*“
Kata Terindah Bulan Ramadhan adalah Memaafkan “*
*”Oleh : Ustadz Taka”*
*” Memaafkan merupakan salah satu akhlak mulia
bagi setiap mukmin dan sebagai indikasi karakter bagi orang bertakwa”*
Banyak kebaikan dan kerusakan hati yang
dipunyai manusia. Namun sebenarnya untuk menjaga hati kita agar selalu menjadi
baik adalah memaafkan. Memaafkan merupakan sikap mulia yang amat dianjurkan
dalam agama Islam. Seberat atau sepedih apa pun manusia mengalami dampak akibat
kesalahan yang dilakukan orang lain, Allah Swt tetap memerintahkan setiap hamba
untuk melapangkan dada terhadap kesalahan sesama. Dalam Al-Quran Allah
berfirman:
وَلَا يَأْتَلِ أُولُو الْفَضْلِ مِنْكُمْ وَالسَّعَةِ أَنْ يُؤْتُوا
أُولِي الْقُرْبَىٰ وَالْمَسَاكِينَ وَالْمُهَاجِرِينَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ۖ وَلْيَعْفُوا
وَلْيَصْفَحُوا ۗ أَلَا تُحِبُّونَ أَنْ يَغْفِرَ اللَّهُ لَكُمْ ۗ وَاللَّهُ
غَفُورٌ رَحِيمٌ
“Dan janganlah orang-orang yang
mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kalian bersumpah bahwa mereka
(tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat(nya), orang-orang yang
miskin dan orang-orang yang berhijrah di jalan Allah. Dan hendaklah mereka
memberi maaf dan berlapang dada. Apakah kalian tidak ingin Allah mengampuni
kalian? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS.
An-Nur: 22).
Kesalahan yang ditimbulkan orang lain
selalu membekas dalam hati kita. Namun perintah memaafkan dalam ayat di atas
juga mesti dipahami bahwa mengampuni kesalahan orang lain harus disertai
keikhlasan, artinya melapangkan dada dan menyadari bahwa seluruh ganjalan yang
selama ini tebersit dalam hati telah hilang sepenuhnya, sehingga yang tersisa
adalah optimisme untuk menatap masa depan yang lebih damai dan tenteram.
Enggan memaafkan kesalahan orang lain,
saudara atau kerabat, apalagi disertai sumpah serapah yang bisa mengancam
keutuhan jalinan persaudaraan tidaklah mencerminkan sikap seorang muslim
sejati. Oleh sebab itu islah, rekonsiliasi atau perbaikan hubungan
antarpihak-pihak yang berselisih sangat dianjurkan dalam Islam.
Memaafkan orang yang berbuat buruk,
memaafkan orang yang menyakiti kita, orang yang tidak berbuat baik kepada kita,
maka kita berusaha untuk memaafkan mereka. Dari Abu Hurairah Radhiyallahu
‘Anhu, ada seorang laki-laki datang kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam, lalu ia berkata:
يَا رَسُول اللَّه، إِنَّ لِي
قَرابَةً أَصِلُهُمْ وَيَقْطَعُوني، وَأُحْسِنُ إِلَيْهِم وَيُسِيئُونَ إِليَّ،
وأَحْلُمُ عنهُمْ وَيَجْهَلُونَ علَيَّ، فَقَالَ: لَئِنْ كُنْتَ كَمَا قُلْتَ
فَكَأَنَّمَا تُسِفُّهُمُ المَلَّ، وَلا يَزَالُ معكَ مِنَ اللَّهِ ظَهِيرٌ
عَلَيْهِمْ مَا دُمْتَ عَلَى ذَلكَ
“Wahai Rasulullah, sama
memiliki kerabat, saya sambung tapi mereka malah meutuskan, mereka berbuat
buruk kepada saya tapi saya berusaha untuk berbuat baik kepada mereka. Mereka
berbuat jahil kepada saya tapi saya sabar tidak ingin membalas dengan yang
sama. Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, ‘jika yang kamu
katakan itu benar, maka seakan-akan kamu menaburkan debu panas ke wajahnya dan
senantiasa Allah akan menolong kamu selama kamu terus berbuat seperti itu'”
(HR. Muslim)
Dan tidak ada
sesuatu yang bisa semakin membesarkan perbuatan buruk dari kita membalas keburukan
dari orang lain dengan perbuatan buruk yang sama. Allah berfirma :
وَجَزَاءُ سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ
مِّثْلُهَا
“Balasan keburukan adalah
keburukan yang sama.” (QS. Asy-Syura[42]: 40)
Pemaaf adalah sifat yang sangat terpuji
yang Allah sifatkan kepada hamba-hamba-Nya yang bertaqwa. Karena beratnya
amalan ini, sehingga Allah Subhanahu Wata’ala mengutip secara khusus dalam
Surat Ali Imron ayat 133-134;
وَسَارِعُوا إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِّن
رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ
لِلْمُتَّقِينَ ﴿١٣٣﴾ الَّذِينَ يُنفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ
وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ ۗ وَاللَّـهُ يُحِبُّ
الْمُحْسِنِينَ ﴿١٣٤
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari
Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan
untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan
(hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan
amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang
berbuat kebajikan.”
Bulan
Ramadhan sebagai bulan yang suci, kita saling maaf-memaafkan. Memaafkan
merupakan salah satu akhlak mulia bagi setiap mukmin dan
sebagai indikasi karakter bagi orang bertakwa. Allah secara tegas mengapresiasi
orang yang memiliki kelapangan dan kebesaran jiwa untuk memaafkan orang lain
sebagai bentuk peri laku yang bijak dan membawa maslahat, "yaitu
orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit,
dan orang-orang yang menahan amarahnya dan me maafkan kesalahan orang. Allah
menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan." (QS Ali Imran: 134).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar