi S-P, tipe kalimat inversi ini pola urutan subjek dan predikatnya tidak dapat diubah menjadi S-P. Tipe kalimat inversi seperti ini disebut dengan tipe wajib. Berikut contoh datanya:

Ada dua permasalahan yang sedang diselesaikan Astria

Ada pasien yang menderita penyakit hilang ingatan

Ketika itu terdengar kabar bahwa Astria reinkarnasi

 

Dalam kalimat (38) dan (39) yang menjadi predikatnya adalah ada yang bertkategori verba. Verba ada ini menunjukkan bahwa kalimat tersebut merupakan kalimat eksistensial. Kalimat inversi deklaratif eksistensial merupakan kalimat yang predikatnya menunjukkan eksistensi, kenyataan, atau relaitas dari subjek. Sedangkan predikat pada kalimat (40) adalah terdengar yang berkategori verba. Subjek dalam kalimat tersebut adalah (38) dua permasalahan yang sedang diselesaikan Astria, (39) pasien yang menderita penyakit hilang ingatan, dan (40) kabar bahwa Astria reinkarnasi.Pola urutan P-S dalam kalimat tersebut tidak dapat diubah


menjadi S-P. Hal tersebut menyebabkan kalimat menjadi tidak gramatikal.

*Dua permasalahan yang sedang diselesaikan Astria ada

*Pasien yang menderita penyakit hilang ingatan ada

*Ketika itu kabar bahwa Astria reinkarnasi terdengar

 

Kalimat Inversi Interogatif

Kalimat inversi interogatif dalam bahasa Indonesia dibedakan menjadi dua yaitu kalimat inversi interogatif yang memerlukan jawaban ya atau tidak dan kalimat inversi interogatif yang memerlukan jawaban penjelas. Kalimat inversi yang memerlukan jawaban ya atau tidak disebut dengan kalimat intervensi jenis keniscayaan. Contoh datanya:

Memutuskan aku, kamu?

Dalam kalimat (41) tersebut yang menjadi predikat adalah memutuskan yang berkategori verba ekatransitif, dan subjeknya adalah kamu yang berkategori nomina persona. Sedangkan contoh kalimat inversi interogatif yang memerlukan penjelas adalah:

Maksud Ibu?

Kenapa menyimpan gambar itu Ibu?

Dalam kalimat tersebut yang menjadi predikatnya adalah (42) maksud yang berkategori nomina dan (43) menyimpan yang berkategori verba ekatransitif. Sedangkan subjeknya adalah (42) ibu yang berkategori nomina, dan (43) ibu yang berkategori nomina. Pola susunan dalam kalimat inversi interogatif yang memerlukan jawaban ya auat tidak dan yang memerlukan jawaban penjelas dapat diubah menjadi pola S-P, sebagai berikut:

(41a) Kamu memutuskan aku? (42a) Ibu maksud?

(43a) Kenapa Ibu menyimpan gambar itu?

 

Kalimat Inversi Imperatif

Kalimat inversi imperatif dalam bahasa Indonesia dibedakan menjadi dua yaitu kalimat inversi imperatif yang berdiatesis aktif dan pasif. Contoh kalimat inversi imperatif yang berdiatesis aktif adalah:

Berhenti bicara reinkarnasi Ibu!


Makan Astria!

Bawa semua harta itu Rizky!

 

Dalam kalimat tersebut yang menjadi predikat adalah (44) berhenti yang berkategori verba, (45) makan yang berkategori verba semitransitif, dan (46) bawa yang berkategori verba ekatransitif. Sedangkan subjek dalam kalimat tersebut adalah (44) Ibu yang berkategori nomina, (45) Astria yang berkategori nomina, dan (46) Rizky yang berkategori nomina. Sedangkan contoh kalimat inversi imperatif berdiatesis pasif adalah:

Bukalah pintu itu!

Dalam kalimat inversi imperatif berdiatesis pasif tersebut predikatnya adalah (47) bukalah yang berkategori verba dan subjeknya pintu itu yang berkategori frasa nomina. Dalam kalimat inversi imperatif pasif subjek menderita akibat tindakan yang disebut dalam predikat. Pola susunan kalimat inversi imperatif pasif dan aktif tersebut dapat diubah menjadi S-P, sebagai berikut:

(44a) Ibu berhenti bicara reinkarnasi! (45a) Astria makan!

(46a) Rizky bawa semua harta itu! (47a) Pintu itu bukalah!

Kalimat Inversi Eklasamatif

Kalimat inversi eklasamatif selalu berpola P-S atau berstruktur inversi. Hal ini terjadi karena dalam kalimat eklasamatif yang ditekankan adalah predikatnya. Predikat tersebut biasanya mengungkapkan kekaguman atau keheranan. Contoh kalimat inversi eklasamatif adalah:

Oh, cantik sekali anak Ibu!

Wah, senangnya keluarga Pak Maryo!

 

Dalam kalimat tersebut predikatnya adalah (48) cantik sekali yang merupakan frasa adjektiva dan (49) senangnya yang merupakan adjektiva. Sedangkan subjek dalam kalimat tersebut adalah (48) ibu yang berkategori nomina dan (49) Pak Maryo yang berkategori nomina. Apabila urutan P-S dalam kalimat tersebut diubah menjadi S-P, maka kalimat tersebut bukan merupakan kalimat inversi eklasamatif. Hal tersebut karena kalimat


eklasamatif selalu menonjolkan predikat, sehingga urutannya selalu predikat subjek (P-S).

*Oh, anak Ibu cantik sekali!

*Wah, keluarga Pak Maryo senangnya!

 

kalimat inversi ini akan dibedakan berdasar pada pembagian jenis kalimat yang dikemukakan oleh Ramlan, yaitu kalimat deklaratif, interogatif, imperatif, dan ekslamatif. 

a.  Kalimat inversi deklaratif, yaitu kalimat berita yang diawali oleh predikat. Terdapat dua tipe kalimat inversi deklaratif ini :

1) Tipe yang dapat diubah pola urutannya menjadi subjek + predikat. 

Contoh : Ramai rumahku -> Rumahku ramai

2) Tipe yang tidak dapat diubah pola urutannya menjadi subjek + predikat. 

b. Kalimat inversi interogatif, yaitu kalimat tanya yang predikatnya berada di awal. Ada dua tipe kalimat inversi interogatif :

1) Memerlukan jawaban ya atau tidak. 

Contoh : Pergikah dia? 

2) Memerlukan jawaban penjelas. 

Contoh : Pergi kemana dia? 

c.  Kalimat inversi imperatif, yaitu kalimat perintah yang diawali oleh predikat.

Contoh : Minumlah, Dian! 

d. Kalimat inversi ekslamatif, yaitu kalimat yang melakukan penekanan pada predikat. Biasanya, kalimat ini digunakan untuk mengungkapkan rasa kagum atau heran. 

Contoh : 

- Manis sekali wajahmu! 

- Jahat sekali orang itu! 

 

Meskipun frekuensi penggunaannya masih sedikit,  kalimat inversi ini amat perlu kita kuasai. Sebab, kalimat inversi bisa digunakan untuk menekankan makna, apalagi berkaitan dengan bahasa lisan. Yuk, kita coba menulis kalimat inversi lainnya!

Referensi :

Alwi, Hasan.,dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. 

 

Daftar Pustaka

Alwi, Hasan dkk. 2003. Tata bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Baryadi, I. Praptomo. 2000. “Konstruksi Perurutan Waktu pada Tataran Kalimat dalam Wacana Bahasa Indonesia: Suatu Kajian tentang Ikonisitas Diagramatik”. Disertasi.Yogyakarta: Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada.

Basuki, Fira. 2008. Paris Pandora. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Hudawi, MuhamadNuh. 1955. Pelajaran Sederhana Paramasastra Bahasa

Indonesia. Medan: Firma Maju.

Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Maryani, Yeyendan C. Ruddyanto.1992.Bahasa dan Sastra I.Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Mees, C.A. 1954. Tata Bahasa Indonesia. Jakarta: J.B. Wolters.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar