“ UMAR BAKRI
DI ZAMAN MILLENIAL ? MASIHKAH ADA ? “
Oleh : Pak Pur
Oemar Bakri adalah
sosok fiktif untuk menggambarkan seorang guru yang eksis pada zaman ketika lagu
ini diciptakan. Artinya ini adalah gambaran umum untuk guru episode lawas. Guru
tempo dulu. Guru-guru muda sekarang mungkin sudah tidak kenal siapa itu Oemar
Bakri. Padahal ini salah satu lirik lagu yang dibawakan penyanyi Iwan
Fals. Dikisahkan, Sepeda kumbang dan tas
hitam dari kulit buaya adalah aksesoris yang melekat pada kebanyakan “Pak Guru”
kala itu. Jika dibandingkan dengan zaman sekarang, mungkin sudah tidak bisa
disamakan dengan kendaraan yang dimiliki bapak ibu guru. dan
tas selempang terbuat dari kulit buaya yang berisi buku dan pensil, serta
penghapus.
Ada sebuah kata-kata “Murid bengalmu mungkin
sudah menunggu”, “sepeda kumbang di jalan berlubang”, “murid Bengal itu ibarat
sekarang seperti jagoan”, dan “kopi aku rasa nikmat sekali”. Bila kita paham,
di bagian itu tersirat siapa dan bagaimana Oemar Bakri yang sesungguhnya. Monggo
kita lebih teliti “murid bengal” adalah hal pertama yang di ingat Oemar Bakri
sebelum ia berangkat menuju sekolah tercinta. Ini menyiratkankan bahwa Bakri
ialah sosok yang paham betul dengan tugas yang diembannya. Mengapa? Karena
istilah “murid bengal” merupakan sebuah kondisi yang hendaknya tak boleh
terjadi dan harus diperbaiki oleh seorang guru. Bakri tidak semata fokus
bersiap dan semangat mengajarkan materi ilmu pasti eksakta, tapi juga peduli
pada pembentukan karakter anak didiknya. Bukankan demikian seharusnya guru?
Jalan yang berlubang
dan murid seperti jagoan adalah pemisalan akan kondisi tempat dimana Oemar
Bakri mengabdi. Maknanya, Bakri hidup di daerah minim sarana prasana. Selain
itu, tawuran antar pelajar merupakan pengaruh eksternal negatif paling umum
yang menggerogoti moral siswa. Dua hal ini menjadi tantangan tersendiri
bagi guru tempo dulu.
Bagaimana dengan era
kini? Tentu tantangan itu juga tetap ada meski bentuk paketnya berbeda.
Minimnya sarana sekolah boleh jadi masih ditemukan. Dan pengaruh
eksternal pastinya semakin banyak sejalan dengan globalisasi. Bisa dikatakan,
kesulitan guru masa kini menghadapi tantangan zaman juga dirasakan.. Akan
tetapi apakah Bakri mengeluh? Tidak. Ia malah semangat bangun pagi, merasakan
nikmatnya kopi, lalu memacu sepeda kumbang di tengah jalan berlubang dengan
senyum yang mengembang. Karena itu janganlah kita salah mengartikan Oemar
Bakri, sebab sesungguhnya ia layak menjadi sosok teladan yang baik bagi guru
masa kini.
Bagaimanakah sosok guru umar bakri ini dimasa sekarang???
Guru
pada zaman dahulu memang bukan menjadi profesi favorit untuk semua orang. Sudah
banyak cerita dari pengalaman guru yang senior bagaimana kerasnya berjuang
ketika menjadi guru. Honor yang sedikit dan akses yang sulit menjadi cerita
rutin yang mereka sampaikan. Tapi itulah perjuangan, semuanya membutuhkan
pengorbanan. Mereka melihat guru bukan hanya sekedar profesi untuk mencari
rezeki, tetapi mereka ingin menjadi guru karena panggilan hati dalam mendidik
anak-anak negeri.
Lihatlah
hasil didik dari guru-guru pada zaman dahulu. Sebagian besar menjadi
orang-orang yang sukses dan berkarakter baik. Fasilitas yang terbatas bukan
menjadi masalah bagi mereka. Yang terpenting, mereka mau mengajar yang
berangkat dari hati. Namun kenyataannya sekarang ini, fasilitas semakin
lengkap, zaman semakin modern, namun apa hasilnya akan lebih baik pada zaman
dahulu? Dari segi ilmu pengetahuan memang oke di zaman sekarang. Banyak
ilmu-ilmu pengetahuan baru yang telah dipecahkan. Beberapa penemuan teknologi
sudah banyak orang ciptakan. Tapi kenapa korupsi masih merajalela, kenapa
sampai ada guru dibunuh siswanya di
negara kita?
Nah pertanyaannya sekarang,
kemanakah karakter-karakter guru di zaman modern sekarang ini? Seharusnya di
zaman modern seperti ini, dengan fasilitas yang cukup lengkap harus bisa
melebihi hasil didikan guru pada zaman dahulu. Jangan hanya menerapkan
pembelajaran yang menyenangkan saja kepada siswa. Sehingga, menjadikan siswa
lebih terlena dengan kesenangan yang ia rasakan. Justru orang-orang hebat
muncul bukan dari orang-orang yang senang, tetapi dari orang-orang yang penuh
rintangan dan cobaan sehingga dia dapat menyelesaikan segala permasalahan yang
menimpanya itu.
Marilah guru-guru di Indonesia. Kita
sama-sama meluruskan niat dan merapatkan barisan untuk terus mendidik anak
Indonesia. Datangkanlah mendidik dengan hati, ciptakan kepeduliaan kita
terhadap peserta didik, dan buatlah peserta didik bangga karena dia pernah
belajar bersama guru-guru hebat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar