*Tinjauan “Puisi” dari Segi Zamannya*
*(“ Puisi Modern “ )*
*R. Purwantaka*
Pengertian puisi secara umum dapat
diartikan sebagai karya sastra yang dikemas dalam kalimat yang singkat, padat,
jelas dan sarat majas ataupun bahasa kiasan. Sementara
jika kita mengintip pengertian skripsi, ada banyak perspektif, tergantung siapa
yang mengartikannya. Berikut adalah beberapa pengertian puisi oleh beberapa
ahli.
1. Herman J. Waluyo
Menurut herman J. Waluyo, puisi adalah karya sastra yang dikemas lebih padat, singkat dan memiliki rima yang saling
berkaitan. Tiap kalimat dan kata pada penulisan ditulis dalam bahasa
imajinatif.
2. Watt-Dunton
Puisi menurut Watt-dunton adalah bentuk dari ekspresi
konkret yang bersifat artistic dari pikiran manusia. Secara teknis, penulisan
disampaikan dengan bahasa emosional dan memiliki berirama.
3. Aisyah
Berbeda dengan Aisyah yang mendefinisikan puisi adalah
karya sastra yang ditulis berdasarkan penafsiran penyair terhadap pengalaman
atau kehidupan yang pernah dirasakan, dibaca atau yang diinterpretasikan.
4. Suroto
Sementara Suroto mendefinisikan puisi lebih singkat dan
padat, yaitu sebagai karangan yang ditulis secara pekat, singkat dan
padat.
5. Pradopo
Puisi menurut Pradopo hasil rekaman dan interpretasi si
penyair yang diperleh dari berbagai pengalaman, kemudian digubah dalam wujud
yang lebih indah, berkesan dan menarik.
6. Samuel Taylor Coleridge
Lebih singkat, Samuel Talyor Coleridge, puisi sebagai
kata-kata yang disusun dengan indah oleh si penulis.
7. Aminuddin
Berbeda dengan pendapat Aminuddin, yang menyampaikan
bahwa puisi berasal dari Yunani yang memiliki makna upaya seorang penyair dalam
menciptakan dunia sendiri yang berisi pesan yang lahir lewat suasana, ataupun
pengalaman batiniah ataupun fisik si penyair.
8. Hudson
Secara garis besar, Hudson mengartikan puisi sebagai
cabang ilmu sastra yang mana dari segi penulisannya sangat memperhatikan
penggunaan kata-kata. Dimana kata-kata tersebut digunakan sebagai media
menyampaikan imajinasi dan ilusi.
9. Ratih Mihardja
Berbeda dengan Ratih Mihardja sebagai seni tertulis yang
menjadikan bahasa sebagai pembentuk estetika untuk melahirkan arti semantiknya.
Dimana puisi sebagai dunia dalam kata yang dihasilkan dari cerminan pengalaman,
perasaan, dan pengetahuan si penyair terhadap sesuatu hal.
10. Semi
Semi mendefinisikan puisi berbentuk
pernyataan dari penyair yang mempertimbangkan secara matang tentang apa yang
dilihat, dirasakan dan yang dialami. Kemudian dituliskan dalam sebuah karya
puisi yang apik.
Itulah beberapa pengertian puisi oleh
ahli. Semoga beberapa pendapat di atas memberikan pemahaman dan manfaat. dari
pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa puisi sebagai karya sastra yang
memiliki amanat kepada pembaca.
Secara teknis penulisan puisi itu
sendiri pun tidak boleh ditulis sembarangan. Harus ditulis sesuai dengan aturan
yang sudah ada. Misalnya perlu memperhatikan masalah rima, sajak dan pemilihan
diksi.
*Sejarah Puisi*
Asal mula puisi sudah ada sejak tahun
1920. Pasalnya, kesusastraan di Indonesia mengalami perkembangan dari waktu ke
waktu.
Puisi tampaknya tidak hanya dikenal di Indonesia saja,
tetapi juga ada di India. Dulu puisi tidak seperti saat ini. Konon katanya,
puisi pun digunakan atau dibuat untuk menulis kitab-kitab kuno. Di tahun
1700-1200 SM puisi banyak digunakan untuk karya-karya kuno dari Veda India dan
Zoroaste’s Gathas. Di Dahulu puisi di India digunakan untuk memudahkan
masyarakat kuno dan prasejarah dalam menghafalkan kitab atau bacaan.
Puisi tertua sebenarnya ada dari
milenium ke-3 SM di Sumeria, Mesopotamia, yang sekarang menjadi irak. Puisi
tertua tersebut adalah Epos Gilgames yang ditulis dalam tablet tanah liat dan
papyrus. Sementara sejarah puisi kuno juga ditemukan di Yunani Epos Illiand dan
Odyssey dan masih banyak lagi. setiap Negara pastinya memiliki sejarah
perkembangan dari kesastraan puisi ini.
Perkembangan puisi di Indonesia sudah
banyak kita temukan sejak masa kerajaan yang masih menggunakan bahasa
sansekerta dan ditulis menggunakan tulisan jawa kuno. Dimana dari hasil karya
tersebut dilisankan dapat dinyanyikan.
Setelah proses panjang berpuluh-puluh
tahun, puisi mengalami perubahan dan metamorfosa. Di era modern, muncullah
penyair-penyair ternama dan melegenda. Siapa sih yang tidak kenal Chairil
Anwar? Buya Hamka dan Taufik Ismail? Pasti kamu tidak asing lagi. Merekalah
tokoh sastrawan yang memberi warna puisi di era modern.
Pada dasarnya, setiap generasi dan
generasi Indonesia memiliki sastrawan yang dapat diunggulkan. Tema yang
diperkenalkan pun bermacam-macam. Perbedaan ini terjadi karena pengaruh
situasi, kondisi politik dan banyak faktor lainnya.
Pada 6 Oktober 1942 lahirlah Pusat
Kesenian Indonesia yang diketahui oleh Sanusia Pane. Tujuan dari pusat kesenian
ini diharapkan Soekarno sebagai tempat untuk menyatukan para seniman-seniman
yang baru. Pasalnya, Jepang pernah melarang seniman melakukan perkumpulan
organisasi tersebut, padahal dalam waktu yang sama Jepang juga tertarik dengan
karya sastra seni ini.
*Ciri-Ciri Puisi Menurut Para Ahli*
Setelah mengintip asal mula puisi dan pengertian, yuks
kita intip ciri-ciri puisi. Mengingat tiap ahli memiliki pandangannya
sendiri-sendiri, berikut ciri puisi menurut para ahli.
A. Waluyo
Menurut Waluyo, ciri-ciri puisi dapat dibedakan menjadi
beberapa hal sebagai berikut.
- Unsur bahasa disusun lebih rapi, tertata dan
memperhatikan bunyi dan rima
- Menggunakan bahasa konotatif
- Unsur kebahasaan bisa lebih dipadatkan
- Puisi hasil dari pemikiran dan perasaan si penyair
berdasarkan proses imajinatif ataupun lewat pengalaman
- Penulisan ditulis secara terstruktur secara fisik
dan batin.
Struktur fisik meliputi irama, maja, tipografi, diksi
ataupun rima. Sedangkan struktur batin meliputi suasana puisi, tema, perasaan
dan amanat.
B. Toyidin
Adapun ciri puisi dari pendapat yang lain, salah satunya
pendapat Toyidin, berikut ciri-ciri menurutnya.
- Puisi ditulis dengan memadatkan unsur
kebahasaan
- Bahasa disusun rapi, memperhatikan irama dan
bunyi.
- Puisi dapat ditulis dalam satu bait atau lebih dari
satu bait
- Dalam satu bait terdiri dari beberapa baris
- Puisi ditulis berdasarkan pikiran, perasaan,
kemampuan imajinatif dan pengalaman penyair
- Penulisan puisi menggunakan bahasa konotatif
- Puisi disusun memperhatikan struktur fisik dan
struktur batin.
C. Hasanuddin
Sementara Hasanuddin memiliki perspektif berbeda tentang
ciri-ciri puisi, apa saja sih cirinya? Sebagai berikut.
1.
Tipografi
Ciri dari puisi harus memiliki tipografi. Tipografi
merupakan layout atau tata letak kata-kata itu. Bisa dalam bentuk berbaris atau
berbait. Tipografi dapat pula diartikan sebagai rangkaian kata atau bait yang
didesain oleh si penyair
2. Berirama dan
Bunyi
Sulitnya dalam membuat puisi adalah kemampuan untuk
menyelaraskan bait/baris satu dengan yang lainnya agar memiliki keterkaitan
secara irama ataupun bunyi. Tentu saja ini tidak bisa dilakukan oleh semua
orang.
3, Memuat 2
Struktur
Puisi harus memuat dua struktur. Maksud
dari struktur yang sudah disinggung oleh tokoh yang lain, yaitu struktur fisik
dan struktur batin. Struktur fisik meliputi irama, maja, tipografi, diksi
ataupun rima. Sedangkan struktur batin meliputi suasana puisi, tema, perasaan
dan amanat.
Itulah beberapa ciri-ciri puisi. Dari
tiga pendapat ciri di atas, jika dilihat secara garis besar, memiliki inti dan
pesan yang sama. hanya saja berbeda dalam penjelasannya.
Puisi adalah salah satu bentuk karya sastra yang mengedepankan emosional. Meski
macam-macam puisi lama dan baru sudah memiliki aturan baku berbeda, keduanya
sama-sama bertujuan mengungkap pesan yang samar atau tersirat dengan keindahan.
Inilah mengapa puisi identik dengan diksi yang konotatif atau bukan sebenarnya.
Pradopo (1995:27) mengungkapkan bahwa puisi adalah
representasi dari emosional penyair yang dirancang menjadi sastra penuh makna
dan kesan. Pengertian puisi menurut Pradopo tersebut menggambarkan bahwasannya
puisi tercipta dari sisi emosional penyair untuk mengungkap dan menyampaikan
pesan kepada penikmatnya. Dengan demikian dapat diartikan bahwa puisi adalah
wujud lain dari karya sastra yang berasal dari pengaruh
batin seorang penyair dan tertuang secara indah dengan stuktur fisik dan
struktur batinnya.
*Struktur fisik puisi terdiri dari*:
·
Perwajahan puisi (tipografi), yaitu
bentuk puisi seperti halaman yang tidak dipenuhi kata-kata, tepi kanan-kiri,
pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang tidak selalu dimulai dengan huruf
kapital dan diakhiri dengan tanda titik. Hal-hal tersebut sangat menentukan
pemaknaan terhadap puisi.
·
Diksi, yaitu
pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Karena puisi
adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata dapat mengungkapkan banyak
hal, maka kata-katanya harus dipilih secermat mungkin. Pemilihan kata-kata
dalam puisi erat kaitannya dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata.
·
Imaji, yaitu
kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi,
seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji dapat dibagi menjadi
tiga, yaitu imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual), dan imaji raba
atau sentuh (imaji taktil). Imaji dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan
melihat, mendengar, dan merasakan seperti apa yang dialami penyair.
Pengimajinasian dalam puisi berguna untuk memberi gambaran yang jelas
menimbulkan suasana khusus membuat hidup gambaran dalam pikiran dan pengindraan
serta untuk menarik perhatian dan memberikan kesan mental atau bayangan visual
penyair menggunakan gambaran-gambaran angan.
·
Kata konkret, yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indra
yang memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan atau
lambang. Misalnya kata konkret “salju" melambangkan kebekuan cinta,
kehampaan hidup, dan lain-lain. Sedangkan kata konkret “rawa-rawa” dapat
melambangkan tempat kotor, tempat hidup, bumi, kehidupan, dan lain-lain. Kata
konkret merupakan syarat terjadinya pengimajian atau pencitraan.
·
Gaya bahasa, yaitu
penggunaan bahasa yang dapat menghidupkan/meningkatkan efek dan menimbulkan
konotasi tertentu. Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis,
artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna. Gaya bahasa disebut juga
majas. Adapun macam-macam majas antara lain metafora, simile, personifikasi, litotes, ironi, sinekdoke, eufemisme, repetisi, anafora, pleonasme, antitesis, alusio, klimaks, antiklimaks, satire, pars pro toto, totem pro parte,
dan paradoks.
·
Rima atau Irama adalah persamaan bunyi pada
puisi, baik di awal, tengah, dan akhir baris puisi. Rima mencakup:
1. Onomatope (tiruan
terhadap bunyi, misal /ng/ yang memberikan efek magis pada puisi Sutadji C.B.)
2. Bentuk
intern pola bunyi (aliterasi, asonansi, persamaan akhir, persamaan awal, sajak
berselang, sajak berparuh, sajak penuh, repetisi bunyi [kata], dan sebagainya
3. Pengulangan
kata/ungkapan. Ritma merupakan tinggi rendah, panjang pendek, keras lemahnya
bunyi. Rima sangat menonjol dalam pembacaan puisi.
·
Tipografi merupakan teknik penulisan dalam puisi.
Tipografi merupakan pembeda yang paling awal yang dapat dilihat dalam
membedakan puisi dengan prosa fiksi ataupun drama. Baris-baris dalam puisi
membentuk sebuah periodisitas yang disebut bait. Tipografi merupakan aspek
bentuk visual yang berupa tata hubungan, susunan baris dan ukiran bentuk yang
dipergunakan untuk mendapatkan kesan menarik agar indah dipandang. Tujuan
tipografi dalam puisi adalah untuk keindahan indrawi dan untuk mendukung
pengedepanan makna rasa dan suasana puisi.[4]
*Struktur batin puisi*
Struktur batin puisi terdiri dari:
·
Tema/makna (sense)
adalah pokok persoalan yang disampaikan pengarang dalam puisinya. Tema sebuah
puisi dapat disampaikan secara langsung maupun tidak langsung (makna puisi
dapat ditemukan setelah membacadan menafsirkannya). Media puisi adalah bahasa.
Tataran bahasa adalah hubungan tanda dengan makna, maka puisi harus bermakna,
baik makna tiap kata, baris, bait, maupun makna keseluruhan.
·
Rasa (feeling), yaitu sikap penyair terhadap pokok
permasalahan yang terdapat dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat
kaitannya dengan latar belakang sosial dan psikologi penyair, misalnya latar
belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam
masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan.
Kedalaman pengungkapan tema dan ketepatan dalam menyikapi suatu masalah tidak
bergantung pada kemampuan penyair memilih kata-kata, rima, gaya bahasa, dan
bentuk puisi saja, tetapi lebih banyak bergantung pada wawasan, pengetahuan,
pengalaman, dan kepribadian yang terbentuk oleh latar belakang sosiologis dan
psikologisnya.
·
Nada (tone),
yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema dan
rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte, bekerja
sama dengan pembaca untuk memecahkan masalah, menyerahkan masalah begitu saja
kepada pembaca, dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca, dan
lain-lain.
·
Amanat/tujuan/maksud (intention), yaitu pesan yang
ingin disampaikan penyair kepada pembaca.
*Puisi berdasarkan
Zaman/Waktu*
Macam-Macam
Puisi Modern
1. Adapun macam-macam
puisi modern yang dikemukakan oleh Suroto (1989: 65), adalah sebagai berikut.
(a)
Balada.
Balada ialah puisi yang berisi suatu cerita. Misalnya, Jante
Arkidam karya Ajib Rosidi, Nyanyian Angsa karya W.S. Rendra, Balada Terbunuhnya
Atmo Karpo karya W.S. Rendra.
(b)
Romance.
Romance adalah puisi yang berisi luapan perasaan kasih sayang
terhadap kekasih.
(c)
Elegi.
Elegi adalah puisi yang mengungkapkan rasa duka atau keluh
kesah karena sedih, rindu atau murung, terutama karena kematian seseorang.
Puisi Amir Hamzah yang terkumpul dalam bukunya yang berjudul Nyanyi Sunyi dan
Buah Rindu kebanyakan tergolong jenis ini.
(d)
Himne
(Gita puja). Himne ialah puisi yang berisi
puji-pujian terhadap Tuhan atau sesuatu yang dimuliakan seperti pahlawan.
(e)
Ode. Ode ialah puisi yang bertema mulia, berciri nada dan gaya
yang sangat resmi serta bersifat menyanjung. Ode dapat melukiskan peristiwa
umum yang penting atau peristiwa yang menyangkut kehidupan pribadi.
(f)
Satire.
Satire ialah karya sastra baik prosa maupun puisi yang berisi
kritikan tajam atau bahkan sindirandan cemoohan terhadap kepincangan –
kepincangan sosial atau penyalahgunaan dan kebodohan manusia serta pranatanya.
Tujuan kritikan
tersebut untuk mengoreksi penyelewengan dengan jalan mencetuskan kemarahan dan
tawa bercampur dengan kecaman dan ketajaman pikiran.
2. Ada beberapa macam
puisi modern yang dikemukakan oleh Waluyo (dalam Suroto, 1989: 74) puisi-puisi
tersebut adalah sebagai berikut.
(a)
Puisi kamar, ialah
puisi yang cocok dibaca sendirian atau dengan satu dua orang pendengar saja di
kamar.
(b)
Puisi auditorium,
ialah puisi yang cocok untuk dibaca di auditorium, di mimbar yang jumlah
pendengarnya bisa ratusan orang.
(c)
Puisi fisikal,
puisi yang bersifat realitas artinya menggambarkan kenyataan apa adanya.
(d)
Puisi platonik,
ialah puisi yang sepenuhnya berisi hal-hal yang bersifat spiritual kejiwaan.
(e)
Puisi metafisikal,
ialah puisi yang bersifat filosofis dan mengajak pembaca untuk merenungkan
kehidupan dan merenungkan Tuhan.
(f)
Puisi subjektif,
ialah puisi yang mengungkapkan gagasan, pikiran, perasaan dan suasana dalam
diri penyair sendiri.
(g)
Puisi objektif,
ialah puisi yang mengungkapkan hal-hal diluar diri penyair itu sendiri.
(h)
Puisi diafan,
ialah puisi yang sedikit sekali menggunakan pengimajinasian kata-kata yang
digunakan sangat konkret dan bahasa bersifat figuratif, sehingga puisinya mirip
dengan bahasa sehari-hari.
(i)
Puisi prismatis,
ialah puisi yang memunculkan berbagai macam makna berkat kemampuan
penyair yang mampu menciptakan majas, versifikasi, diksi dan pengimajinasian
secara serasi dan seimbang. Dengan demikian puisi tersebut seolah memancarkan
sinar makna dari sebuah prisma.
(j)
Puisi parnaisan,
ialah puisi yang mengandung nilai-nilai keilmuan. Puisi ini diciptakan dengan
dasar pertimbangan ilmu dan pengetahuan bukan inspirasi.
(k)
Puisi inspiratif,
ialah puisi yang diciptakan berdasarkan mood atau passion. Suasana batin
benar-benar terlibat dalam puisi ini. Misalnya, Senja di Pelabuhan Kecil karya
Chairil Anwar.
(l)
Puisi demonstratif,
ialah puisi yang melukiskan dan merupakan hasil refleksi demonstrasi. Puisi
jenis ini pada umumnya bersifat kelompok, jadi bukan menyuarakan gejolak
individu. Misalnya puisi demonstrasi yang muncul tahun ’66 yang berjudul Hati
Nurani karangan Sandy Tyas.
(m) Puisi pamflet, ialah puisi yang
mengungkapkan protes sosial. Puisi jenis satire masuk dalam jenis puisi ini.
Daftar
pustaka
1. Ahyar,
Juni (Oktober 2019). Apa Itu Sastra:
Jenis-Jenis Karya Sastra dan Bagaimanakah Cara Menulis dan Mengapresiasi Sastra (PDF).
Yogyakarta: Deepublish. ISBN 978-623-02-0145-5.
2. Kosasih,
E. (2008). Apresiasi Sastra
Indonesia (PDF). Jakarta: Nobel Edumedia. ISBN 978-602-8219-57-0.
3. Nuryatin,
A., dan Irawati, R. P. (2016). Pembelajaran Menulis
Cerpen (PDF). Semarang: Penerbit Cipta Prima Nusantara. ISBN 978-602-8054-88-1.
4. Mahliatussikah,
Hanik (2015). Pembelajaran Puisi
Teori dan Penerapannya dalam Kajian Puisi Arab (PDF).
Malang: Universitas Negeri Malang. ISBN 978-979-495-785-1.
5. Sumaryanto
(2010). Mengenal Puisi dan
Syair. Semarang: PT. Sindur Press. ISBN 978-979-067-054-9.
6. Afrizatul
(2020), Puisi Rakyat:
Pengertian, Jenis, Unsur serta Contoh.
7. Suswandari,
M., dan Hatmo, K. T. (2018). Ontologi Puisi (PDF).
Kebumen: CV. Intishar Publishing. ISBN 978-602-5692-57-4.