R. Purwantaka
*“Pandemi,
Pelajaran Hidup Nyata dalam Pendidikan”*
Pandemi
Covid-19 yang tengah melanda dunia memaksa orang untuk berdiam di rumah
sehingga tidak dapat lagi melakukan aktivitas seperti biasanya, termasuk
menuntut ilmu ke sekolah bagi para murid. Upaya mencerdaskan kehidupan
bangsa harus dilakukan dengan cara inovatif, salah satunya dengan melakukan
proses belajar mengajar secara online.
*Pembelajaran online merupakan
hal baru dan menjadi tantangan tersendiri bagi sebagian besar murid, guru
maupun orang tua.*
Pandemic
yang sudah berlangsung sejak pertengahan maret hingga sekarang *memberikan peluang untuk berpikir dan
bertindak kreatif dalam dunia pendidikan* terutama dalam memberikan
pengalaman belajar bagi siswa. Kekosongan aktifitas secara langsung yang
biasanya tatap muka di sekolah selama hampir 3 bulan sejak pertengahan Maret
masih memberikan peluang bagi guru dan siswa untuk tetap bangkit dan semangat
belajar.
*Inilah belajar hidup dari kehidupan
yang sebenarnya, mengaplikasikan semua ilmu yang telah didapat dari bangku
sekolah untuk bisabertahan sebagai oaring yang hidup di kehidupan nyata.* Kurikulum menganjurkan dalam tiga bentuk ilmu,
Kognitif, Afektif, dan Keterampilan. Disaat Pandemi inilah Allah sedang ingin
mengajari guru, Murid, dan orang tua bagaimana sebenarnya belajar itu.
Seperti
apa yang pernah dikatakan oleh Bapak Menteri, Bapak Nadiem, “guru bisa mencoba Pembelajaran Project Based Learning dalam pembelajaran dengan
siswa.” Guru bisa memberikan proyek
penugasan kepada masing-masing siswa atau kelompok kecil untuk mengerjakan
tugas.
Saat
krisis ini merupakan masa adaptasi yang penuh kebingungan dan ketidakpastian.
Banyak guru, orang tua, atau murid yang masih belum familier terhadap
teknologi. “Pasti tidak mudah dan ini normal,”Keadaan yang seperti ini memaksa kita terus belajar hal baru dan mempelajari
bagaimana metode yang terbaik.
“Ini menciptakan satu tantangan dan
kolaborasi yang solid antara Murid, Guru
dan orang tua, kegiatan ini akan melatih
empati dan kemampuan afektif, mendorong sesama mereka saling bahu membahu. Untuk para orang tua, ini juga
kesempatan emas untuk memahami dan membantu anak menghadapi tantangan dalam
pembelajaran yang sesungguhnya.
Faktor kelemahan yang dihadapi
Guru, siswa dan orang tua dalam masa pandemic ini terutama kekurangsiapan guru
dan manajemen sekolah serta minimnya deliberasi yang disebabkan terbatasnya
waktu persiapan yang ada, menyebabkan kebijakan kegiatan belajar dirumah menuai kritikan/keluhan dari sebagian :
orangtua siswa.
Belajar di rumah tak ubahnya
merupakan kegiatan memindahkan aktivitas
kelas dari sekolah ke rumah dengan beban/tugas yang bahkan lebih banyak. Selain
itu, beberapa sekolah juga tetap melakukan kegiatan penilaian untuk kepentingan
rapor kenaikan kelas pada kelas-kelas rendah. Ditambah lagi pada akhir semester tetap dibayangi dengan Evaluasi akhir
semester.
Kegiatan belajar di rumah yang digunakan
sekarang menyebabkan siswa dan juga
guru, kehilangan kesempatan untuk memahami dan mengerti dengan lebih dalam
kejadian yang sedang dihadapi masyarakat dan bangsa saat ini. Mereka akan kehilangan
momen penting untuk berefleksi guna menumbuhkan sikap solidaritas sosial,
peduli, empati, dan peluang untuk memikirkan kontribusi yang dapat diberikan
untuk membantu lingkungan masyarakat di masa sulit ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar