*”Benarkah Akhlak
Pudar dalam Dunia Pendidikan”*
Sudah
dua periode kenaikan kelas dunia pendidikan diguncang dengan pandemic. Menurut Direktur
Jendral Pendidikan Tinggi Kemendikbud, Nizam "Saat ini pandemi menjadi tantangan dalam
mengembangkan kreativitas terhadap penggunaan teknologi, bukan hanya transmisi
pengetahuan, tapi juga bagaimana memastikan pembelajaran tetap tersampaikan
dengan baik
Bagaimana
pandangan Islam dengan pendidikan. Pendapat Al-Ghazali tentang pendidikan ini
senada dengan pendapat Muhammad Qutb dalam dalam System Pendidikan Islam.
Metode Pendidikan yang baik meliputi keteladanan, nasihat, hukuman, cerita, dan
pembiasaan
Hidup
ini perlu pendidikan karena Pendidikan merupakan salah satu sarana yang sangat
penting untuk kita sebagai manusia dalam berkehidupan di dunia. Dalam menempuh
pendidikan pun tidak semudah yang kita bayangkan,akan ada banyak rintangan yang
harus dilalui oleh seorang pelajar.
Apalagi
saat ini di Indonesia bahkan dunia sedang berada di tengah pandemi Covid-19
yang mana memberikan dampak kepada dunia pendidikan di dunia terutama di
indonesia.
Pendidikan
di tengah pandemic harus disikapi dengan arif, karena tujuan pendidikan dalam
pandangan Al-Ghazali adalah mencapai mardlatillah (Ridha Allah) dan haruslah dihindari
dari tujuan-tujuan duniawi. Karena tujuan duniawi dapat merusak seluruh proses
pendidikan. Dan dapat mendangkalkan arti pendidikan itu sendiri.
Sebelum
seorang anak mempelajari ilmu yang lain maka perlu diberikan ilmu adab lebih
dahulu agar paham bagaimana menggunakan ilmu setelahnya. Dalam kategorisasi
ilmu yang dilakukan, ilmu-ilmu agama harusnya menduduki peringkat pertama dan
utama dalam pemikiran Al-Ghazali .
Sehingga
menurut Al-Ghazali selayaknya seorang pelajar pemula mempelajari ilmu agama
asasi terlebih dahulu sebelum mempelajari ilmu furu’. Jadi dalam kategorisasi Al-Ghazali
karena ilmu agama meliputi keselamatan di akhirat, Sedangkan yang terapan hanya
untuk keselamatan di dunia.
Dunia pendidikan sekarang baru dalam masalah. Permasalahan pendidikan adalah segala sesuatu hal yang merupakan masalah pelaksanaan kegiatan pendidikan. Seseorang bukan hanya mendapatkan ilmu pengetahuan, tetapi juga diajarkan untuk berakhlak baik dan berbudi pekerti luhur.
Berbekal pendidikan, seseorang akan menjadi orang yang berguna, bermanfaat, berilmu, sehingga mampu meningkatkan taraf hidup atau memperbaiki nasib ke arah yang lebih baik.
Salah satu faktor rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia adalah karena lemahnya para guru dalam menggali potensi anak. Para pendidik seringkali memaksakan kehendaknya tanpa pernah memperhatikan kebutuhan, minat dan bakat yang dimiliki siswanya.
(1). Kekurangan
Jumlah Guru Yang Terampil. Guru adalah salah satu elemen pendidikan
agar proses belajar mengajar berjalan dengan lancar. Prosesnya guru mentransfer
ilmu kepada murid, baik itu ilmu pengetahuan, keterampilan, serta mengajarkan
pendidikan akhlak kepada murid. Faktanya yang terjadi di lapangan, pendidikan
seringkali mendapat masalah kekurangan jumlah guru. Terutama guru-guru terampil
atau yang bersertifikasi.
Pendidikan merupakan aspek dasar kehidupan manusia. Dengan pendidikan, seseorang bukan hanya mendapatkan ilmu pengetahuan, tapi juga diajarkan untuk berakhlak baik dan berbudi pekerti luhur. Guru adalah salah satu elemen pendidikan akhlak yang tiadak bisa digantikan oleh alat secanggih apapun.
Akhlak menurut Al-Ghazali adalah : suatu sikap yang mengakar dalam jiwanya yang melahirkan berbagai perbuatan tanpa adanya pertimbangan dan pemikiran terlebih dahulu.
Hubungan Anak Didik dan Guru yaitu hubungan batin antara anak didik dengan
guru menjadi dingin karena mereka tidak pernah saling sapa dan bertatap muka
secara langsung selama satu tahun.
Penuruna Akhlak Mental dan Psikis Anak mengancam dunia
pendidikan karena tidak ada contoh langsung sebagai figure. Dampak negatif
pembelajaran jarak jauh berkepanjangan selanjutnya adalah penurunan kesehatan
mental,psikis, Akhlak anak.
Peran guru dalam pendidikan sangat krusial terhadap
keberhasilan kegiatan pembelajaran. Untuk mencapai hal tersebut, maka dari itu
para guru perlu diperhatatikan juga kesejahteraannya.
Siswa ibarat kertas putih, Gurulah yang akan menentukan apa yang hendak dituangkan dalam kertas tersebut, berkualitas ataupun tidaknya tergantung sejauh mana guru bisa menempatkan dirinya sebagai pendidik yang memiliki kapasitas dan kompetensi professional dalam mengarahkan individu-individu menjadi sosok yang memiliki karakter dan mentalitas yang bisa diandalkan dalam proses pembangunan bangsa.
Oleh karena itu, peran guru sangatlah penting untuk pembangunan nasional bangsa Indonesia serta melahirkan generasi-generasi yang berkualitas untuk masa depan. Guru adalah garda terdepan untuk pembangunan bangsa ini.
Guru berperan dalam mengatur segala hal selama proses pembelajaran berlangsung. Beberapa hal yang biasanya dilakukan seperti bertindak sebagai pemimpin, menciptakan situasi yang mendukung, merangsang, menggerakkan, dan juga mengarahkan proses pembelajaran dan lainnya.
Pendidikan merupakan proses
pembelajarn bagi anak didik untuk dapat mengerti, paham, dan membuat manusia
lebih kritis dalam berpikir. Dengan pendidikan, karakter manusia sebagai
individu masyarakat dapat dibentuk dan diarahkan sesuai dengan tuntutan ideal
bagi proses pembangunan.
Guru memiliki peran yang sangat penting dalam melaksanakan
pembelajaran bersama siswa. Keadaan tersebut kedudukan guru yang tidak dapat
digentikan dengan media apapun, sehingga keberadaannya sebagai ujung tombak
pembelajaran harus tetap ada.
Tingkat kesejahteraan guru saat ini nyatanya memang
memprihatinkan. Rendahnya kesejahteraan guru mempunyai peran dalam membuat
rendahnya kualitas pendidikan Indonesia.
Hilangnya
pendidikan akhlak yang tidak dipakai sebagai dasar menentukan naik tidaknya
siswa menjadi dampak merosotnya pendidikan budi pekerti dan manjadi banyak
kenakalan siswa.
Karakteristik
paling penting dari pendidikan akhlak adalah digariskanya aturan-aturan moral
penggunaan pengetahuan. Apapun pengetahuan itu baik kesariatan atau pengetahuan
lainya, teoritis maupun praktis, ibarat pisau bermata dua yang dapat digunakan
pemiliknya kapan saja dan dimana saja bahwa akhlak juga merupakan bagian dari
senjata hidup bagi manusia untuk meraih sukses.
Pengetahuan
yang tinggi keterampilan yang mutakhir tanpa di barengi dengan akhlak yang
mulia maka tidak menutup kemungkinan justru akan menelanjangi manusia dari
hal-hal etika dan kesopanan. Sebagaimana diketahui masalah akhlak pada anak
didik sangat penting sekali karena anak mudah terpengaruh dengan perkembangan lingkungan
dan tingkah laku, setiap orang tua dan guru ingin membina anak agar menjadi
anak yang baik mempunyai kepribadian yang kuat dan sikap mental yang sehat dan
akhlak terpuji
Pendidikan
Akhlak harus dilakukan secara intensif, supaya anak-anak didik dapat
membentengi perkembangan jasmani dan rohaninya dengan ilmu agama yang ia
peroleh di sekolah atau pun di dalam rumah tangganya. Pergaulan anak didik baik
di lingkungan rumah tangganya atau pun di lingkungan sekolah harus mendapat
perhatian dan bimbingan dari berbagai pihak, sehingga anak didik benar-benar
mendapat pendidikan yang mengarahkan pada pembinaan akhlak yang mulia seperti
yang diterangkan oleh Allah swt dalam surat An-Nahl ayat 125.
Ibnu
Abbas tentang keutamaan ilmuwan atas orang awam, pernyataan tersebut adalah
“lil ulama’I darajat fauqa al-mu’minina bisab’imi’ati darajat ma baina
al-darajataini masiratu khamsami’ati ‘am.” yang artinya “Para orangorang yang
berilmu memiliki derajat diatas orang-orang mukmin sebanyak tujuh ratus
derajat, jarak di antara dua derajat tersebut perjalanan lima ratus tahun.”
Al-Ghazali
menjelaskan ada 10 hal yang harus dilakukan oleh seorang pelajar yaitu:
1)
Membersihkan jiwa dari kejelekan akhlak, dan keburukan sifat karena ilmu itu
adalah ibadahnya hati, shalat secara samar dan kedekatan batin dengan Allah.
2)
Menyedikitkan hubungannya dengan sanak keluarga dari hal keduniawian dan
menjauhi keluarga serta kampung halamannya. Hal ini menurut Al-Ghazali agar
seorang pelajar bisa konsentrasi dalam apa yang menjadi fokusnya.
3)
Tidak sombong terhadap ilmu dan pula menjauhi tindakan tidak terpuji terhadap
guru. Bahkan menurut Al-Ghazali seorang pelajar haruslah menyearhkan segala
urusannya pada sang guru seperti layaknya seorang pasien yang menyerahkan
segala urusannya pada dokter.
4)
Menjaga diri dari mendengarkan perselisihan yang terjadi diantara manusia,
karena hal itu dapat menyebabkan kebingungan, dan kebingungan pada tahap
selanjutnya dapat menyebabkan pada kemalasan.
5)
Tidak mengambil ilmu terpuji selain mendalaminya hingga selesai dan mengetahui
hakikatnya. Karena keberuntungan melakukan sesuatu itu adalah menyelami
(tabahhur) dalam sesuatu yang dikerjakannya.
6)
Janganlah mengkhususkan pada satu macam ilmu kecuali untuk tertib belajar.
7)
Jangan terburu-buru atau tergesa-gesa kecuali kita telah menguasai ilmu yang
telah dipelajari sebelumnya. Karena sesungguhnya ilmu itu adalah sistematik,
satu bagian saling terkait dengan bagian yang lainnya.
8)
Harus mengetahui sebab-sebab lebih mulianya suatu disiplin ilmu dari pada yang
lainnya. Seorang murid terlebih dahulu harus mengkomparasikan akan pilihan
prioritas ilmu yang akan dipelajari.
9)
Pelurusan tujuan pendidikan hanya karena Allah dan bukan karena harta dan lain
sebagainya.
10)
Harus mengetahui mana dari suatu disiplin ilmu yang lebih penting (yu’atsar al-rafi’
al-qarib ‘ala al-ba’id)
Faktor-faktor
yang mempengaruhi pendidikan ahklak Menurut Imam AlGhazali Menurut Al-Ghazali
dalam menuntut ilmu (belajar),
1.
peserta
didik memiliki tugas dan kewajiban yaitu: a. Mendahulukan kesucian jiwa b.
Bersedia merantau untuk mencari ilmu pengetahuan c. Jangan menyombongkan
ilmunya dan menentang gurunya d. Mengetahui kedudukan ilmu pengetahuan.
2.
Mengurangi
kecenderungan pada duniawi dibandingkan dengan masalah ukhrawi sebagaimana
firman Allah dalam Al-Qur’an : ٤ ٰ َ ول ُ ۡ ِ منَ ٱل كَ َّ ۡٞ ل ري َ خ ُ ة َ ِٓأۡلخر
َ ل َ و “Dan Sesungguhnya hari kemudian itu lebih baik bagimu daripada yang
sekarang (permulaan). (Q.S. Adh-Dhuha : 4)
3.
Bersikap
tawadhu’ (rendah hati) dengan cara menanggalkan kepentingan pendidikan. Hal ini
sejalan dengan pendapat al-Ghazali yang menyatakan bahwa menuntut ilmu adalah
merupakan perjuangan yang berat yang menuntut kesungguhan yang tinggi, dan
bimbingan dari guru.
4.
Hendaknya
tujuannya dalam belajar di dunia adalah untuk menghias dan mempercantik
batinnya dengan keutamaan,
5.
Mempelajari
ilmu-ilmu yang terpuji, baik untuk ukhrawi maupun duniawi.
6.
Belajar
dengan bertahap atau berjenjang dengan memulai pelajaran yang mudah (konkret)
menuju pelajaran yang sukar (abstrak) atau dari ilmu yang fardhu ‘ain menuju
ilmu yang fardhu kifayah hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Surah
Al-Fath: ayat 9 sebagai berikut : ٩ ً ِصيل َ أ َ و ٗ ة َ ر ُكۡ ب ُ وه ُ ِح ّ ب سَ
ُ ت َ و ۚ ُ وه ُ ِر ّ ق َ و ُ ت َ و ُ وه ُ ِر ّ ز َ ع ُ ت َ ُولِ ِۦ و س َ ر َ ِ
و ِٱلل َّ ب ْ ُوا ِمن ۡ ؤ ُ ِ ّ تل “Supaya kamu sekalian beriman kepada Allah
dan Rasul-Nya, menguatkan (agama) Nya, membesarkan-Nya. dan bertasbih
kepada-Nya di waktu pagi dan petang.” (Q.S. Al-Fath : 9)23
7.
Belajar
ilmu sampai tuntas untuk kemudian beralih pada ilmu yang lainnya, sehingga anak
didik memiliki spesifikasi ilmu pengetahuan secara mendalam.
8.
Mengenal
nilai-nilai ilmiah atas ilmu pengetahuan yang dipelajari.
9.
Memprioritaskan
ilmu yang diniyah (agama) sebelum memasuki ilmu yang duniawi.
10.
Mengenal
nilai-nilai pragmatis bagi suatu ilmu pengetahuan yaitu ilmu yang dapat
bermanfaat yang dapat membahagiakan, mensejahterakan, serta memberi keselamatan
hidup dunia dan akherat
11.
Mendahulukan
kesucian hati dari akhlak yang rendah dan sifat tercela, karena ilmu adalah
ibadah dan sholatnya dari hati, dan pendekatan pada Allah SWT . 12) Merasa satu
bangunan dengan murid lainnya sehingga merupakan satu bangunan yang saling
menyayangi dan menolong serta berkasih sayang.
Daftar
Pustaka
-
Al-Qur’an
dan Terjemahnya ( Jakarta: Departemen Agama RI, 1996)
-
Abidin
Ibnu Rusyd, Pemikiran al-Ghazali Tentang Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 1998)
-
Al-Ghozali,
Ihya’ Ulumuddin, (Beirut: Dar Al- Kutub Al- Ilmiyah, 1985)
-
Departemen
Agama RI, Kumpulan Hadits-Hadits Shahih, (Semarang: Thoha Putra, 1993)
-
Fathiyah
Hasan Sulaiman, Aliran-Aliran Dalam Pendidikan Studi Tentang Aliran Pendidikan
Menurut Al-Ghazali, (Semarang: Dina Utama, 1993)
-
Inu
Kencana Syafiie, Pengantar Filsafat, (Bandung: Penerbit Rafika Aditama, 2007)
-
Muhammad
Asrori, Psikologi Pembelajaran, (Bandung: Wacana Prima, 2007)
-
Muhammad
Utsman Najati, Jiwa Dalam Pandangan Filosofis Muslim, (Bandung: Pustaka
Hidayah, 2002)
-
https://www.kompasiana.com/rafinawd08/60ef9f7806310e67e45f0122/permasalahan-dalam-dunia-pendidikan-saat-ini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar