Pak R. Purwantaka
*Pola Kalimat Pasif Zero*
Kalimpat pasif zero: merupakan kalimat yang predikatnya tidak berimbuhan awalan,
namun berimbuhan akhiran. Adapun imbuhan akhiran yang adalah akhiran -kan. Objek pada kalimat ini adalah objek pelaku yang didampingi
predikat berimbuhan akhir -kan.
Contoh: Aku serahkan amanah ini
kepadamu. *(Objek Pelaku= aku)*
Ciri-Ciri Kalimat Pasif Zero:
- Predikat berakhiran -kan dan terjadi penghilangan awalan -di.
- Predikat dapat juga berupa
kata dasar berkelas kata kerja (verba), kecuali kata kerja aus (kata kerja yang
tidak bisa disisipi awalan me- saja.
Seperti: Pulang, tidur, mandi, dll).
Contoh Kalimat Pasif Zero:
Kupukul Amin.
O2
P S
Objek dan Predikat selalu
berdekatan.
Akan saya sampaikan pesanmu.
O2
P S
Kalimat pasif zero
berhubungan dengan kalimat baku. Bila kalimat pasif zero itu antara O2 dan P
disisipi kata lain, maka bukanlah kalimat baku. Oleh karena itu, KALIMAT PASIF
ZERO harus memenuhi rumus:
........O2 + P
..............
Contoh:
1. Kami akan berikan hadiah
ini untukmu.
Kalimat pasif ini salah.
Kalimat yang benar adalah:
Akan kami berikan hadiah
ini untukmu.
O2 P S
O3
2. Kami sudah cantumkan
namamu.
O2
P
S
Kalimat pasif ini juga
salah. Kalimat yang benar adalah:
Sudah kami cantumkan namamu.
O2 P
S
MENGUBAH KALIMAT AKTIF MENJADI KALIMAT PASIF BIASA DAN KALIMAT
PASIF ZERO
A
Kami akan membersihkan ruangan
ini.
S
P
O1
Kalimat di atas adalah kalimat aktif. Mari kita ubah ke bentuk
kalimat pasif biasa.
Ruangan ini akan dibersihkan
(oleh) kami. Kata "oleh" bisa dipakai, bisa juga tidak.
S
P
O2
Kalimat di atas adalah pasif biasa. Setelah menjadi kalimat pasif
biasa, kita tinggal mengubahnya ke dalam bentuk pasif zero. Gunakan rumus di
atas. O2 harus berdampingan dengan P tanpa disisipi kata lain. Ingat!
Awalan -di pada Predikat harus dihilangkan. Kalau ada
kata konjungsi (telah, akan, sudah, belum, dll) langsung letakkan saja di awal.
Sehingga kalimatnya:
Akan kami bersihkan ruangan
ini.
O2
P
S
Sekarang, kalimat di atas sudah menjadi kalimat pasif zero.
CONTOH KALIMAT PASIF ZERO:
1. Belum kami kumpulkan
tugas itu.
2. Besok, akan saya
serahkan tugas ini.
3. Sudah dia rapikan
ruangan itu.
4. Tidak aku maafkan
kesalahanmu.
5. Akan aku lihatkan nomor
ujianmu.
contoh-contoh darikalimat pasif yang
menggunakan pola O-P-S-K dalam penulisannya.
Contoh-contoh tersebut bisa disimak
sebagaimana berikut ini!
1.
Ikan asin itu telah dicuri oleh kucing kami
tadi pagi. (O: ikan asin itu, P: telah dicuri, S: oleh kucing kami, K: tadi
pagi)
2.
Perhiasan-perhiasan tersebut dijual oleh Bu
Kokom dengan harga yang cukup mahal. (O: perhiasan-perhiasan tersebut, P:
dijual, S: oleh Bu Kokom, K: dengan harga yang cukup mahal)
3.
Sayuran itu dibeli oleh ibu dari pasar yang
tak jauh dari tempat tinggal kami. (O: sayuran itu, P: dibeli, S: oleh ibu, K;
dari pasar yang tak jauh dari tempat tinggal
kami)
4.
Sayur sup itu dimasak bibi di dapur. (O:
sayur sup itu, P: dimasak, S: bibi, K: di dapur)
5.
Buku itu dikembalikan olehku ke pemiiliknya
langsung. (O: buku itu, P: dikembalikan, S: olehku, K: ke pemiliknya langsung)
6.
Padi-padi itu telah dipanen oleh para petani
tadi pagi. (O: padi-padi itu, P: telah dipanen, S: oleh para petani, K: tadi
pagi)
7.
Tiket itu telah dibeli Johan tadi pagi. (O:
tiket itu, P: dibeli, S: Johan, K: tadi pagi)
8.
Buku itu masih dipinjam Hasbi hingga saat
ini. (O: buku itu, P: masih dipinjam, S: Hasbi, K: hingga saat ini)
9.
Pagar itu dicat paman agar terlihat lebih
cerah. (O: pagar itu, P: dicat, S: paman, K: agar terlihat lebih cerah)
10. Pakaian itu
dibeli Octa dari toko baju di seberang jalan itu. (O: pakaian itu, P: dibeli,
S: Octa, K: dari toko baju di seberang jalan itu)
11. Ikan asing itu
dimakan oleh kucing kami.
1.
Pola kalimat: O-P-S, di mana:
1.
O: ikan asin itu;
2.
P: dimakan;
3.
S: oleh kucing kami.
12. Sampah itu
dibuang Andi ke tong sampah yang ada di pinggir jalan itu.
1.
Pola kalimat: O-P-S-K, di mana:
1.
O: sampah itu;
2.
P: dibuang;
3.
S: Andi;
4.
K: ke tong sampag yang ada di pinggir jalan
itu.
13. Para penjahat
itu telah ditangkap polisi pada pukul sepuluh malam tadi.
1.
Pola kalimat: O-P-S-K, di mana:
1.
O: para penjahat itu;
2.
P: telah ditangkap;
3.
S: polisi;
4.
K: pada pukul sepuluh malam tadi.
14. Adik dihadiahi
ayah sepeda baru pada hari ulang tahunnya yang kesekian.
1.
Pola kalimat: O-P-S-Pel-K, di mana:
1.
O: adik;
2.
P: dihadiahi;
3.
S: ayah;
4.
Pel: sepeda baru;
5.
K: di hari ulang tahunnya yang kesekian.
15. Mobil itu
terpaksa dijual agar dia bisa membayar utangnya ke Pak Jarwo.
1.
Pola kalimat: O-P-K, di mana:
1.
O: mobil itu;
2.
P: terpaksa dijual;
3.
K: agar dia bisa membayar utangnya ke Pak
Jarwo.
16. Radi ditegur
pak guru akibat terlalu sering datang terlambat ke sekolah.
1.
Pola kalimat: O-P-S-K, di mana:
1.
O: Radi;
2.
P: ditegur;
3.
S: pak guru;
4.
K: akibat terlalu sering datang terlambat ke
sekolah.
17. Aku ditawari
paman sebuah pekerjaan menarik kemarin malam.
1.
Pola kalimat: O-P-S-Pel-K, di manaL
1.
O: aku;
2.
P: ditawari;
3.
S: paman;
4.
Pel: sebuah pekerjaan menarik;
5.
K: kemarin malam.
18. Saat kami
melintas di hadapannya, kami langsung ditawari pedagang obat itu salah satu
barang dagangannya.
1.
Pola kalimat: K-O-P-S-Pel, di mana:
1.
K: saat kami melintas di hadapannya;
2.
O: kami;
3.
P: langsung ditawari;
4.
S: pedagang itu;
5.
Pel: salah satu barang dagangannya.
19. Makanan-makanan
itu dimasak ibu untuk menyambut beberapa tamu yang akan bertamu ke rumah kami.
1.
Pola kalimat: O-P-S-K, di mana:
1.
O: makanan-makanan itu;
2.
P: dimasak;
3.
S: ibu;
4.
K: untuk menyambut beberapa tamu yang akan
bertamu ke rumah kami.
20. Keluarga
korban diwawancari polisi untuk kepentingan kasus tersebut.
1.
Pola kalimat: O-P-S-K, di mana:
1.
O: keluarga korban;
2.
P: diwawancarai;
3.
S: polisi;
4.
K: untuk kepentingan kasus tersebut.
21. Perhiasan itu
telah digadai oleh Bu Ikoh.
1.
Pola kalimat: O-P-S, di mana:
1.
O: perhiasan itu;
2.
P: telah digadai;
3.
S: oleh Bu Ikoh.
Alwi, Hasan
dkk. (eds.) 1998. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Cole, Peter, Gabriella Hermon and Yassir Tjung. 2006 “Is There Pasif Semu in
Jakarta Indonesian?”. Dalam Oceanic Linguistics. 45. 1, 64- 90. Chung, Sandra,
1976. On the Subject of Two Passives in Indonesian. New York, San Fransisco,
London: Academic Press,Inc. Dardjowidjoyo, Soendjono. (ed.). 1983. Beberapa
Aspek Linguistik Indonesia. Jakarta: Djambatan. --------1987. Linguistik: Teori
dan Terapan. Jakarta: Lembaga Bahasa Unika Atma Jaya. Darwis, Muhammad. 1990.
“Subkategorisasi Verba dalam Bahasa IndonesiaI”. Tesis Magister. Program
Pascasarjana Universitas Hasanuddin, Makassar. Kamsinah. 2011. Analisis Prinsip
dan Parameter Kalimat Pasif Bahasa Indonesia. Disertasi Doktor. Program
Pascasarjana Universitas Hasanuddin, Makassar. Kaswanti Purwo, Bambang.
(ed).1989. Serpih-serpih Telaah Pasif Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Kanisius.
Verhaar, J. W. M. 2012. Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press..
2. Kalimat Pasif
Kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya dikenai pekerjaan/tindakan. Kalimat ini biasanya memiliki predikat berupa kata kerja berawalan di- dan ter- dan diikuti oleh kata depan oleh.
Kalimat pasif dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
Kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya dikenai pekerjaan/tindakan. Kalimat ini biasanya memiliki predikat berupa kata kerja berawalan di- dan ter- dan diikuti oleh kata depan oleh.
Kalimat pasif dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
o
Kalimat Pasif Biasa
Kalimat pasif ini biasanya diperoleh dari kalimat aktif
transitif. Predikat pada kalimat ini berawalan di-,ter-,ke-an.
Contoh:Piring dicuci Eni.
. S P O2
Contoh:Piring dicuci Eni.
. S P O2
o
Kalimat Pasif Zero
Kalimat pasif zero adalah kalimat yang objek pelakunya(O2)
melekat berdekatan dengan O2 tanpa disisipi dengan kata lain. Predikat pada
kalimat ini berakhiran -kan dan akan terjadi penghilangan awalan di-.
Predikatnya juga dapat berupa kata dasar berkelas kerja kecuali kata kerja aus.
Kalimat pasif zero ini berhubungan dengan kalimat baku.
Contoh:Ku pukul adik.
Contoh:Ku pukul adik.
.
O2 P S
Kata Penghubung :
Kata penghubung ialah kata yang menghubungkan kata dengan kata
dalam sebuah kalimat atau menghubungkan kalimat dengan kalimat dalam sebuah
paragraf.
o
Kata Penghubung Intrakalimat
Kata penghubung intrakalimat yaitu kata yang menghubungkan kata
dengan kata dalam sebuah kalimat.
Contoh:
dan
atau
tetapi
sesudah
jika
agar
supaya
dengan
bahwa
karena
ketika
maka
sedangkan
hingga
meski
lalu
sambil
serta
apabila
lagi pula
andaikata
sebab
sebelum
selama
sehingga
seandainya
sekiranya
melainkan
semenjak
andaikan
bagaikan
asalkan
jangankan
walaupun
meskipun
kendatipun
lagi
hanya
sekalipun
sungguhpun
melainkan
sampai-sampai
tatkala
kecuali
seraya
sambil
Contoh:
dan
atau
tetapi
sesudah
jika
agar
supaya
dengan
bahwa
karena
ketika
maka
sedangkan
hingga
meski
lalu
sambil
serta
apabila
lagi pula
andaikata
sebab
sebelum
selama
sehingga
seandainya
sekiranya
melainkan
semenjak
andaikan
bagaikan
asalkan
jangankan
walaupun
meskipun
kendatipun
lagi
hanya
sekalipun
sungguhpun
melainkan
sampai-sampai
tatkala
kecuali
seraya
sambil
Contoh kalimat:
1. Semua usaha sudah ia lakukan, tetapi hasil yang ia dapat belum memuaskan.
2. Ani bukan seorang pecandu masakan Padang, melainkan pecandu masakan Palembang.
3. Ia sadar bahwa manusia hanya bisa berusaha.
4. Ketika semua telah terjadi, barulah penyesalan itu datang.
5. Kamu terlalu gemuk sampai-sampai motorku seperti mau patah.
1. Semua usaha sudah ia lakukan, tetapi hasil yang ia dapat belum memuaskan.
2. Ani bukan seorang pecandu masakan Padang, melainkan pecandu masakan Palembang.
3. Ia sadar bahwa manusia hanya bisa berusaha.
4. Ketika semua telah terjadi, barulah penyesalan itu datang.
5. Kamu terlalu gemuk sampai-sampai motorku seperti mau patah.
o
Kata penghubung korelatif
Yaitu kata penghubung yang menghubungkan dua kata, frase, atau
klausa, yang mengandung kedudukan sama.
baik… maupun….
…tidak…tetapi….
…bukan…melainkan….
makin…makin….
kian…kian….
sedemikian rupa … sehingga….
tidak hanya… tetapi juga….
baik… maupun….
…tidak…tetapi….
…bukan…melainkan….
makin…makin….
kian…kian….
sedemikian rupa … sehingga….
tidak hanya… tetapi juga….
Contoh kalimat:
1.
Baik yang ia katakan maupun yang ia lakukan telah dimaafkan oleh
penguasa.
2.
Tanah itu tidak berfungsi bagi orang Dayak, tetapi bagi orang
Madura bila dimanfaatkan untuk membuat batu bata.
3.
Pak Amin bukan seorang petani, melainkan pemilik lahan.
4.
Sedemikian rupa ia merancang kegiatan itu, sehingga sangat sulit
ditemukan kekurangannya.
o
Kata Penghubung Antarkalimat
Kata penghubung antarkalimat adalah kata yang menjadi penghubung
antara kalimat yang satu dengan kalimat lainnya dalam satu paragraf. Dengan
adanya kata penghubung ini, kalimat menjadi lebih padu.
Contoh:
Contoh:
akan tetapi
namun
oleh karena itu
jadi
dengan demikian
meskipun begitu
lagi pula
namun
oleh karena itu
jadi
dengan demikian
meskipun begitu
lagi pula
o
Kata penghubung antarkalimat ini penulisannya didahului
tanda koma.
Contoh kalimat:
1. Tidak ada pendekatan paling pas untuk mengarahkan remaja. Akan tetapi, pendekatan hati yang dilakukan orang tua bisa mencapai hasil paling baik.
2. Ia telah bekerja keras. Siang malam ia mencari uang untuk sekolah anaknya. Oleh karena itu, tidak ada anaknya yang tidak berhasil.
3. Orang itu sangat sensitif. Ini tidak baik. Segala sesuatu yang berlebihan cenderung negatif. Lagi pula, sifat sensitif tidak tepat untuknya karena ia seorang lelaki.
4. Kamu tidak pantas berbicara seperti itu. Kamu terlalu memperturutkan emosi. Meskipun begitu, kamu masih bisa meminta maaf kalau berjumpa lagi dengannya.
1. Tidak ada pendekatan paling pas untuk mengarahkan remaja. Akan tetapi, pendekatan hati yang dilakukan orang tua bisa mencapai hasil paling baik.
2. Ia telah bekerja keras. Siang malam ia mencari uang untuk sekolah anaknya. Oleh karena itu, tidak ada anaknya yang tidak berhasil.
3. Orang itu sangat sensitif. Ini tidak baik. Segala sesuatu yang berlebihan cenderung negatif. Lagi pula, sifat sensitif tidak tepat untuknya karena ia seorang lelaki.
4. Kamu tidak pantas berbicara seperti itu. Kamu terlalu memperturutkan emosi. Meskipun begitu, kamu masih bisa meminta maaf kalau berjumpa lagi dengannya.
5. Ia sudah pergi jauh. Tak ada
niatnya untuk kembali ke kampung halaman. Namun, semua yakin ia tidak akan bisa
melupakan kedua orang tuanya.
KALIMAT DASAR
1. PENGERTIAN KALIMAT MENURUT PARA AHLI
·
Dardjowidojo (1988) menyatakan bahwa kalimat ialah bagian
terkecil dari suatu ujaran atau teks (wacana) yg mengungkapkan pikiran yg utuh
secara ketatabahasaan.
·
Slametmuljana (1969) menjelaskan kalimat sebagai keseluruhan
pemakaian kata yg berlagu,disusun menurut sistem bahasa yg bersangkutan;
mungkin yg dipakai hanya satu kata, mungkin lebih.
·
Kridalaksana (2001) juga mengungkapkan kalimat sebagai satuan
bahasa yg secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final, &
secara aktual maupun potensial terdiri dari klausa; klausa bebas yg menjadi
bagian kognitif percakapan; satuan proposisi yg merupakan gabungan klausa atau
merupakan satu klausa, yg membentuk satuan bebas; jawaban minimal, seruan,
salam, & sebagainya.
·
Badudu (1994) mengungkapkan bahwa sebagai sebuah satuan, kalimat
memiliki dimensi bentuk & dimensi isi. Kalimat harus memenuhi kesatuan
bentuk sebab kesatuan bentuk itulah yg menjadikan kesatuan arti kalimat.
Kalimat yg yang strukturnya benar tentu memiliki kesatuan bentuk sekaligus
kesatuan arti. Wujud struktur kalimat adalah rangkaian kata-kata yg disusun
berdasarkan aturan-aturan tata kalimat. Isi suatu kalimat adalah gagasan yg
dibangun oleh rangkaian konsep yg terkandung dalam kata-kata. Jadi, kalimat
(yang baik) selalu memiliki struktur yg jelas. Setiap unsur yg terdapat di
dalamnya harus menempati posisi yg jelas. Setiap unsur yg terdapat di dalamnya
harus menempati posisi yg jelas dalam hubungan satu sama lain. Kata-kata itu
diurutkan menurut aturan tata kalimat.
·
Dardjowidjojo (1988) juga menjelaskan bahwa kalimat umumnya
berwujud rentetan kata yg disusun sesuai dengan kaidah yg berlaku. Setiap kata
termasuk kelas kata atau kategori kata, & mempunyai fungsi dalam kalimat.
Pengurutan rentetan kata serta macam kata yg dipakai dalam kalimat menentukan
pula macam kalimat yg dihasilkan.
Dapat disimpulkan bahwa kalimat itu merupakan sekumpulan kata
atau gabungan kata yang berkesinambungan antara kata yang satu dengan kata
lainnya.
2. UNSUR-UNSUR KALIMAT
Unsur-unsur kalimat tersebut adalah subjek (S), predikat (P),
objek (O), pelengkap (P), dan keterangan (K).
·
Subjek
Subjek merupakan unsur kalimat berupa nomina, frasa nominal atau
klausa.
Contoh :
·
Serigala binatang liar.
·
Berjalan kaki menyehatkan badan.
·
Predikat
Predikat merupakan unsur kalimat yang menjelaskan subjek.
Predikat dapat berupa frasa verbal atau frasa adjektival, frasa nominal, frasa
verbal, frasa adjektival.
Contoh :
·
Pria itu tampan sekali.
·
Dia sedang tidur.
·
Objek
Objek merupakan unsur yang melengkapi predikat. Objek dapat
berupa nominal atau frasa nominal.
Contoh :
·
Saya ingin menemui kamu.
·
Sapto mengajar bahasa Indonesia.
·
Pelengkap
Pelengkap sering dicampuradukkan dengan objek. Pelengkap
berwujud frasa nominal, frasa verbal, frasa adjektival, dan frasa
preposisional.
Contoh :
·
Dia berdagang barang-barang elektronikdi Klitikan.
·
Ayuk belajar IPS
·
Keterangan
Keterangan merupakan unsur kalimat yang paling beragam dan
paling mudah berpindah letaknya.
Contoh :
Rina mencuci bajunya tadi malam.
Di bagasi mobil Rere terparkir dengan rapi.
3. POLA-POLA KALIMAT
·
Kalimat Dasar Berpola S P
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek dan predikat.
Predikat kalimat untuk tipe ini dapat berupa kata kerja, kata benda, kata
sifat, atau kata bilangan.
·
Kalimat Dasar Berpola S P O
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan
objek. subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba
transitif, dan objek berupa nomina atau frasa nominal.
·
Kalimat Dasar Berpola S P Pel.
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan
pelengkap. Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba
intransitif atau kata sifat, dan pelengkap berupa nomina atau adjektiva.
Misalnya:
Anaknya / beternak / ayam.
S
P Pel.
·
Kalimat Dasar Berpola S P O Pel.
Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba
intransitif, objek berupa nomina atau frasa nominal, dan pelengkap berupa
nomina atau frasa nominal. Misalnya:
Dia / mengirimi / saya / surat.
S
P
O Pel.
·
Kalimat Dasar Berpola S P K
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan
harus memiliki unsur keterangan karena diperlukan oleh predikat. Subjek berupa
nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif, dan keterangan
berupa frasa berpreposisi. Misalnya:
Mereka / berasal / dari Surabaya.
S
P
K
·
Kalimat Dasar Berpola S P O K
subjek berupa nomina atau frasa nomina, predikat berupa verba
intransitif, objek berupa nomina atau frasa nominal, dan keterangan berupa
frasa berpreposisi.
·
Kalimat Dasar Berpola S P Pel. K
Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba
intransitif atau kata sifat, pelengkap berupa nomina atau adjektiva, dan
keterangan berupa frasa berpreposisi. Misalnya :
Ungu / bermain / musik / di atas panggung.
S
P
Pel.
K
·
Kalimat Dasar Berpola S P O Pel. K
subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba
intransitif, objek berupa nomina atau frasa nominal, pelengkap berupa nomina
atau frasa nominal, dan keterangan berupa frasa berpreposisi. Misalnya:
Dia / mengirimi / ibunya / uang / setiap bulan.
S
P
O Pel.
4. JENIS-JENIS KALIMAT
·
Berdasarkan Pengucapan
Kalimat dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Kalimat Langsung
Kalimat langsung adalah kalimat yang secara cermat menirukan
ucapan orang. Kalimat ini biasanya ditandai dengan tanda petik dua (“….”) dan
dapat berupa kalimat tanya atau kalimat perintah.
2. Kalimat Tak Langsung
Kalimat tak langsung adalah kalimat yang menceritakan kembali
ucapan atau perkataan orang lain. Kalimat tak langsung tidak ditandai lagi
dengan tanda petik dua dan sudah dirubah menjadi kalimat berita.
·
Berdasarkan Jumlah Frasa (Struktur Gramatikal)
Kalimat dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang memiliki satu pola (klausa)
yang terdiri dari satu subjek dan satu predikat. Pola-pola kalimat dasar yang
dimaksud adalah:
* KB + KK (Kata Benda + Kata Kerja)
Contoh: Victoria bernyanyi
S P
* KB + KS (Kata Benda + Kata Sifat)
Contoh: Ika sangat rajin
S P
* KB + KBil (Kata Benda + Kata Bilangan)
Contoh: Masalahnya seribu satu.
S
P
Kalimat tunggal dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
·
Kalimat nominal adalah kalimat yang predikatnya berupa kata benda.
Contoh: Saya siswa kelas VI.
·
Kalimat verbal adalah kalimat yang predikatnya berupa kata kerja.
Contoh:Adik bernyanyi.
2. Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk terdiri atas dua atau lebih kalimat tunggal yang
saling berhubungan baik kordinasi maupun subordinasi. Kalimat majemuk dapat
dibedakan atas 3 jenis, yaitu:
·
Kalimat Majemuk Setara (KMS)
Kalimat ini terbentuk dari 2 atau lebih kalimat tunggal dan
kedudukan tiap kalimat
sederajat.
* KMS Penggabungan. Dua atau lebih kalimat tunggal yang
dihubungkan oleh kata dan atau serta.
Contoh:- Kami mencari bahan dan mereka meramunya.
* KMS Pertentangan. Dua kalimat tunggal yang dihubungkan oleh kata
tetapi, sedangkan, namun, melainkan. Kedua
kalimat tersebut menunjukkan hubungan
pertentangan.
Contoh:- Bukan saya memecahkan gelas itu, melainkan kakak.
* KMS Pemilihan. Dua atau lebih kalimat tunggal yang dihubungkan
oleh kata atau.
Contoh:- Makalah ini harus dikumpukan besok atau minggu depan.
* KMS Penguatan. Dua atau lebih kalimat tunggal dihubungkan
dengan kata bahkan.
Contoh:- Pencuri itu tidak hanya dipukuli oleh masa, bahkan dia
disiksa dengan sadis.
* KMS yang dibentuk dari dua atau lebih kalimat tunggal yang
dihubungkan oleh kata lalu dan kemudian, untuk
menandakan suatu kejadian yang berurutan.
Contoh:- Mula-mula disebutkan nama-nama juara melukis tingkat
SD, kemudian disebutkan nama-nama juara melukis tingkat SMP.
·
Kalimat Majemuk Bertingkat (KMB)
Kalimat majemuk setara terdiri atas satu suku kaliamat bebas dan
satu suku kalimat yang tidak bebas. Kedua kalimat tersebut memiliki pola
hubungan yang tidak sederajat. Bagian yang memiliki kedudukan lebih penting
(inti gagasan) disebut sebagai klausa utama (induk kalimat). Bagian yang lebih
rendah kedudukakannya disebut dengan klausa sematan (anak kalimat).
Ada beberapa penanda hubungan / konjungsi yang dipergunakan oleh
kalimat majemuk bertingkat, yaitu:
1. Waktu : ketika, sejak
2. Sebab : karena, Oleh
karena itu, sebab, oleh sebab itu
3. Akibat : hingga,
sehingga, maka
4. Syarat : jika, asalkan,
apabila
5. Perlawanan : meskipun,
walaupun
6. Pengandaian : andaikata,
seandainya
7. Tujuan : agar, supaya,
untuk, biar
8. Perbandingan : seperti,
laksana, ibarat, seolah-olah
9. Pembatasan : kecuali,
selain
10. Alat : dengan+ katabenda:
dengan tongkat
11. Kesertaan : dengan+ orang
Contoh:- Walaupun komputer itu dilengkapi dengan alat-alat
modern, para hacker masih dapat mengacaukan data-data komputer itu.
– Induk kalimat: Para hacker masih dapat mengacaukan data-data
komputer itu.
– Anak kalimat: Walaupun komputer itu dilengkapi dengan
alat-alat modern.
·
Kalimat Majemuk Campuran
Kalimat majemuk campuran terdiri atas kalimat majemuk setara dan
kalimat majemuk bertingkat atau kebalikannya.
Contoh:- Karena hari sudah malam, kami berhenti dan langsung
pulang.
KMS: Kami berhenti dan langsung pulang.
KMC: Kami berhenti karena hari sudah malam.
– Kami pulang, tetapi mereka masih bekerja karena tugasnya belum
selesai.
KMS: Kami pulang, tetapi mereka masih bekerja.
KMB: Mereka masih bekerja karena tugasnya belum selesai.
·
Berdasarkan Isi atau Fungsinya
Kalimat dapat dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu:
1. Kalimat Perintah
Kalimat perintah adalah kalimat yang bertujuan memberikan
perintah kepada orang lain untuk melakukan sesuatu.
* Kalimat perintah biasa, ditandai dengan partikel lah.
* Kalimat larangan, ditandai dengan penggunaan kata jangan.
* Kalimat ajakan, ditandai dengan kata mohon, tolong, silahkan.
2. Kalimat Berita
Kalimat berita adalah kalimat yang isinya memberitahukan
sesuatu.
* Kalimat berita kepastian
Contoh : Nenek akan datang dari Bandung besok pagi.
* Kalimat berita pengingkaran
Contoh : Saya tidak akan datang pada acara ulang tahunmu.
* Kalimat berita kesangsian
Contoh : Bapak mungkin akan tiba besok pagi.
* Kalmat berita bentuk lainnya
Contoh : Kami tidak taahu mengapa dia datang terlambat.
3. Kalimat Tanya
Kalimat tanya adalah kalimat yang bertujuan untuk memperoleh
suatu informasi atau reaksi (jawaban) yang diharapkan. Contoh:- Mengapa gedung
ini dibangun tidak sesuai dengan disainnya?
4. Kalimat Seruan
Kalimat seruan adalah kalimat yang digunakan untuk
mengungkapakan perasaa ‘yang kuat’ atau yang mendadak. Kalimat seruan biasanya
ditandai dengan intonsi yang tinggi dalam pelafalannya dan menggunakan tanda
seru (!) atau tanda titik (.) dalam penulisannya.
Contoh:- Aduh, pekerjaan rumah saya tidak terbawa.
·
Berdasarkan Unsur Kalimat
Kalimat dapat dibedakan ke dalam 2 jenis, yaitu:
1. Kalimat Lengkap
Kalimat lengkap adalah kalimat yang sekurang-kurangnya terdiri
dari satu buah subyek dan satu buah predikat. Kalimat Majas termasuk ke dalam
kalimat lengkap.
Contoh :- Mahasiswa berdiskusi di dalam kelas.
S
P
K
2. Kalimat Tidak Lengkap
Kalimat tidak lengkap adalah kalimat yang tidak sempurna karena
hanya memiliki subyek saja, atau predikat saja, atau objek saja atau keterangan
saja. Kalimat tidak lengkap biasanya berupa semboyan, salam, perintah,
pertanyaan, ajakan, jawaban, seruan, larangan, sapaan dan kekaguman.
Contoh:- Selamat sore
– Silakan Masuk!
·
Berdasarkan Susunan S-P
Kalimat dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Kalimat Inversi
Kalimat inversi adalah kalimat yang predikatnya mendahului
subjeknya. Kalimat ini biasanya dipakau untuk penekanan atau ketegasan makna.
Contoh:- Ambilkan koran di atas kursi itu!
P
S
2. Kalimat Versi
Kalimat versi adalah kalimat yang susunan dari unsur-unsur
kalimatnya sesuai dengan pola kalimat dasar bahasa Indonesia (S-P-O-K).
Contoh:
– Penelitian ini dilakukan mereka sejak 2 bulan yang lalu.
S
P
O
K
– Aku dan dia bertemu di cafe ini.
S
P
K
·
Berdasarkan Bentuk Gaya Penyajiannya (Retorikanya)
Kalimat dapat dibedakan menjadi 3 jenis yaitu:
1. Kalimat Yang Melepas
Kalimat yang melepas terbentuk jika kalimat tersebut disusun
dengan diawali oleh unsur utama (induk kalimat) dan diikuti oleh unsur tambahan
(anak kalimat). Unsur anak kalimat ini seakan-akan dilepaskan saja oleh
penulisnya. Jika unsur anak kalimat tidak diucapkan, kalimat itu sudah bermakna
lengkap.
Contoh;- Semua warga negara harus menaati segala
perundang-undangan yang berlaku agar kehidupan di negeri ini berjalan dengan
tertib dan aman.
2. Kalimat yang Klimaks
Kalimat klimaks terbentuk jika kalimat tersebut disusun dengan
diawali oleh anak kalimat dan diikuti oleh induk kalimat. Kalimat belum dapat
dipahami jika hanya membaca anak kalimatnya. Sebelum kalimat itu selesai,
terasa masih ada sesuatu yang ditunggu, yaitu induk kalimat. Oleh karen itu,
penyajian kalimat ini terasa berklimaks dan terasa membentuk ketegangan.
Contoh:- Setelah 1.138 hari disekap dalam sebuah ruangan
akhirnya tiga sandera warga negara Prancis itu dibebaskan juga.
3. Kalimat yang Berimbang
Kalimat yang berimbang disusun dalam bentuk kalimat majemuk
setara dan kalimat majemuk campuran, Struktur kalimat ini memperlihatkan
kesejajaran yang sejalan dan dituangkan ke dalam bangun kalimat yang simetri.
Contoh:- Bursa saham tampaknya semakin bergairah, investor asing
dan domestik berlomba melakukan transaksi, dan IHSG naik tajam.
·
Berdasarkan Subjeknya
Kalimat dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Kalimat Aktif
Kalimat aktif adalah kalimat yang subjeknya melakukan suatu
pekerjaan/tindakan. Kalimat ini biasanya memiliki predikat berupa kata kerja
yang berawalan me- dan ber-. Predikat juga dapat berupa kata kerja aus (kata
kerja yang tidak dapat dilekati oleh awalan me–saja), misalnya pergi, tidur,
mandi, dll (kecuali makan dan minum).
Contoh:- Mereka akan berangkat besok pagi.
Kalimat aktif dibedakan menjadi 2, yaitu:
·
Kalimat Aktif Transitif
Kalimat aktif transitif adalah kalimat yang dapat diikuti oleh
objek penderita (O1). Predikat pada kalimat ini biasanya berawalam me- dan
selalu dapatt dirubah menjadi kalimat pasif.
Contoh:Eni mencuci piring.
S
P O
·
Kalimat Aktif Intransitif
Kalimat aktif intransitif adalah kalimat yang tidak dapat
diikuti oleh objek penderita (O1). Predikat pada kalimat ini biasanya berawaln
ber-. Kalimat yang berawalan me- tidak diikuti dengan O1. Kalimat ini tidak
dapat dirubah menjadi kalimat pasif.
Contoh:- Mereka berangkat minggu depan.
S
P
K
·
Kalimat Semi Transitif
Kalimat ini tidak dapat dirubah menjadi kal pasif karena
disertai oleh pelengkap bukan objek.
Contoh: Dian kehilangan pensil.
S
P Pel.
2. Kalimat Pasif
Kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya dikenai
pekerjaan/tindakan. Kalimat ini biasanya memiliki predikat berupa kata kerja
berawalan di- dan ter- dan diikuti oleh kata depan oleh.
Kalimat pasif dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
·
Kalimat Pasif Biasa
Kalimat pasif ini biasanya diperoleh dari kalimat aktif
transitif. Predikat pada kalimat ini berawalan di-,ter-,ke-an.
Contoh:Piring dicuci Eni.
S P O2
·
Kalimat Pasif Zero
Kalimat pasif zero adalah kalimat yang objek pelakunya(O2)
melekat berdekatan dengan O2 tanpa disisipi dengan kata lain. Predikat pada
kalimat ini berakhiran -kan dan akan terjadi penghilangan awalan di-.
Predikatnya juga dapat berupa kata dasar berkelas kerja kecuali kata kerja aus.
Kalimat pasif zero ini berhubungan dengan kalimat baku.
Contoh:Ku pukul adik.
O2 P S
SUMBER:
Setyaningrum, Wulandari. 2011. Rangkuman Materi Bahasa
Indonesia. Jogjakarta: Javalitera.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar