“Morfologi
Derivasional dalam Perspektif Bahasa Tulis Bahasa Indonesia”
Morfologi
ialah cabang kajian linguistik (ilmu bahasa) yang mempelajari tentang bentuk
kata, perubahan kata, dan dampak dari perubahan itu terhadap arti dan kelas
kata (Mulyana, 2007 : 6). Ramlan (1987 : 21) menjelaskan morfologi sebagai
bagian dari ilmu bahasa yang bidangnya menyelidiki seluk-beluk bentuk kata, dan
kemungkinan adanya perubahan golongan dari arti kata yang timbul sebagai akibat
perubahan bentuk kata
Menurut
Verhaar (dalam Nurhayati, 2001 : 1) morfologi adalah cabang linguistik yang
mengidentifikasi satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal.
Pengertian lain menyatakan bahwa morfologi adalah cabang linguistik yang
membicarakan atau mengidentifikasi seluk beluk pembentukan kata (Nurhayati,
2001 : 2).
Morfologi atau ilmu
bentuk kata adalah cabang linguistik yang
mengidentifikasi satuan-satuan dasar bahasa sebagai
satuan gramatikal. Morfologi mempelajari seluk-beluk
bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan
dan arti kata. Dapat pula dikatakan bahwa morfologi mempelajari seluk-beluk
bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi
gramatikal maupun fungsi semantik.
Dalam
ilmu morfologi, terdapat morfem yaitu
bagian terkecil dari sebuah kata.
Pembagiannya
bisa digambarkan sebagaimana berikut ini:
Sebuah
wacana dapat dipecah menjadi kalimat. Kalimat dapat dipecah menjadi bagian makna
terkecil, yaitu kata. Kata dapat terdiri atas beberapa morfem,
contohnya
menanamkan = me-tanam-kan, bisa juga hanya terdiri atas satu morfem, misalnya
rumah, kursi, selamat, eksekusi.
*Morfem*
Secara
singkat morfem merupakan satuan terkecil dari kata yang sudah tidak bisa
terbagi lagi; meskipun begitu, setiap morfem memiliki makna baik gramatikal
maupun leksikal.
Terdapat
berbagai jenis morfem dalam bahasa, pengklasifikasian jenis morfem ini dibagi
dalam beberapa kriteria, misalnya jenis morfem berdasarkan kriteria
kebebasannya, keutuhannya, maknanya, dan lain sebagainya.
Selanjutnya,
satuan terkecil dari kata ini dapat diklasifikasikan lagi atas morfem bebas
(free morpheme), yaitu morfem yang dapat berdiri sendiri tanpa adanya
penambahan morfem lain, atau dengan kata lain morfem ini menjadi satuan kata
sendiri.
Misalnya
kata: tas, di, pergi dan cantik, dalam bahasa
Indonesia. Morfem lain yang merupakan bentuk yang tidak dapat berdiri sendiri
tanpa direkatkan pada morfem lain, misalnya morfem bebas, yaitu morfem terikat
(bound morpheme). Bentuk ini kerapkali dikenal sebagai afiks karena morfem ini
bukanlah kata akan tetapi merupakan bagian dari kata.
Contoh,
morfem me-, di-, pe-an, atau dalam bahasa Inggris ada
morfem -ify, il-, dan en-
*Proses Morfologis*
Sudaryanto
(dalam Endang Nurhayati dan Siti Mulyani, 2006: 62) bentuk kata oleh penutur
dapat diubah dengan setidaknya tiga cara yaitu: pengubahan bentuk dasar, cara
tertentu untuk mengubah, dan kata baru hasil ubahan.
Selain
mempelajari bentuk kata, morfologi juga mempelajari proses pembentukan kata
atau bisa juga disebut sebagai proses morfologi. Pembentukan kata bisa
dilakukan melalui beberapa proses, di antaranya adalah: penciptaan kata baru
(coinage), biasanya kata tersebut muncul dari suatu produk di pasar, lalu
digunakan untuk mengacu pada produk lain yang serupa.
Misalnya
kata Aqua untuk mengacu pada air minum kemasan lain.
Proses
morfologi lainnya adalah pemimjaman kata (borrowing) yaitu meminjam kata dari
bahasa lain misalnya kata sofa yang berasal dari bahasa Arab. Proses
lainnya adalah kata majemuk, yaitu proses pembentukan kata dengan menggabungkan
dua kata atau lebih misalnya kata meja hijau, dan proses lain yang
merupakan proses pembentukan kata yang kerap digunakan adalah afiksasi
(affixation), yaitu proses penambahan morfem terikat ke morfem bebas untuk
menambah makna lexical atau grammatikal.
Nurhayati
(2006 : 67) menyebutkan bahwa pengimbuhan dapat dilakukan dengan cara
pengimbuhan depan, tengah dan belakang, atau juga disebut prefiksasi,
infiksasi, dan sufiksasi
Proses
morfologi adalah proses pembentukan kata-kata dari satuan lain yang merupakan
bentuk dasarnya. Dalam Bahasa Indonesia, terdapat tiga proses morfologik yaitu
proses pembubuhan afiks (afiksasi), proses pengulangan (reduplikasi), dan
proses pemajemukan (pemajemukan).
Di
samping tiga proses morfologik tersebut, dalam Bahasa Indonesia sebenarnya
masih ada satu proses lagi yang di sini disebut zero. Proses ini hanya meliputi
sejumlah kata tertentu, yakni kata-kata makan, minum, minta, dan mohon, yang
semuanya termasuk golongan kata verbal yang transitif.
*Macam-Macam Proses Morfologi*
1. *Proses Pembubuhan Afiks (afiksasi)*
Afiksasi
merupakan nama lain dari morfem terikat. Morfem terikat merupakan kata yang
tidak dapat berdiri sendiri. Sedangkan kata yang dapat berdiri sendiri disebut
sebagai morfem bebas. Morfem bebas merupakan kata dasar yang dapat berdiri
sendiri. Kata dasar dapat berupa kata benda, kata sifat, kata kerja, dll.
Penggabungan morfem bebas dan morfem terikat akan membentuk kata jadian.
Afiksasi
terdiri atas:
a.
prefiks
(ber-, me-, pe-, per-, di-, ter-, ke-, se-
b.
sufiks
(–kan, –an, –i),
c.
infiks
(–el-, -em-, -er-),
d.
konfiks
(ber-kan, ber-an, per-kan, per-an, per-i, pe-an, di-kan, di-i, me-kan, me-i,
ter-kan, ter-i, ke-an),
e.
simulfiks
(memper-kan, memper-i, diper-kan, diper-i).
2. *Komposisi atau Pemajemukan dalam
Bahasa Indonesia*
Komposisi
adalah proses kata pemajemukan. Kata majemuk ialah gabungan kata dasar yang
telah bersenyawa atau yang sudah membentuk satu kesatuan dan menimbulkan arti
baru (Alisjahbana, 1953).
Contoh:
a.
Keras+kepala
= keras kepala
b.
Mata+pelajaran
= mata pelajaran
c.
Kumis+kucing
= kumis kucing. ( Kumis kucing dalam arti ‘sejenis tanaman’ adalah kata
majemuk, tetapi kumis kucing dalam arti ‘kumis dari seekor kucing’ bukanlah
kata majemuk.Pokok kata (tidak bisa diartikan jika sendiri), tetapi
setelah bergabung kemudian mempunyai arti sendiri disebut pemajemukan.)
3. *Pengulangan (Reduplikasi)*
Pengulangan
atau redupliksai adalah pengulangan satuan gramatik, baik seluruh, maupun
sebagian, baik variasi fonem maupun tidak, hasil pengulangan itu merupakan kata
ulang, sedangkan satuan yang diulang merupakan bentuk dasar.
Misalnya,
rumah-rumah dari bentuk dasar rumah. Setiap kata ulang sudah pasti memilki
bentuk dasar. Kata-kata seperti sia-sia, mondar- mandir, dan lainnya dalam
tinjauan deskriftif tidak dapat digolongkan kata ulang karena sebenarnya tidak
ada satuan yang diulang.
Dari
deretan morfologik dapat ditentukan bahwa sesungguhnya tidak ada satuan yang
lebih kecil dari kata-kata tersebut. Secara historik atau komparatif, mungkin
kata-kata itu dapat dimasukan kedalam golongan kata ulang.
*Komponen Proses Morfologi*
Terdapat
empat komponen dalam proses pembentukan kata. Komponen yang pertama adalah
bentuk dasar dari kata tersebut, sebagai contoh kata kumpul, selanjutnya ada
komponen alat pembentuk sebagai contoh untuk alat ini adalah afiksasi dan
reduplikasi. Makna gramatikal dan kata atau hasil yang diperoleh dari proses
morfologi adalah komponen lainnya dalam proses morfologi.
*Morfologi Derivasi*
Pengertian
Derivasi. Samsuri (dalam Putrayasa. 2010:103) menyatakan, Derivasional
merupakan konstruksi yang berbeda distribusinya dari dasarnya. Sedangkan
Suparman dan Clark (dalam Putrayasa. 2010:103) menyatakan bahwa derivasional
adalah proses morfologis karena afiksasi yang menyebabkan terbentuknya berbagai
macam bentukan dengan ketentuan tersebut berubah kelas katanya dari kata
dasarnya
Katamba
(1994: 92–100) menjelaskan Morfologi derivasional. Menurutnya, derivasional sifatnya cenderung tidak dapat
diramalkan (unpredictable) berdasarkan kaidah sintaksis, tidak otomatis, tidak
sistematis, bersifat opsional/ sporadic, serta mengubah identitas leksikal.
Apabila
sebuah kata bermorfem jamak secara sintaksis berdistribusi dan mempunyai
ekuivalen dengan sebuah kata bermorfem tunggal, maka bentuk itu disebut derivasi.
(Parera. 2007:21).
Dari sumber tersebut dapat disimpulkan bahwa
Derivasi adalah proses pembentukan kata yang menghasilkan leksem baru atau
suatu proses imbuhan terhadap suatu suku kata yang berakibat mengubah kelas
kata tersebut.
*Afiks Formator Derivasional*
Putrayasa
(2010:103-105) menyatakan, Afiks formator adalah afiks-afiks yang membentuk
kata, yaitu afiks-afiks pembentuk kata yang sifatnya mengubah kelas kata.
Afiks-afiks formator derivasional antara lain:
1.
meN-
digabungkan dengan kata benda
-
meN-
+ sikat = menyikat (kata kerja)
-
meN-
+ gayung = menggayung (kata kerja)
2.
Ber-
digabungkan dengan kata benda
-
ber-
+ kaca = berkaca (kata kerja)
-
ber-
+ telepon = bertelepon (kata kerja)
-
ber-
+ minyak = berminyak (kata kerja)
3.
per-
digabungkan dengan kata sifat
-
per-
+ panjang = perpanjang (kata kerja)
-
per-
+ lebar = perlebar (kata kerja)
-
per-
+ tinggi = pertinggi (kata kerja)
4.
peN-
digabungkan dengan: kata kerja
-
peN-
+ jilat = penjilat (kata benda)
-
peN-
+ lari = pelari (kata benda)
-
peN-
+ pukul = pemukul (kata benda)
5.
peN-
digabungkan dengan kata sifat
-
peN-
+ nikmat = penikmat (kata benda)
-
peN-
+ marah = pemarah (kata benda)
-
peN-
+ ramah = peramah (kata benda)
6.
ke-
digabungkan dengan kata sifat
-
ke-
+ tua = ketua (kata benda)
7.
–i
digabungkan dengan kata sifat
-
sayang
+ -i = sayangi (kata kerja)
-
cinta
+ -i = cintai (kata kerja)
-
kasih
+ -i = kasihi (kata kerja)
8.
–kan
digabung dengan: Kata benda
-
gunting
+ -kan = guntingkan (kata kerja)
-
gambar
+ -kan = gambarkan (kata kerja)
-
cat
+ -kan = catkan (kata kerja)
9.
-kan
digabung dengan kata sifat
-
mulia
+ -kan = muliakan (kata kerja)
-
jauh
+ -kan = jauhkan (kata kerja)
-
putih
+ -kan = putihkan (kata kerja)
10.
–an
digabungkan dengan kata kerja
-
makan
+ -an = makanan (kata benda)
-
minum
+ -an = minuman (kata benda)
-
tulis
+ -an = tulisan (kata benda)
*Afiks Majemuk Derivasional*
Putrayasa (2010:105-109) menyatakan,
Afiks majemuk adalah konfiks maupun imbuhan gabung yang membentuk kata, yaitu
konfiks atau imbuhan gabung pembentuk kata yang sifatnya mengubah kelas kata.
Berikut adalah beberapa contoh afiks majemuk derivasional.
1.
Ke-an
digabungkan dengan kata sifat
-
putih
+ ke-an = keputihan (kata benda)
-
Baik
+ ke-an = kebaikan (kata benda)
-
Jujur
+ ke-an = kejujuran (kata benda)
2.
per-an
digabungkan dengan: kata kerja
-
tunjuk
+ per-an = pertunjukan (kata benda)
-
kerja
+ per-an = perkerjaan (kata benda)
-
sentuh
+ per-an = persentuhan (kata benda)
3.
per-an
digabungkan dengan kata sifat
-
panjang
+ per-an = perpanjangan (kata benda)
-
pendek
+ per-an = perpendekan (kata benda)
-
damai
+ per-an = perdamaian (kata benda)
4.
peN-an
digabungan dengan: kata kerja
-
turun
+ peN-an = penurunan (kata benda)
-
tarik
+ peN-an = penarikan (kata benda)
-
tunjuk
+ peN-an = penunjukan (kata benda)
5.
peN-an
digabungkan dengan kata sifat
-
bulat
+ peN-an = pembulatan (kata benda)
-
pendek
+ peN-an = pemendekan (kata benda)
6.
meN-kan
digabungkan dengan: kata benda
-
buku
+ meN-kan = membukukan (kata kerja)
-
gambar
+ meN-kan= menggambarkan (kata kerja)
7.
meN
digabungkan dengan kata sifat
-
panjang
+ meN-kan = memanjangkan (kata kerja)
-
tinggi
+ meN-kan = meninggikan (kata kerja)
8.
meN
digabungkan dengan kata bilangan
-
satu
+ meN-kan = menyatukan (kata kerja)
-
dua
+ meN-kan = menduakan (kata kerja)
9.
meN-i
digabungkan dengan: kata benda
-
bulu
+ meN-i = membului (kata kerja)
10.
meN
digabungkan dengan kata sifat
-
dekat
+ meN-i = mendekati (kata kerja)
11.
meN
digabungkan dengan kata keterangan
-
sudah
+ meN-i = menyudahi (kata kerja)
12.
memper-
digabungkan dengan: kata benda
-
memper-
+ budak = memperbudak (kata kerja)
13.
memper
digabungkan dengan kata sifat
-
memper-
+ indah = memperindah (kata kerja)
14.
memper-kan
digabungkan dengan kata sifat
-
banyak
+ memper-kan = memperbaiki (kata
kerja)
15.
memper-i
digabungkan dengan kata sifat
-
baik
+ memper-i = memperbaiki
(kata kerja)
16.
ter-kan
digabungkan dengan: kata benda
-
gambar
+ ter-kan = tergambarkan (kata kerja)
17.
ter
digabungkan dengan kata sifat
-
lupa
+ ter-kan = terlupakan (kata kerja)
18.
ter-i
digabungkan dengan: kata benda
-
gambar
+ ter-i = tergambari (kata kerja)
19.
ter-i
digabungkan dengan kata sifat
-
dekat
+ ter-i = terdekati (kata kerja)
20.
ber-kan
digabungkan dengan kata benda
-
senjata
+ ber-kan = bersenjatakan (kata kerja)
21.
di-kan
digabungkan dengan: kata benda
-
gambar
+ di-kan = digambarkan (kata kerja)
22.
di-kan
digabungkan dengan kata sifat
-
luas
+ di-kan = diluaskan (kata kerja)
23.
di-i
digabungkan dengan: kata benda
-
ludah
+ di-i = diludahi (kata kerja)
24.
di-I
digabungkan dengan kata sifat
-
senang
+ di-i = disenangi (kata kerja)
· *Proses Morfologis Derivasi*
Morfologi
derivasi dibedakan atas: (1) derivasi yang mengubah kelas kata; dan (2)
derivasi yang tidak mengubah kelas kata
(Ermanto.2016:18). Jadi dijelakan dalam morfologi bahwa derivasi
dibedakan atas dua bagian atau dibagi menjadi dua yaitu derivasi yang mengubah
kelas kata dan juga derivasi yang tidak mengubah kelas kata.
Derivasi
yang mengubah kelas kata adalah seperti kata pukul menjadi pemukul, mabuk
menjadi pemabuk, laut menjadi pelaut. Sedangkan
Derivasi yang tidak mengubah kelas kata adalah seperti kata ajar menjadi
mengajar, lurah menjadi kelurahan. Pengubahan kelas kata sudah pasti mengubah
makna leksikal, namun pengubahan makna leksikal, bisa tidak mengubah kelas kata
(Ermanto.2016:19).
Afiks
derivasi adalah afiks yang memproduksi leksem baru (kata dalam pengertian
leksem); dan afiks infleksi adalah afiks yang memproduksi bentuk kata/kata
gramatikal. (Ermanto.2016:20). Artinya bahwa afiks derivasi itu adalah afiks
yang menghsilkan leksem baru. Sedangkan afiks infleksi yaitu afiks yang
menghasilkan bentuk kata atau kata gramatikal, kata yang sesuai dengan tata
bahasa.
Proses
derivasi selalu memproses kata (leksem) sebagai inputnya, dan tidak memproses
bentuk kata (hasil infleksi) sebagai inputnya (Ermanto.2016:32). Secara umum
dapat dikatakan bahwa morfem derivasional berfungsi mengalihkan kelas kata
bentuk dasar ke dalam kelas kata yang berbeda.
Derivasi
menghasilkan leksem baru (dalam Ermanto. 2016:22). Boiij (dalam Ermanto.
2016:29) derivasi berpotensi mengubah kategori (kelas kata), Jadi dari kedua pandangan
para pakar tersebut dapat disimpulkan bahwa derivasi menghasilkan kata baru
yang menyebabkan perubahan pada kategori kata atau kelas kata dari sebuah kata
dasarnya.
Bedasarkan
pendapat Nida (dalam Ermanto. 2016:24) morfem derivasi lebih beragam jumblahnya.
Artinya bahwa morfem yang mengalami proses derivasi lebih banyak dan beragam .
Morfem derivasi kurang produktif artinya terbatas distribusinya.
Parera
(2007:24-25) menyatakan, berdasarkan data bahasa, kata derivasional dapat
berperilaku sebagai berikut:
1.
kata derivasional dapat menjadi bentuk dasar
baru untuk pembentukan kata-kata yang lain, baik yang derivasional maupun yang
infleksional. Misalnya, adjektif “maksa” dialihkan menjadi nomen “pemaksa”.
Nomen “pemaksa” dapat dialihkan lagi menjadi nomen “pemaksaan”.
2.
kata-kata
derivasional tidak dapat diruntuhkan dalam satu perangkat seperti morfem-morfem
infleksional. Morfem-morfem derivasional dapat tata leksikon. Misalnya, kita
dapat menyusun satu perangkat seperti: rumah-rumah-perumahan, mencuci-dicuci.
3.
jika
muncul satu morfem derivasional dan satu morfem infleksional untuk membentuk
sebuah kata, maka morfem derivasional harus didahulukan. Misalnya, dalam bahasa
Inggris kata “sing” sebuah nomen dmati dialihkan menjadi nomen hidup “singer”
dan kemudian mendapatkan morfem infleksional –s meenjadi “singers” (sing-
er-s).
Rujukan
^ McCarthy,
Andrew Carstair. 2002. English Morphology: Words and Their Structure.
Edinburgh: Edinburgh University Press.
^ Booij,
G. 2005. The Grammar of Words An Introduction. New York: Oxford University
Press
^ Lompat
ke:a b c d Chaer, A.
2008. Morfologi Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses). Jakarta: Rineka Cipta
^ Lompat
ke:a b c Fromkin,
V. Rodman, R., & Hyams, N. 2011. An Introduction to Language (9th ed.).
Boston: Wadsworth, Cengage Learning.
^ Lompat
ke:a b Yule, G.
2010. The Study of Language (4th ed.). New York: Cambridge University Press.
Budiman,
Sumiati. 1987. Sari Tata Bahasa Indonesia. Klaten: PT. Intan Pariwara.
Ramlan,
M. 1979. Morfologi: Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: U.P. Karyono.
DAFTAR
PUSTAKA
Parera,
Jos Daniel. 2007. Morfologi Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Putrayasa,
Ida Bagus. 2010. Kajian Morfologi (Bentuk Derivasional dan Infleksional).
Bandung: PT Refika Aditama.
Ermanto.
2016. Morfologi Afiksasi BAHASA INDONESIA Masa Kini. Padang.
Chaer,
Abdul. 2015. Morfologi Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses). Jakarta: Rineka
Cipta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar