![](file:///C:/Users/cool/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image002.jpg)
R. Purwantaka
*”Kata “Permisi
V Permisif ” dalam Perspektif
Kemanusiaan”*
*(Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat
kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka.)*
Perhatikan
kalimat berikut ini “Cobaan memang datang tanpa permisi. Karena
jika pakai permisi, itu namanya bertamu, tetapi jangan Permisif
dengan kadaan.”
Kata “ Permisi “ erat hubungannya dengan sopan santun
dalam berbahasa, berkomunikasi. Sopan santun bukanlah hal baru di telinga
setiap orang, bahkan menjadi salah satu materi dalam pelajaran sekolah. Tetapi
sepertinya hal itu hanyalah sekedar teori, guna memenuhi tuntutan sekolah juga
nilai yang bagus, yang pada aplikasinya menghilang begitu saja. Sudahkan kamu mengucapkan “ Permisi “ saat
akan melakukan suatu perbuatan ?
Memang bukan suatu peraturan umum untuk mengucapkannya,
tetapi apakah kata itu terlalu berat untuk diucapkan? Sopan santun dalam
berbicara berarti mengaplikasikan sopan santun di dalam berkomunikasi dengan
orang lain, apakah tatap muka langsung atau melalui media.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sopan santun
adalah budi pekerti yang baik; tata krama yang diperlukan dalam kehidupan
bermasyarakat. Hal ini berarti sopan santun adalah tuntunan atau pedoman untuk
menghormati dan menghargai orang lain yang sebaiknya dilakukan untuk
menciptakan hubungan yang harmonis satu dengan yang lainnya. Tidak ada
peraturan tertulis bagaimana sopan santun, tetapi ketika perilaku kita
bertujuan untuk meghormati dan menghargai orang lain, maka itu termasuk perilaku
yang sopan dan santun.
Termasuk pula dalam bertuturkata. Untuk memenuhi rasa
kemanusiaan yang kita junjung tinggi,
mengapa kata “ Permisi “ menjadi penting untuk diucapkan ? karena Kata Permisi
akan mengawali sebuat tutur kata dan perbuatan yang akan dilakukan agar ada
pemakluman.karena Sopan santun menunjukkan kepribadian seseorang yang rendah
hati karena ia melihat bahwa setiap orang ingin dihormati dan dihargai,
sehingga karakter rendah hati terbentuk di dalam dirinya.
Seseorang dengan karakter ini akan lebih mudah disukai
banyak orang dan lebih mudah beradaptasi karena ia memperlihatkan kualitas
moralnya dengan sikap dan perilaku sopan santun. Bagi sebagian orang, mungkin
hal ini tidak menarik. Tetapi menghakimi sesama bukanlah hal yang baik,
tunjukkanlah sikap dan perilaku sopan santun, dan lihatlah pengaruhnya.
Suatu kondisi yang
sesungguhnya tidak sepatutnya berlaku tetapi terus berlangsung di sekitar kita,
menimbulkan sebuah pertanyaan sederhana: sebenarnya apa yang sedang terjadi? Kejahatan,
korupsi, ketidaknyamanan, tekanan dan sebagainya, semua masih saja terjadi di
tengah-tengah masyarakat kita. Padahal, sesungguhnya telah lahir sebuah *generasi permisif*, yang membuat orang
apatis dan dapat menerima begitu saja kondisi apapun itu dalam kehidupannya
dengan catatan tidak meng-usik dirinya secara pribadi. Apakah bisa dibenarkan sikap demikian?
Sikap
permisif dengan cara cuek, tidak peduli karena menganggap bukan uru-sannya
hingga melakukan pembiaran merupakan benih dari ancaman yang lebih besar
kemudian. Apalagi jika ketidak-perdulian itu menjadi gaya hidup dimana setiap
orang menjadi demikian bebas serta sesuka-sukanya melakukan apapun yang ia mau.
Kita menyaksikan sendiri peran serta tokoh agama dan tokoh masyarakat serta
orangtua harus semakin ditingkatkan di jaman ini.
Tidak
cukup me-nunggu tetapi kita memang harus bersikap atas sesuatu yang tengah
mengancam bangsa ini. Sikap tidak mau tahu membuat generasi permisif membiarkan
segala sesuatu berjalan tanpa adanya penegasan mendukung atas hal yang baik dan
me-nolak hal yang buruk. Akibatnya, segala sesuatunya berjalan tanpa dapat
dicegah dan kejahatan terus berkembang.
*Permisi
atau mau Permisif, Kita awali sikap kita terhadap keadaan Agar bangsa ini
menjadi bangsa yang besar*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar