*Jenis-jenis
Kalimat Inversi Sebagai Konstruksi Kalimat dalam Bahasa Indonesia*
Kalimat Inversi
Terdapat beberapa definisi yang beragam untuk
istilah inversi atau kalimat inversi dalam kamus linguistik dan tata bahasa.
Alwi (2003: 365) menyebutkan bahwa kalimat inversi yaitu kalimat yang urutannya
terbalik (predikat-subjek), umumnya mensayaratkan subjek yang tek definit.
Quirk, dkk (1985: 1379) menyatakan bahwa “the fronting of an element is often
associated with inversion”. Berdasarkan pengertian yang diungkapkan oleh Quirk,
dapat dirumuskan bahwa inversi merupakan pengedepanan konstituen tertentu.
Pendapat tersebut mengandung pengertian inversi yang sangat luas jangkauannya.
Hartman dan Stock (dalam Maryani, 1992: 19) mengaitkan inversi dengan urutan kata
yang terbalik (word order), yaitu ”An arrangement of words within a sentence
that is different from the normal declaratif pattern”. Berdasarkan penjelasan
tersebut, inversi dikaitkan dengan bangun kalimat, tetapi tidak secara tegas
dikaitkan dengan pola urutan subjek-predikat. Kridalaksana (2008: 85)
menyatakan bahwa inversi adalah perubahan urutan bagian-bagian kalimat.
Penjelasan tersebut mengandung makna yang lebih khusus yaitu hanya menyangkut
perubahan urutan konstituen pada tataran kalimat. Namun, perubahan konstituen
yang mana tidak dijelaskan oleh definisi tersebut. Mess (1954: 74), Hudawi
(1955: 58), dan Ramlan (1996: 136) menjelaskan bahwa kalimat inversi adalah
kalimat yang predikatnya berada di sebelah kiri subjek atau predikatnya
mendahului subjek.
kompleksitas
kalimat dalam bahasa Indonesia sama halnya dengan rumus matematika. Kalimat
memiliki pola, unsur, makna, fungsi, dan jenis yang tidak kalah rumitnya dengan
aljabar. Dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (2017), jenis
kalimat dapat dibedakan berdasarkan empat hal sebagai berikut:
- Jumlah
klausa (kalimat simpleks, kompleks, majemuk, dan majemuk kompleks)
- Jenis
predikat (kalimat berpredikat verbal, adjektival, nominal dan pronominal,
serta numeralia dan preposisional)
- Kategori
sintaksis (kalimat deklaratif, imperatif, interogatif dan eksklamatif)
- Kelengkapan
unsur (kalimat lengkap atau mayor dan taklengkap atau minor)
Selain
itu, kalimat juga dapat dibedakan menurut segi konstruksinya sesuai dengan
penataan informasi. Pembagian ini terdiri atas inversi, pengedepanan,
pengebelakangan, dislokasi kiri, dislokasi kanan, ekstraposisi, serta
pembelahan. Dari tujuh konstruksi tersebut, mari kita mulai dengan membahas
mengenai inversi.
Lazimnya,
susunan kalimat yang paling umum adalah ketika subjek mendahului predikat dan
diikuti objek. Inversi membalikkan urutan antara subjek dan predikat dalam
kalimat sehingga menghasilkan konstruksi kalimat dengan predikat mendahului
subjek. Contohnya seperti ini:
1.
Adikmu itu sedang kecewa dengan hasil ujiannya
2.
Sedang kecewa adikmu
itu dengan hasil ujiannya.
Pada
contoh pertama, Adikmu itu bersifat takrif
sehingga menjadi informasi lama yang sudah diketahui oleh pendengarnya.
Dalam Kamus Linguistik: Edisi Keempat (2009), ketakrifan
adalah hal yang bersangkutan dengan sifat nomina atau frasa nominal yang
referennya telah ditentukan atau diketahui oleh pelaku dan mitra tutur. Dengan
inversi, predikat akan mendahului subjek seperti pada contoh kedua.
Selain
untuk memberikan penekanan pada unsur tertentu dan membuat variasi dalam
tulisan atau ujaran, inversi juga dapat digunakan untuk memperjelas keutuhan
informasi dalam sebuah kalimat. Perhatikan contoh berikut.
1.
Kucing hitam ada di depan pagar.
2.
Ada kucing hitam di
depan pagar.
Contoh
pertama di atas terasa janggal. Hal ini terjadi lantaran subjek (kucing hitam)
yang disebutkan oleh pembicara bersifat taktakrif atau tidak diketahui oleh
pendengarnya. “Kucing hitam? Kucing hitam yang mana?” Barangkali, itulah yang
akan kita tanyakan kepada penutur. Sementara itu, penempatan subjek kucing
hitam pada contoh kedua telah sesuai dengan prinsip umum mengenai penataan
informasi. Kita pun dapat mengetahui bahwa lawan bicara sedang memberikan
informasi tentang keberadaan kucing hitam di depan pagar.
Simpulannya,
inversi memungkinkan pembalikan struktur kalimat dengan menempatkan predikat di
depan subjek untuk tujuan tertentu. Inversi dapat digunakan untuk mempercantik
tulisan. Kemudian, apabila sebuah kalimat terasa janggal, kita bisa menggunakan
inversi untuk memperjelas keutuhan informasi.
Berdasarkan beberapa definisi tentang kalimat
inverensi tersebut, maka kalimat inverensi yang dimaksud dalam makalah ini
adalah kalimat yang struktur predikatnya mendahului subjek. Dalam hal ini letak
predikat yang mendahului subjek tidak berarti bahwa predikat secara linier
berdekatan letaknya dengan subjek. Kalimat inversi dalam makalah ini tidak
ditentukan oleh jauh dekatnya letak predikat dan subjek, tetapi ditentukan oleh
urutan letak predikat dan subjek. Sepanjang predikat terletak di sebelah kiri
subjek, kalimat yang bersangkutan disebut dengan kalimat inversi, meskipun
letak predikat dan subjek diselai oleh objek, pelengkap, ataupun keterangan.
Contoh dalam kalimat inversi bahasa Jawa. Minta sepeda motor
waktu itu dia. Letak predikat dalam kalimat itu
yaitu minta dan subjek yaitu dia diselai oleh objek dan keterangan. Objek dalam
kalimat tersebut adalah sepeda motor dan keterangan adalah waktu itu.
Jenis kalimat Inversi dalam bahasa Indonesia
Dilihat dari bentuk sintaksisnya, kalimat dibagi
menjadi empat yaitu kalimat deklaratif, kalimat imperatif, kalimat interogatif,
dan kalimat eksklamatif. Berdasarkan hasil analisis data, kalimat inversi dalam
bahasa Indonesia juga dibedakan menjadi empat yaitu kalimat inversi deklaratif,
kalimat inversi imperatif, kalimat inversi interogatif, dan kalimat inversi
eksklamatif.
Kalimat Inversi Deklaratif
Kalimat inversi deklaratif dalam bahasa Indonesia
adalah kalimat berita yang letak fungsi predikatnya mendahului subjek. Kalimat
inversi deklaratif ini dibedakan menjadi dua yaitu:
Tipe yang dapat diubah pola urutannya menjadi S-P
Kalimat inversi tipe ini mempunyai pengertian bahwa
kalimat inversi yang semula berpola urutan predikat-subjek (P-S) dapat diubah
menjadi subjek- predikat (S-P). Pada umumnya kalimat inversi dapat diubah pola
urutan fungsi sintaksisnya menjadi S-P, hanya beberapa jenis kalimat inversi
yang tidak dapat diubah pola urutannnya menjadi S-P. Tipe kalimat inversi yang
dapat diubah pola urutannya menjadi S- P ini selanjutnya disebut dengan tipe
optional. Berikut contoh datanya:
Masih berpikir dia
Ramai sekali mereka
Beli karpet aku
Sedang membaca pikiran anak itu Astria
Dalam kalimat tersebut yang menjadi predikatnya
adalah (34) masih berpikir yang berkategori frasa verba, (35) ramai sekali yang
berkategori frasa adjektiva, (36) beli yang berkategori verba ekatransitif, dan
(37) sedang membaca yang berkategori frasa verba. Sedangkan subjek dalam
kalimat tersebut adalah (34) dia yang berkategori nomina persona, (35) mereka
yang berkategori nomina persona, (36) aku yang berkategori nomina persona, dan
(37) Astria yang berkategori nomina. Pola urutan P-S dalam kalimat tersebut
dapat diubah menjadi S-P, seperti berikut:
(34a) Dia masih berpikir (35a) Mereka ramai sekali
(36a) Aku beli karpet
(37a) Astria sedang membaca pikiran anak itu
Tipe yang tidak dapat diubah pola urutannya menjadi
S-P
Tipe kalimat inversi ini merupakan kebalikan dari
tipe opsional. Jika tipe opsional dapat diubah pola urutannya menjadi S-P, tipe
kalimat inversi ini pola urutan subjek dan predikatnya tidak dapat diubah
menjadi S-P. Tipe kalimat inversi seperti ini disebut dengan tipe wajib.
Berikut contoh datanya:
Ada dua permasalahan yang sedang diselesaikan Astria
Ada pasien yang menderita penyakit hilang ingatan
Ketika itu terdengar kabar bahwa Astria reinkarnasi
Dalam kalimat (38) dan (39) yang menjadi predikatnya
adalah ada yang bertkategori verba. Verba ada ini menunjukkan bahwa kalimat
tersebut merupakan kalimat eksistensial. Kalimat inversi deklaratif
eksistensial merupakan kalimat yang predikatnya menunjukkan eksistensi,
kenyataan, atau relaitas dari subjek. Sedangkan predikat pada kalimat (40)
adalah terdengar yang berkategori verba. Subjek dalam kalimat tersebut adalah (38)
dua permasalahan yang sedang diselesaikan Astria, (39) pasien yang menderita
penyakit hilang ingatan, dan (40) kabar bahwa Astria reinkarnasi.Pola urutan
P-S dalam kalimat tersebut tidak dapat diubah
menjadi S-P. Hal tersebut menyebabkan kalimat
menjadi tidak gramatikal.
*Dua permasalahan yang sedang diselesaikan Astria
ada
*Pasien yang menderita penyakit hilang ingatan ada
*Ketika itu kabar bahwa Astria reinkarnasi terdengar
Kalimat Inversi Interogatif
Kalimat inversi interogatif dalam bahasa Indonesia
dibedakan menjadi dua yaitu kalimat inversi interogatif yang memerlukan jawaban
ya atau tidak dan kalimat inversi interogatif yang memerlukan jawaban penjelas.
Kalimat inversi yang memerlukan jawaban ya atau tidak disebut dengan kalimat
intervensi jenis keniscayaan. Contoh datanya:
Memutuskan aku, kamu?
Dalam kalimat (41) tersebut yang menjadi predikat
adalah memutuskan yang berkategori verba ekatransitif, dan subjeknya adalah
kamu yang berkategori nomina persona. Sedangkan contoh kalimat inversi
interogatif yang memerlukan penjelas adalah:
Maksud Ibu?
Kenapa menyimpan gambar itu Ibu?
Dalam kalimat tersebut yang menjadi predikatnya
adalah (42) maksud yang berkategori nomina dan (43) menyimpan yang berkategori
verba ekatransitif. Sedangkan subjeknya adalah (42) ibu yang berkategori
nomina, dan (43) ibu yang berkategori nomina. Pola susunan dalam kalimat
inversi interogatif yang memerlukan jawaban ya auat tidak dan yang memerlukan
jawaban penjelas dapat diubah menjadi pola S-P, sebagai berikut:
(41a) Kamu memutuskan aku? (42a) Ibu maksud?
(43a) Kenapa Ibu menyimpan gambar itu?
Kalimat Inversi Imperatif
Kalimat inversi imperatif dalam bahasa Indonesia
dibedakan menjadi dua yaitu kalimat inversi imperatif yang berdiatesis aktif
dan pasif. Contoh kalimat inversi imperatif yang berdiatesis aktif adalah:
Berhenti bicara reinkarnasi Ibu!
Makan Astria!
Bawa semua harta itu Rizky!
Dalam kalimat tersebut yang menjadi predikat adalah
(44) berhenti yang berkategori verba, (45) makan yang berkategori verba
semitransitif, dan (46) bawa yang berkategori verba ekatransitif. Sedangkan
subjek dalam kalimat tersebut adalah (44) Ibu yang berkategori nomina, (45)
Astria yang berkategori nomina, dan (46) Rizky yang berkategori nomina. Sedangkan
contoh kalimat inversi imperatif berdiatesis pasif adalah:
Bukalah pintu itu!
Dalam kalimat inversi imperatif berdiatesis pasif
tersebut predikatnya adalah (47) bukalah yang berkategori verba dan subjeknya
pintu itu yang berkategori frasa nomina. Dalam kalimat inversi imperatif pasif
subjek menderita akibat tindakan yang disebut dalam predikat. Pola susunan
kalimat inversi imperatif pasif dan aktif tersebut dapat diubah menjadi S-P,
sebagai berikut:
(44a) Ibu berhenti bicara reinkarnasi! (45a) Astria
makan!
(46a) Rizky bawa semua harta itu! (47a) Pintu itu
bukalah!
Kalimat Inversi Eklasamatif
Kalimat inversi eklasamatif selalu berpola P-S atau
berstruktur inversi. Hal ini terjadi karena dalam kalimat eklasamatif yang
ditekankan adalah predikatnya. Predikat tersebut biasanya mengungkapkan
kekaguman atau keheranan. Contoh kalimat inversi eklasamatif adalah:
Oh, cantik sekali anak Ibu!
Wah, senangnya keluarga Pak Maryo!
Dalam kalimat tersebut predikatnya adalah (48)
cantik sekali yang merupakan frasa adjektiva dan (49) senangnya yang merupakan
adjektiva. Sedangkan subjek dalam kalimat tersebut adalah (48) ibu yang
berkategori nomina dan (49) Pak Maryo yang berkategori nomina. Apabila urutan
P-S dalam kalimat tersebut diubah menjadi S-P, maka kalimat tersebut bukan
merupakan kalimat inversi eklasamatif. Hal tersebut karena kalimat
eklasamatif selalu menonjolkan predikat, sehingga
urutannya selalu predikat subjek (P-S).
*Oh, anak Ibu cantik sekali!
*Wah, keluarga Pak Maryo senangnya!
kalimat inversi
ini akan dibedakan berdasar pada pembagian jenis kalimat yang dikemukakan oleh
Ramlan, yaitu kalimat deklaratif, interogatif, imperatif, dan ekslamatif.
a.
Kalimat inversi deklaratif, yaitu kalimat berita
yang diawali oleh predikat. Terdapat dua tipe kalimat inversi deklaratif ini :
1) Tipe yang
dapat diubah pola urutannya menjadi subjek + predikat.
Contoh : Ramai
rumahku -> Rumahku ramai
2) Tipe yang
tidak dapat diubah pola urutannya menjadi subjek + predikat.
b. Kalimat
inversi interogatif, yaitu kalimat tanya yang
predikatnya berada di awal. Ada dua tipe kalimat inversi interogatif :
1) Memerlukan
jawaban ya atau tidak.
Contoh :
Pergikah dia?
2) Memerlukan
jawaban penjelas.
Contoh : Pergi
kemana dia?
c.
Kalimat inversi imperatif, yaitu kalimat perintah
yang diawali oleh predikat.
Contoh :
Minumlah, Dian!
d. Kalimat
inversi ekslamatif, yaitu kalimat yang melakukan
penekanan pada predikat. Biasanya, kalimat ini digunakan untuk mengungkapkan
rasa kagum atau heran.
Contoh :
- Manis sekali
wajahmu!
- Jahat sekali
orang itu!
Meskipun
frekuensi penggunaannya masih sedikit, kalimat inversi ini amat perlu
kita kuasai. Sebab, kalimat inversi bisa digunakan untuk menekankan makna,
apalagi berkaitan dengan bahasa lisan. Yuk, kita coba menulis kalimat inversi
lainnya!
Referensi :
Alwi,
Hasan.,dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai
Pustaka.
Daftar Pustaka
Alwi, Hasan dkk. 2003. Tata bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Baryadi, I. Praptomo. 2000. “Konstruksi Perurutan Waktu pada Tataran Kalimat dalam Wacana Bahasa Indonesia: Suatu Kajian tentang Ikonisitas Diagramatik”. Disertasi.Yogyakarta: Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada.
Basuki, Fira. 2008. Paris Pandora. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana
Indonesia. Hudawi, MuhamadNuh. 1955. Pelajaran
Sederhana Paramasastra Bahasa
Indonesia.
Medan: Firma Maju.
Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Maryani, Yeyendan C. Ruddyanto.1992.Bahasa dan Sastra I.Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Mees, C.A. 1954. Tata Bahasa
Indonesia. Jakarta: J.B. Wolters.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar