“Puasa Kok Kikir “
Oleh : Ustadz Taka\
Berlindung
dari Sifat Pelit
Dari Sa’ad bin Abi
Waqqash radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam meminta perlindungan di akhir shalat dengan
kalimat-kalimat ini,
اللَّهُمَّ إنِّي
أَعوذُ بِكَ مِنَ الجُبْنِ وَالبُخْلِ ، وَأعُوذُ بِكَ مِنْ أَنْ أُرَدَّ إِلَى
أَرْذَلِ العُمُرِ ، وَأعُوْذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الدُّنْيَا ، وَأَعُوْذُ بِكَ
مِنْ فِتْنَةِ القَبْرِ
“ALLOOHUMMA INNI
A’UDZU BIKA MINAL JUBNI WAL BUKHLI, WA A’UDZU BIKA MIN AN URODDA ILA ARDZALIL
‘UMUR, WA A’UDZU BIKA MIN FITNATID-DUNYAA, WA A’UDZU BIKA MIN FITNATIL QOBRI
(Artinya: Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari sifat pengecut dan kikir, dan
aku berlindung kepada-Mu dari dikembalikan kepada umur yang paling hina–yaitu
kepikunan–, aku berlindung kepada-Mu dari fitnah dunia, dan aku berlindung
kepada-Mu dari fitnah kubur).” (HR. Bukhari, no. 6365)
Semangat
Sedekah dari Nabi
Dalam shahihain, dari
Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata, “Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling gemar bersedekah. Semangat beliau
dalam bersedekah lebih membara lagi ketika bulan Ramadhan tatkala itu Jibril
menemui beliau. Jibril menemui beliau setiap malamnya di bulan Ramadhan. Jibril
mengajarkan Al-Qur’an kala itu. Dan Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah
yang paling semangat dalam melakukan kebaikan bagai angin yang bertiup.”
(HR. Bukhari, no. 3554; Muslim no. 2307)
Imam Syafi’i rahimahullah berkata,
“Aku sangat senang ketika melihat ada yang bertambah semangat mengulurkan
tangan membantu orang lain di bulan Ramadhan karena meneladani Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam, juga karena manusia saat puasa sangat-sangat membutuhkan
bantuan di mana mereka telah tersibukkan dengan puasa dan shalat sehingga sulit
untuk mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan mereka. Contoh ulama yang seperti
itu adalah Al-Qadhi Abu Ya’la dan ulama Hambali lainnya.” (Lathaif
Al-Ma’arif, hlm. 301)
Banyak
Bersedekah di Bulan Ramadhan
Bulan Ramadhan adalah waktu yang
mulia dan pahala menjadi berlipat ganda, termasuk pula pahala bersedekah. Rajin
berderma pada bulan Ramadhan berarti membantu orang yang berpuasa, orang yang
melakukan shalat malam dan orang yang berdzikir. Bersedekah ketika itu supaya
membantu mereka agar mudah beramal. Orang yang membantu di sini akan
mendapatkan pahala seperti pahala mereka yang beramal. Sebagaimana Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam menyebutkan keutamaan orang yang memberi makan buka
puasa,
مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا
كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ غَيْرَ أَنَّهُ لاَ يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ
شَيْئًا
“Siapa memberi
makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa,
tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa tersebut sedikit pun juga.”
(HR. Tirmidzi, no. 807; Ibnu Majah no. 1746; Ahmad, 5: 192; dari Zaid bin
Khalid Al-Juhani. At-Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih.
Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih).
Di bulan Ramadhan, Allah juga
berderma dengan memberikan rahmat dan ampunan-Nya serta pembebasan dari api
neraka, lebih-lebih lagi pada malam Lailatul Qadar.Menggabungkan antara puasa
dan sedekah adalah sebab seseorang dimudahkan masuk surga.
Dari ‘Ali, ia berkata bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya
di surga ada kamar yang luarnya bisa dilihat dari dalamnya dan dalamnya bisa
dilihat dari luarnya.” Lantas orang Arab Badui ketika mendengar hal itu
langsung berdiri dan berkata, “Untuk siapa keistimewaan-keistimewaan tersebut,
wahai Rasulullah?” Beliau bersabda,
لِمَنْ أَطَابَ
الْكَلاَمَ وَأَطْعَمَ الطَّعَامَ وَأَدَامَ الصِّيَامَ وَصَلَّى لِلَّهِ
بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ
“Itu disediakan
bagi orang yang berkata yang baik, memberi makan (kepada orang yang butuh),
rajin berpuasa, dan melakukan shalat di malam hari ketika manusia terlelap
tidur.” (HR. Tirmidzi, no. 1984; Ahmad 1: 155. Al-Hafizh Abu Thahir
mengatakan bahwa hadits ini hasan)
Menggabungkan antara sedekah dan
puasa adalah sebab kemudahan meraih ampunan dosa dan selamat dari siksa neraka.
Lebih-lebih jika kedua amalan tersebut ditambah dengan amalan shalat malam.
Disebutkan bahwa puasa
adalah tameng (pelindung) dari siksa neraka,
الصِّيَامُ جُنَّةٌ
مِنَ النَّارِ كَجُنَّةِ أَحَدِكُمْ مِنَ الْقِتَالِ
“Puasa adalah
pelindung dari neraka seperti tameng salah seorang dari kalian ketika ingin
berlindung dari pembunuhan.” (HR. Ibnu Majah, no. 1639; An-Nasa’i, no.
2232. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih).
Mengenai sedekah dan
shalat malam disebutkan dalam hadits,
وَالصَّدَقَةُ تُطْفِئُ
الْخَطِيئَةَ كَمَا يُطْفِئُ الْمَاءُ النَّارَ وَصَلاَةُ الرَّجُلِ مِنْ جَوْفِ
اللَّيْلِ
“Sedekah itu
memadamkan dosa sebagaimana api dapat dipadamkan dengan air, begitu pula shalat
seseorang selepas tengah malam.” (HR. Tirmidzi, no. 2616; Ibnu Majah, no.
3973. Abu Isa At-Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih.
Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini hasan).
Bakhil, kikir, dan pelit termasuk
perkara yang membinasakan, sebagaimana Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, ثَـلَاثٌ
مُهْلِكَاتٌ : شُحٌّ مُطَاعٌ، وَهَوًى مُتَّبَعٌ، وَإِعْجَابُ الْمَرْءِ بِنَفْسِهِ Tiga perkara yang membinasakan (yaitu) kikir (pelit) yang
ditaati, hawa nafsu yang diikuti, dan takjubnya seseorang terhadap dirinya
sendiri[16] Rasûlullâhn berlindung kepada Allâh dari kezhaliman, اَللهم إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ أَنْ أَضِلَّ أَوْ أُضَلَّ، أَوْ أَزِلَّ أَوْ أُزَلَّ، أَوْ أَظْلِمَ أَوْ أُظْلَمَ، أَوْ أَجْهَلَ أَوْ يُجْهَلَ عَلَيَّ Ya Allâh, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu, jangan
sampai aku sesat atau disesatkan (oleh syaitan atau orang berwatak syaitan),
berbuat kesalahan atau disalahi, tergelincir atau digelincirkan orang,
menzhalimi (menganiaya) atau dizhalimi (dianiaya), dan berbuat bodoh atau
dibodohi.[17] Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga berlindung kepada
Allâh Azza wa Jalla dari sifat bakhil, pelit, dan kikir. Di antara do’a yang
beliau baca ialah: اَللهم إِنِّـيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْـجُبْنِ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْبُخْلِ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِن أَنْ أُرَدَّ إِلَىٰ أَرْذَلِ الْعُمُرِ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ فِتْـنَةِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الْقَبْرِ Ya Allâh, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari sifat
pengecut, aku berlindung kepada-Mu dari sifat bakhil/kikir, aku berlindung
kepada-Mudari dikembalikan kepada umur yang paling hina(pikun), dan aku
berlindung kepada-Mu dari fitnah (cobaan) dunia dan adzab kubur.[18] Rasûlullâh
Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga banyak memanjatkan do’a di bawah ini : اَللهم إِنِّـيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْهَـمِّ، وَالْحَزَنِ، وَالْعَجْزِ، وَالْكَسَلِ، وَالْبُخْلِ، وَالْـجُبْنِ، وَضَلَعِ الدَّيْنِ، وَغَلَبَةِ الرِّجَالِ Ya Allâh, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari
kesusahan, kesedihan, kelemahan, kemalasan, sifat bakhil (kikir), pengecut,
lilitan hutang, dan dikuasai orang lain.[19]
Sujudku pada Mu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar