“ Guru Mengajar Tidak Kreatif, Membosankan Siswa “
Oleh : Pak Pur
Pembelajaran yang kreatif dapat
dilihat dari dua sisi, yaitu : (1) mengajar secara kreatif (creative
teaching) dan (2) mengajar untuk kreativitas (teaching for creativity). Mengajar
secara kreatif menggambarkan bagaimana guru dapat menggunakan
pendekatan-pendekatan yang imajinatif sehingga kegiatan pembelajaran dapat
semakin lebih menarik, membangkitkan gairah, dan efektif. Sedangkan mengajar
untuk kreativitas berkaitan dengan penggunaan bentuk-bentuk
pembelajaran yang ditujukan untuk mengembangkan para siswa agar memiliki
kemampuan berfikir dan berperilaku kreatif.
Kedua konsep tersebut tidak dapat dipisahkan, mengajar
untuk kreativitas didalamnya harus melibatkan mengajar secara
kreatif. Mengajar secara kreatif dan mengajar untuk kreativitas pada
dasarnya mencakup seluruh karateristik pembelajaran yang baik (good learning
and teaching), seperti tentang: motivasi dan ekspektasi yang tinggi,
kemampuan berkomunikasi dan mendengarkan, kemampuan untuk membangkitkan gairah
belajar, inspiratif, kontekstual, konstruktivistik, dan sejenisnya.
Carolyn Edwards dan Kay Springate dalam artikelnya yang
berjudul “The lion comes out of the stone: Helping young children achieve
their creative potential” memberikan saran tentang upaya pengembangan kreativitas siswa,
sebagai berikut:
1.
Berikan kesempatan dan waktu yang
leluasa kepada setiap siswa untuk mengeksplorasi dan melakukan pekerjaan
terbaiknya dan jangan mengintervensi pada saat mereka justru sedang termotivasi
dalam menyelesaikan tugas-tugasnya secara produktif.
2.
Ciptakan lingkungan kelas yang
menarik dan mengasyikkan. Lakukan “unfinished work” sehingga siswa merasa
penasaran dan tergoda pemikirannya untuk berusaha melengkapinya pada saat-saat
berikutnya. Berikan pula kesempatan kepada setiap siswa untuk melakukan
kontemplasi.
3.
Sediakan dan sajikan secara melimpah
berbagai bahan dan sumber belajar yang menarik dan bermanfaat bagi siswa.
4.
Ciptakan iklim kelas yang
memungkinkan siswa merasa nyaman jika melakukan suatu kesalahan, mendorong
keberanian siswa untuk mengambil resiko menerima kegaduhan dan kekacauan yang
tepat di kelas, serta memberikan otonomi yang luas kepada siswanya untuk
mengelola belajarnya sesuai dengan minat, karakteristik dan tujuannya
Pembelajaran yang kreatif memang
bukanlah pilihan yang gampang, di dalamnya memerlukan waktu yang lebih dan
perencanaan yang matang untuk melahirkan dan mengembangkan ide-ide baru. Selain
itu, diperlukan pula keyakinan yang kuat untuk melakukan improvisasi dalam
pembelajaran, keberanian untuk mencoba dan kesanggupan untuk menanggung
berbagai resiko yang tidak diharapkan dalam pembelajaran. Kendati harus
dilakukan melalui usaha yang tidak mudah, pembelajaran untuk kreativitas ini
diyakini dapat menjadikan pembelajaran jauh lebih menyenangkan dan memberikan
efektivitas yang tinggi.
Terkait dengan peran guru dalam pembentukan kreativitas
siswa, Robert J Sternberg mengatakan “The most powerful way to develop creativity
in your students is to be a role model. Children develop creativity not when
you tell them to, but when you show them.” Dalam melaksanakan
pembelajaran, guru harus dapat menunjukkan keteladanannya sebagai sosok yang
kreatif.
Seorang guru yang kreatif tidak hanya dituntut memiliki
keahlian dalam bidang akademik, namun lebih dari itu dituntut pula untuk dapat
menguasai berbagai teknik yang dapat menstimulasi rasa keingintahuan sekaligus
dapat menumbuhkan rasa percaya diri dan harga diri (self esteem) setiap
siswanya. Guru harus dapat memberikan dorongan pada saat siswa membutuhkannya
dan memberikan keyakinan kepada siswanya pada saat dia merasa harga dirinya
terancam. Dalam melaksanakan proses pembelajaran, seorang guru harus dapat
menjaga keseimbangan antara struktur pembelajaran dengan kesempatan
pengembangan diri siswa, antara pengelolaan kelompok (management of groups)
dengan perhatian terhadap perbedaan individual siswanya.
Untuk menjadi guru kreatif memang bukan hal yang mudah,
terutama bagi guru-guru yang tergolong laggard. Ketika dihadapkan
dengan suatu perubahan (inovasi) di sekolah, mereka mungkin cenderung terlambat
atau justru hanya berdiam diri menghadapi perubahan yang ada. Jika terus
menerus dibiarkan, guru-guru seperti inilah yang sebenarnya dapat merusak
pendidikan. Tentunya banyak faktor yang menyebabkan mereka menjadi laggard dan
tidak kreatif, baik yang bersumber dari dalam diri guru itu sendiri (internal
factors) maupun faktor eksternal. Oleh karena itu, agar guru dapat menjadi
kreatif perlu diperhatikan berbagai faktor yang mempengaruhi dan
melatarbelakanginya.
Kepemimpinan di sekolah merupakan salah satu faktor yang
tidak bisa dilepaskan dalam mengembangkan
kreativitas guru maupun kreativitas sekolah secara keseluruhan. Fred Luthans (1995)
mengemukakan bahwa kreativitas merupakan salah satu keterampilan yang harus
dikuasai oleh seorang manajer. Dalam hal ini, kepala sekolah dituntut untuk
dapat menciptakan budaya dan iklim kreativitas di lingkungan sekolah yang
mendorong seluruh warga sekolah untuk mengembangkan berbagai kreativitas dalam
melaksanakan tugas dan pekerjaannya. Kepala sekolah harus dapat memberikan
penghargaan kepada sertiap usaha kreatif yang dilakulan oleh anggotanya,
terutama usaha kreatif yang dilakukan oleh guru dan siswa dalam melaksanakan
pembelajaran. Kepala sekolah juga dituntut untuk dapat menyediakan
sumber-sumber bagi pertumbuhan kreativitas di sekolah.
Selain terdapat guru yang termasuk laggard,
tidak sedikit pula guru (dan juga siswa) di sekolah yang sesungguhnya memiliki
sikap dan pemikiran kritis dan kreatif, namun karena tidak memperoleh dukungan
yang kuat dari sistem sekolah, termasuk dari manajemen sekolah, yang pada
akhirnya sikap dan pemikiran kreatifnya tidak dapat berkembang secara wajar.
Bahkan, sebaliknya mereka seringkali mengalami tekanan tertentu dari
lingkungannya karena dianggap sebagai orang yang “nyeleneh” atau eksentrik.
.
Cara
penyajian guru dalam menyampaikan materi juga dapat mempengaruhi keberhasilan
siswa. Sebelum proses pembelajaran, hendaknya guru merancang atau merencanakan
sebelum melaksanakan proses pembelajaran. Usaha guru memberi motivasi dan
mempertahankan perhatian siswa terhadap pembelajaran adalah dengan cara atau
metode pembelajaran yang menyenangkan. Penggunaan metode pembelajaran harus
bervariatif agar tidak mudah bosan. Guru perlu memanfaatkan berbagai metode
pembelajaran yang dapat membangkitkan minat, perhatian dan kreativitas siswa.
Pembelajaran
kreatif tak hanya terpaku pada kurikulum. Pembelajaran kreatif menekankan pada
proses terciptanya kreativitas. Imajinasi dan nalar siswa ataupun guru
sama-sama dikembangkan.Kreatifitas merupakan tahapan yang paling penting dalam
dunia pendidikan.Sehingga pembelajaran kreatif menjadi kunci utama agar
kreatifitas siswa mampu dikembangkan dengan baik
Kondisi
di lapangan menunjukkan masih ada beberapa guru dalam memberikan pembelajaran
penyampaian materi kurang menarik. Selain itu dalam proses pembelajaran
strategi yang digunakan tidak tepat,
guru hanya memberikan penjelasan tentang cara dan siswa kurang memahami aspek-aspek yang
harus diperhatikan. Hasilnya, tentu saja
tidak memadai bahkan mungkin merugikan
semua pihak terutama pihak siswa dan siswi, meskipun sebagian besar dari mereka
tidak menyadari hal ini. Maka untuk mengatasi hal tersebut diperlukan penerapan
pembelajaran yang matang agar kegiatan belajar mengajar dapat terlakasana
secara efektif, yang diharapkan dapat memaksimalkan waktu yang tersedia serta
mampu “memaksa” siswa terus belajar baik dalam proses pembelajaran di kelas
maupun tidak.
Berdasarkan uraian di atas, kiranya
dapat disimpulkan bahwa siswa yang
kreatif dapat dihasilkan melalui guru yang kreatif, dan guru yang kreatif dapat
dihasilkan melalui kepala sekolah yang kreatif. Siswa yang kreatif
merupakan aset yang sangat berharga bagi kehidupan diri pribadinya maupun orang
lain
Fred Luthans.
1995. Organizational Behavior. Singapore: McGraw-Hill
International
Wayne
Morris.2006. Creativity Its Place In Education:
New Plymouth.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar