*“
Melupakan Puisi, Menghapus Imaji “*
*Oleh
: Pak Pur*
Hari
Puisi Nasional diperingati setiap tanggal 28 April. Penentuan tanggal ini
sangat erat kaitannya dengan kepergian Chairil Anwar, penyair terkemuka
Indonesia. Chairil Anwar terkenal dengan gagasan puisinya yang mendobrak. Puisi
“Aku", yang ditulis tahun 1943, dimuat di majalah Timur pada 1945,
dianggap sebagai puisi yang besar pengaruhnya pada Angkatan 45.
Secara
resmi, Indonesia sebenarnya
telah memiliki Hari Puisi bernama Hari Puisi Indonesia yang telah diperingati
setiap tahunnya pada tanggal 26 Juli, atau sesuai tanggal lahir Chairil Anwar. Namun,
besarnya kecintaan masyarakat di era digital kepada
sosok Chairil Anwar, mendorong lahirnya Hari Puisi Nasional yang diperingati
setiap tanggal 28 April, atau hari kematian sang pujangga.
Puisi
dan Pembelajaran keterampilan menulis bertujuan agar melatih keterampilan siswa terutama keterampilan menulis mengembangkan
imajinasi dalam bentuk puisi dan melatih
kreativitas peserta didik dalam menulis puisi. Pembelajaran Puisi erat kaitanya
dengan engembangkan Imajinasi siswa untuk mengembangkan kreativitasnya.
Puisi
senantiasa menimbulkan getar serta inspirasi yang tak habis. Kata-katanya
memiliki makna keberbagian yang menyebar, tidak hanya menuju satu arah. Itu
yang membuat, ketertarikan yang tak
habis. Meski, boleh jadi, banyak orang tidak terlalu faham dengan makna atau arti
yang terbaca.
Puisi
apapun mempunyai kekuatan sendiri dalam memberikan amanat kepada pembaca. Puisi
setiap kali di baca memberi keberbagian makna yang berbeda.Persepsi tak kunjung
sama. Apakah semua puisi seperti itu? Tentunya bukan pertanyaan mudah untuk di
jawab
Puisi
masih tetap sebuah misteri. Sebuah daerah yang susah di jejak dengan tegak dan
tegas. Apalagi sekedar di tebak, namun, begitulah, barangkali, indahnya puisi.
Kata-katanya senantiasa bertenaga, dan menjejak ke berbagai arah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar