Modul 19 Kelas XI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAY'AAN DIREKTORAT JENDERAL
PENDIDTMN ANAK USIA DINE, PENDIDIKAN DASAR DAN PENDTDlKAN MENENGAH DIREKTORAT SEKOLAH MENENGAH ATAS
2020
Modul Pembelajaran SMA
Ba I i
ISI DAN KEBAHASAAN TEKS DRAMA BAHASA INDONESIA
KELAS XI
PENYUSUN
M.
Zuhri, M.Pd SMA Negeri 2 Boyolali
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN....................................................................................... 1
A. IDENTITAS MODUL.......................................................................... 1
B. KOMPETENSI DASAR...................................................................... 1
C. DESKRIPSI SINGKAT MATERI....................................................... 1
D. PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL............................................. 1
E. MATERI PEMBELAJARAN.............................................................. 2
KEGIATAN PEMBELAJARAN 1....................................................................... 3
A. Tujuan Pembelajaran........................................................................... 3
C. Rangkuman Materi.............................................................................. 9
D. Penugasan Mandiri............................................................................... 9
KEGIATAN PEMBELAJARAN 2..................................................................... 14
Mendemontrasikan Naskah Drama................................................................... 14
A. Tujuan Pembelajaran......................................................................... 14
C. Rangkuman Materi............................................................................ 17
D. Penugasan Mandiri............................................................................. 17
GLOSARIUM
Alur Antagonis Ekstrinsik Fiksi Konotatif Protagonis Tritagonis |
: : : : : : : |
Rangkaian peristiwa yang direka dan dijalin sedemikian rupa, sehingga menggerakkan jalan cerita. Karakter jahat dalam tokoh fiksi yang biasanya memiliki konnflik dengan tokoh protagonis. Unsur-unsur atau faktor-faktor yang terdapat diluar karya sastra, yang mempengaruhi kelahiran dan keberadaan karya sastra. Cerita yang berasal dari imajinasi, bukan berdasarkan sejarah atau fakta. Makna kata yang mempunyai tautan pikiran, peranan yang menimbulkan nilai-nilai tertentu. Tokoh dalam cerita yang merupakan tokoh utama dan memiliki sifat baik dan melawan tokoh antagonis. Tokoh penengah yang memikliki peranan kurang penting dalam cerita. |
PENDAHULUAN
A. IDENTITAS MODUL
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas XI
Alokasi Waktu : 4 x 45 menit
Judul Modul : Isi dan Kebahasaan Teks Drama
B. KOMPETENSI DASAR
3.19 Menganalisis isi dan kebahasaan drama yang dibaca atau ditonton
4.19 Mendemonstrasikan sebuah naskah drama dengan memperhatikan isi dan kebahasaan
C. DESKRIPSI SINGKAT MATERI
Anak-anak hebat, selamat bertemu kembali pada modul pembelajaran Bahasa Indonesia. Kali ini kita akan membahas materi teks drama.
Pada modul ini akan dibahas materi tentang kompetensi dasar menganalisis isi dan kebahasaan drama yang ditonton atau dibaca dan mendemontrasikan sebuah naskah drama dengan memerhatikan isi dan kebahasaannya.
Ada beberapa persoalan pokok yang perlu kalian pelajari berkaitan dengan isi dan kebahasaan drama. Persoalan itu ialah pengertian drama, isi dan kebahasaan drama, serta struktur drama. Khusus dalam pengertian drama akan dibahas pengertian drama dan teater, serta hakikat drama. Dalam aspek isi dan kebahasaan akan dibahas jenis-jenis drama berdasarkan isinya serta ciri kebahasaan teks drama, sedangkan dalam aspek struktur drama akan dibahas alur dalam teks drama dan pementasan drama.
Modul ini dibagi dalam dua kegiatan belajar, dengan cakupan materi sebagai berikut. Kegiatan Belajar 1 membahas pengertian drama dan teater, serta hakikat drama. Kegiatan Belajar 2 membahas isi dan kebahasaan drama serta struktur dan bentuk pementasan drama. Modul ini akan membantu kalian untuk memahami konsep-konsep dasar drama dan teater, hakikat drama, isi dan kebahasaan drama, serta struktur drama.
D. PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL
Supaya cara belajar kalian mudah dan bermanfaat, maka yang perlu kalian lakukan adalah :
1. Modul ini dapat kalian pelajari secara mandiri atau kelompok, baik di sekolah maupun di luar sekolah
2. Kalian pelajari modul ini dengan membaca, melihat dan mengamati hal-hal yang berhubungan dengan materi tersebut atau kalian dapat menambah wawasan dari berbagai sumber lain.
3. Diskusikan dengan teman kalian, atau membentuk kelompok diskusi yang efektif.
4. Kerjakan latihan-latihan dan evaluasi yang ada pada modul ini sampai selesai dengan tidak melihat kunci jawaban terlebih dahulu.
5. Jika sudah lengkap mengerjakan soal latihan, bukalah kunci jawaban dan hitunglah skor yang kalian peroleh.
6. Jika skor masih di bawah 70, cobalah baca kembali materinya, usahakan jangan mengerjakan ulang soal yang salah sebelum kalian membaca ulang materinya.
7. Jika skor kalian sudah mencapai minimal tujuh puluh, kalian bisa melanjutkan ke pembelajaran berikutnya
E. MATERI PEMBELAJARAN
Modul ini terdiri atas dua kegiatan, di dalam modul ini terdapat uraian materi, contoh hasil kegiatan, tugas/latihan praktik menulis dan soal evaluasi.
Pertama : Pengertian drama dan teater, hakikat dan karakteristik drama, jenis- jenis drama
Kedua : Unsur instrinsik drama, struktur naskah drama dan pementasan drama
Modul ini sangat bermanfaat bagi kalian. …….
Berbagai judul teks drama
Jangan lupa berdoa sebelum belajar ya
KEGIATAN PEMBELAJARAN 1
Isi dan Kebahasaan Drama
A. Tujuan Pembelajaran
Setelah membaca dan mencermati isi modul serta mengerjakan soal pelatihan, kalian diharapkan dapat menjelaskan konsep drama dan teater, menjelaskan jenis- jenis drama, menganalisis isi dan kebahasaan teks drama dengan jujur, penuh rasa ingin tahu, dan bertanggung jawab.
B. Uraian Materi
1. Konsep Drama dan Teater
Kata “drama‟ masuk ke dalam perbendaharaan bahasa Indonesia berasal dan dibawa oleh kebudayaan Barat (Oemaryati, 1971: 14-15). Di tanah asal kelahiran drama, yaitu Yunani, drama timbul dari suatu ritual pemujaan terhadap para dewa. Kata “drama‟ berasal dari kata dran (bahasa Yunani) yang menyiratkan makna to do atau to act (Baranger, 1994: 4).
Sementara itu, drama terus mengalami perkembangan. Pada awalnya hanya dilakukan di lapangan terbuka. Para penonton duduk melingkar atau setengah lingkaran, dan upacara dilakukan di tengah lingkaran tersebut. Makin lama jumlah lingkaran makin luas, upacara-upacara juga semakin lebih besar, ini berarti membutuhkan tempat yang lebih luas. Tempat yang luas yang dijadikan semacam auditorium inilah yang di Yunani saat itu disebut theatron. Theatron yang diartikan sebagai a place for seeing atau, tempat tontonan itu (Baranger, 1994; Yudiaryani, 2002: 1) berbentuk bangku-bangku yang berputar setengah lingkaran dan mendaki ke arah lereng bukit yang berfungsi sebagai tempat duduk penonton ketika drama Yunani klasik berlangsung. Dengan demikian kata teater muncul sesudah kata drama. Jika melihat asal-usul katanya, kata drama dan teater jelas berbeda artinya, tetapi saling mengait. Yang satu perbuatan yang dapat ditonton, yang lainnya tempat untuk menonton perbuatan yang dapat ditonton itu.
(Sumber: Jakob Sumardjo, Ikhtisar
Sejarah Teater Barat, hlm. 16)
Gambar 1.1
Gedung Teater Drama-drama Romawi
Dalam perkembangan selanjutnya, pergeseran-pergeseran mulai terjadi. Berangkat dari sebuah upacara keagamaan menjadi seni berbicara yang enak ditonton. Intonasi untuk memperoleh efektivitas komunikasi mulai dipertimbangkan, sehingga melahirkan dua kecenderungan besar. Di satu pihak menekankan seni berbicara yang sarat dengan musik, dan nyanyian sebagai elemen utamanya, di pihak lain muncul pula bentuk seni berbicara yang hanya mengandalkan dialog sebagai elemen utamanya. Yang pertama hingga sekarang kita sebut sebagai opera. Sementara yang kedua kelak kita kenal sebagai drama. Dua kecenderungan besar itu terus berkembang. Kata drama terus bertahan artinya, tetapi kata teater melebar artinya. Kata teater masih tetap diartikan sebagai susunan tempat pementasan berlangsung, tetapi juga dapat dipergunakan untuk menunjukkan sebuah kejadian atau peristiwa yang sedang berlangsung. Dengan memakai kata teater, kita mampu mengetahui seluruh warisan budaya drama sebagai jenis sastra termasuk di dalamnya bentuk pementasan pantomim, pertunjukan rakyat, wayang kulit, wayang golek, monolog, dan kabaret (Judiaryani, 2002: 2). Bahkan dalam masa sekarang kata teater pemakaiannya lebih luas lagi. Dapat dipergunakan untuk menyebut pertunjukan atau tempat-tempat yang terkait dengan film, radio, dan televisi.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa istilah „drama‟ lebih sempit penggunaannya daripada istilah „teater‟. Dalam pengertiannya yang paling umum drama adalah setiap karya yang dibuat untuk dipentaskan di atas panggung oleh para aktor yang menggambarkan kisah hidup dan kehidupan manusia yang diceritakan dengan gerak dan laku. Sementara teater adalah sebuah istilah lain untuk “drama” dalam pengertian yang lebih luas, termasuk pentas, penonton, dan gedung pertunjukan. Atau seperti yang dikatakan Elam (1984: 2) dalam The Semiotics of Theatre and Drama, kata „drama‟ diartikannya sebagai that mode of fiction designed for stage representation and constructed according to paticular dramatic convention, sementara kata
“theatre‟ diartikannya sebagai, with the production and communication of meaning in the performance itself and with the systems under lying it. Maka, dalam modul ini kata drama akan dipergunakan untuk menyebut pementasan yang menggunakan naskah, sementara kata teater dipergunakan lebih luas, termasuk untuk pementasan drama tanpa naskah seperti pada teater tradisional, maupun pementasan yang menggunakan naskah seperti dalam drama Indonesia modern.
Kata drama sering bersinonim dengan sandiwara (Harymawan, 1988: 2- 3). Menurutnya, kata sandiwara dipakai oleh P.K.G. Mangkunegara VII untuk menterjemahkan kata toneel (bahasa Belanda), “sandi‟ artinya rahasia, dan “wara‟ dari “warah‟ pengajaran. Oleh karena itu, kata “sandiwara‟ pada awalnya diartikan sebagai pengajaran yang dilakukan dengan rahasia. Kata “rahasia‟ diperjelas maksudnya oleh almarhum Ki Hadjar Dewantara sebagai “lambang‟. Dengan demikian kata sandiwara dimaksudkan sebagai pengajaran yang dilakukan dengan lambang. Dengan kata lain apabila kita menonton drama/teater tradisional atau sandiwara diharapkan akan memperoleh pengajaran secara tidak langsung. Ajaran yang diperoleh masih berwujud lambang yang harus diartikan oleh para penonton.
Akan tetapi, dalam perkembangannya kata sandiwara memperoleh arti negatif sebagai kejadian-kejadian yang hanya dipertunjukkan untuk mengelabui mata alias tidak sungguh-sungguh (KBBI, 1988: 779). Apabila ada seorang teman mengatakan, “Jangan main sandiwara, kamu!”, ini jelas teman kita marah karena kita menutup-nutupi sesuatu yang seharusnya transparan. Di samping itu, istilah sandiwara hanya terbatas pada para pemakai bahasa Jawa, misalnya untuk menyebut sandiwara radio, atau drama-drama tradisional seperti ketoprak dalam bahasa Jawa yang diudarakan secara periodik oleh stasiun
radio khususnya di Yogyakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Dalam bahasa Indonesia istilah sandiwara kurang begitu populer dibanding dengan istilah drama.
2. Hakikat dan Karakteristik Drama
Pada materi sebelumnya kalian telah mempelajari pengertian drama yang dirunut dari asal-usul katanya. Pertanyaannya, apa sebenarnya drama itu. Atau lebih konkret, seperti apakah drama itu? Untuk itu, sebelum kita menyimpulkan apakah hakikat drama itu, silakan kalian baca penggalan teks drama di bawah ini.
INSPEKSI
Fransiskus Assisi Woddy Satyadarma
Para Pelaku:
1. Ihnas
2. Yunus
3. Hajir
4. Tumeles
5. Karman
(Panggung merupakan sebuah ruangan yang luas, dengan beberapa kursi dan meja: sehingga mirip dengan sebuah ruangan tamu dengan beberapa pasang zitje. Sebuah rak buku tampak di sana. Tentu saja penuh dengan buku-buku. Pada dasarnya ruangan itu memang kamar tamu sebuah asrama, tapi pada jam- jam tertentu juga menjadi ruangan rekreasi, penghuni asrama itu. Waktu itu sore hari sekitar pukul 16.27 WIB. Yunus masuk ke panggung berbaju biru muda, mandi keringat, dengan tangan memegang sebotol minuman, terengah- engah, dan duduk di kursi, membelakangi penonton. Seorang kawannya lagi, Karman, masuk mau mengambil buku tetapi melihat Yunus, berhenti sejenak, memandangi Yunus, lalu mengambil buku kemudian exit. Selesai minum, Yunus lalu meletakkan botol, merentangkan tangannya, lalu membuka bajunya yang basah kuyup, sehingga ia tinggal bersinglet, lalu memandangi baju yang basah kuyup itu, dan menaruhnya di sandaran kursi. Persis selesai Yunus membenahi bajunya, Ihnas masuk.)
Ihnas : Lha, lagi lagi....
Yunus : (Memotong sebelum kalimat Ihnas selesai) Lagi-lagi liku-liku. Ihnas : Kalau Mas Hajir melihat kau begitu ceroboh, tahu rasa kau.
Yunus : Hah, rasa apa saja yang perlu kuketahui? Ihnas : Rasa garam, tahu?
Yunus : Garam?
Ihnas : Ya, garam produksi sendiri itu.
Yunus : Ah, yang benar aja kamu, masak garam suruh rasa. Gimana sih kau, Nas? Ihnas : Ya, garam keringatmu itu, Goblok!
Yunus : Kau ini ngomong apa. Masak Mas Hajir suruh aku mencicipi keringatku sendiri.
Ihnas : Habis kalau nggak, siapa suruh nyicip? Aku? Yunus : Maksudmu gimana, sih, Nas?
Ihnas : Ini kan kamar tamu. Kalau kau naruh baju di sini kan gila.
Kalau si Mincuk kemari gimana?
Yunus : Ooooo ini to soalnya. Lantas mesti ....
Ihnas : (Memotong) Taruh di kamar sendiri sana.Terus mandi. Jangan begitu, dong kau.
Yunus : Perkara naruh di kamar kan urusan gua sendiri. Demikian pula soal mandi. (Kembali duduk dan minum minuman dari botol)
Ihnas : Kau mulai keras kepala, ya?
Yunus : Apa kepalamu nggak keras? Coba aku pegang sini. Ihnas : Nus!
Yunus : Apa?
Ihnas : Ini peringatanku demi kebaikanmu. Ambil baju itu dan bawa ke kamarmu.
Yunus : Sejak kapan kau diberi mandat memberi peringatan pada aku? Ihnas : Aku senior di....
Yunus : Perkara senior kan tidak ada sangkut pautnya dengan baju. Ihnas : Kau taat tidak?
Yunus : Lagaknya.
Ihnas : Taat atau tidak? Jawab! Yunus : (Diam minum)
Ihnas : Jawab!
Yunus : (Masih minum) Ihnas : (Keras sekali) Jawab!
Yunus : (Mulutnya masih penuh minuman dan menjawab) Yaaaa! (Minuman tumpah ke lantai dari mulut)
Ihnas : Aduuuuuh ... ini apa ? (Menunjuk tumpahan minuman)
............................................................................................................................
(Rumadi, A (ed.).1988. Kumpulan Drama Remaja, hlm. 91-92)
Apa yang membedakannya teks drama tersebut di atas dengan teks cerita rekaan seperti cerpen dan novel? Masih ingatkah kalian bahwa menurut Aristoteles secara garis besar karya sastra dibedakan ke dalam tiga pokok genre (dari bahasa Prancis, ucapkan zyanre), yaitu: lirik, epik, dan dramatik; atau lebih mudahnya yang berbentuk puisi, prosa rekaan, dan drama? Kalian tentu saja masih ingat bahwa dalam novel Belenggu karya Armijn Pane, atau Burung- Burung Manyar karya Y.B. Mangunwijaya, atau Larung karya Ayu Utami, pengarangnya menceritakan kisahannya dengan melibatkan tokoh- tokoh Tono, Tini, Yah dalam Belenggu, atau tokoh Teto dan Larasati dalam Burung-Burung Manyar lewat kombinasi antara dialog dan narasi. Sementara itu, dalam teks drama di atas, paparan kisahannya apakah seperti itu?
Apa yang lebih mendominasi dalam teks drama, dialog atau narasi? Dialog. Tepat jawaban kalian . Dialog (sering disebut sebagai teks utama) antara Yunus dan Ihnas mendominasi penggalan drama berjudul Inspeksi karya F.A. Woddy Satyadarma (nama samaran Bakdi Soemanto). Pembaca ikut dibuat jengkel atas jawaban-jawaban Yunus yang terasa seenak perutnya sendiri, yang menyiratkan konflik tajam antarmereka berdua. Sementara narasi yang cukup dominan dalam novel, dalam teks drama narasi hanya terbatas berupa petunjuk pementasan yang disebut sebagai teks sampingan. Lewat petunjuk pementasan yang kebanyakan dicetak miring itulah pengarang naskah drama memberi arahan penafsiran agar tidak terlalu melenceng dari apa yang sebenarnya dikehendakinya.
Di samping itu, dibandingkan dengan novel, jumlah tokoh-tokohnya jauh lebih sedikit daripada novel. Bisa Anda bayangkan jika dalam panggung muncul puluhan tokoh yang sekaligus tampil berkelebatan di sana. Anda bisa pusing. Dari sudut latar juga lebih terbatas dibanding dengan novel. Dalam drama latar
harus dapat divisualkan. Apalagi untuk pergantian latar, pementasan membutuhkan waktu dan peralatan yang tidak sedikit. Itu artinya juga membutuhkan biaya dan tenaga. Sementara dalam novel, pengarang dapat sebebas-bebasnya melukiskan latar kejadian sedetail dan seluas mungkin.
Agar drama yang dipentaskan dapat ditonton dengan runtut dan enak diikuti, mirip dengan novel, drama pun dibagi-bagi dalam babak dan adegan- adegan. Babak merupakan bagian yang paling besar dalam naskah drama, dan biasanya dibagi-bagi dalam banyak adegan. Sementara itu, adegan adalah suatu unit lakuan drama yang mengaitkan hukum kausalitas. Tentu, bentuk visual drama tidak harus bernomor, seperti contoh lakon tersebut di atas. Ditulis bernomor, salah satu alasannya adalah untuk memudahkan pada saat berlatih. Bentuk visual teks drama kebanyakan, seperti contoh penggalan drama berjudul “Sampek & Engtay” karya N. Riantiarno (2004, 97-99), berikut ini.
............................................................................................................................
GURU : (MEMUKUL BEL BERKALI-KALI DAN BARU BERHENTI KETIKA MURID- MURID SUDAH BERKUMPUL SEMUA.
DIA MENATAP MURIDNYA SATU DEMI SATU)
Siapa di antara kalian yang kencing sambil berdiri?
(SEMUA MURID MENGACUNGKAN TANGAN. KECUALI ENGTAY)
GURU : Sejak kapan kalian kencing sambil berdiri? MURID-MURID : Sejak kami kecil, Guru.
GURU : Itu menyalahi peraturan. Apa bunyi peraturan tentang kencing?
MURID-MURID : Seingat saya, sekolah kita tidak pernah membuat peraturan tentang kencing, Guru. Yang ada hanya peraturan yang bunyinya: Jaga Kebersihan.
GURU : (MEMBENTAK) Jaga kebersihan! Jaga kebersihan! Bunyi peraturan itu bisa berlaku untuk segala perkara. Paham?
MURID-MURID : (KETAKUTAN) Paham, Guru.
GURU : Tapi coba lihat sekarang di tembok WC dan kamar mandi. Hitamnya, kotornya. Bagaimana cara kalian menjaga kebersihan? Dengan cara mengotorinya? Itu akibat kalian kencing sambil berdiri.
ENGTAY : (MENGACUNGKAN TANGAN)
GURU : Kenapa Engtay? Mau omong apa? Kamu satu-satunya yang tadi tidak tergolong kepada para kencing-berdiriwan ini. Apa kamu kencing sambil berjongkok? Atau sambil tiduran?
ENGTAY : (MENAHAN SENYUM) Maaf, Guru. Saya kencing sambil jongkok sejak saya kecil.
ENGTAY : Sudah kebiasaan. Kencing sambil berdiri, bukan saja menyalahi peraturan sekolah kita, tapi juga melanggar ujar kitab-kitab yang bunyinya: “Jongkoklah Waktu Buang Air Kecil dan Besar, Supaya Kotoran Tidak Akan Berceceran”.
............................................................................................................................
Selain cara penuturan dan bentuk visualnya, ciri khas apa yang terdapat dalam drama? Dari sepenggal kutipan drama “Sampek Engtay” tersebut di atas, tatkala kita membacanya tergambar di depan kita ulah seorang Guru yang cukup galak sedang menanyakan kepada murid-muridnya tentang bagaimana mereka kencing sehingga WC dan kamar mandi sangat kotor. Ada gerak seperti mengacungkan tangan, membentak, dan ketakutan. Dengan demikian, penulis lakon membeberkan kisahannya tak cukup jika hanya dibaca. Dibutuhkan gerak. Itulah yang disebut action. Pementasan di panggung. Penulis lakon membayangkan action para aktornya dalam bentuk dialog. Dan dialoglah bagian
paling penting dalam drama. Lewat dialoglah kita bisa melacak emosi, pemikiran, karakterisasi, yang kesemuanya itu terhidang di panggung lewat action alias gerak. Oleh karena itu, tidaklah berlebihan apabila seorang pakar drama kenamaan Moulton menyebut drama sebagai life presented in action, alias drama adalah hidup yang ditampilkan dalam gerak. Dengan demikian, secara lebih ringkas drama adalah salah satu bagian dari genre sastra yang menggambarkan kehidupan dengan mengemukakan tikaian dan emosi lewat lakuan dan dialog, yang dirancang untuk pementasan di panggung (Sudjiman, 1990).
3. Jenis-Jenis Drama
Pembagian jenis drama adalah sebagai berikut:
a) Berdasarkan penyajiannya:
1. Tragedi yaitu sebuah drama yang penuh dengan kesedihan
2. Komedi yaitu sebuah drama yang menghibur dan penuh dengan kelucuan
3. Tragekomedi yaitu sebuah drama yang didalamnya terdapat perpaduan antara komedi dan tragedy
4. Opera yaitu sebuah drama yang percakapan atau dialognya dinyanyikan dengan iringan music
5. Melodrama yaitu sebuah drama yang dialognya diucapkan dengan diiringi musik atau melodi
6. Farce yaitu sebuah drama yang nyaris serupa dengan dagelan, namun tidak sepenuhnya dagelan
7. Tablo yaitu sebuah drama yang lebih mengutamakan gerak dimana para pelakon drama tidak mengucapkan dialignya tetapi cukup dengan melakukan gerakan-gerakan.
8. Sendratari yaitu jenis drama yang menggabungkan antara seni tari dan seni drama
b) Berdasarkan sarana pementasannya
1. Drama panggung yakni jenis drama yang dimainkan diatas panggung
2. Drama radio yakni sebuah drama yang tidak bisa diraba dan dilihat, namun bisa didengarkan oleh para penikmat drama
3. Drama televisi yakni jenis drama yang nyaris sama dengan drama panggung, namun perbedaannya hanya tidak bisa diraba.
4. Drama film yakni jenis drama yang menggunakan layar lebar yang biasanya dipertunjukkan di bioskop-bioskop
5. Drama wayang yakni jenis drama yang diiringi dengan pagelaran wayang
6. Drama boneka yakni sebuah jenis drama dimana para tokohnya diilustrasikan dengan boneka dan dimainkan oleh beberapa orang.
c) Berdasarkan ada dan tidaknya naskah drama
1. Drama modern yaitu sebuah jenis drama yang menggunakan naskah dan drama ini bertolak dari hasil sastra yang tersusun untuk dipentaskan
2. Drama tradisional atau klasik yaitu jenis drama yang tidak menggunakan naskah drama dan drama ini bersumber dari tradisi suatu masyarakat yang sifatnya improvisatoris dan spontan.
Anak-anak yang hebat, kalian memang luar biasa telah membaca uraian materi dengan cermat dan penuh antusias. Berdasarkan uraian materi tersebut kalian diharapkan semakin memahami hakikat drama dan teater, mengenal berbagai jenis drama dari berbagai aspek penggolongannya dan semakin memahami karakteristik drama. Untuk selanjutnya kalian dapat menganalisis isi dan kebahasaan teks drama atau drama yang dipentaskan.
C. Rangkuman Materi
1. Drama dimaksudkan sebagai karya sastra yang dirancang untuk dipentaskan di panggung oleh para aktor di pentas, sedangkan teater adalah istilah lain untuk drama dalam pengertian yang lebih luas, termasuk pentas, penonton, dan tempat lakon itu dipentaskan. Di samping itu salah satu unsur penting dalam drama adalah gerak dan dialog. Lewat dialoglah, konflik, emosi, pemikiran dan karakter hidup dan kehidupan manusia terhidang di panggung. Dengan demikian hakikat drama sebenarnya adalah gambaran konflik kehidupan manusia di panggung lewat gerak.
2. Jenis drama berdasarkan penyajiannya terdiri atas tragedi, komedi, tragi- komedi, melodrama, farce, tablo, dan sendratari. Jenis drama berdasarkan sarana pementasannya terdiri atas drama panggung, drama radio, drama televisi, drama film, drama wayang, dan drama boneka. Selain itu jenis drama berdasarkan ada tidaknya naskah drama dikelompokkan menjadi dua yakni drama modern dan drama tradisional.
D. Penugasan Mandiri
Membaca teks drama berjudul “SAMPEK & ENGTAY” karya N. Riantiarno
...........................................................................................................................
(ENGTAY SUDAH BERPAKAIAN LELAKI, BERJENGGOT, MENGETUK PINTU)
JINSIM : (RAGU-RAGU) Ya, ada perlu apa? ENGTAY : Kamu siapa?
JINSIM : Saya pembantu kepala keluarga Ciok. Tuan siapa, dari mana?
ENGTAY : Kamu, jangan banyak bicara. Lekas panggil majikanmu ke luar. Aku datang untuk suatu keperluan yang mendesak.
JINSIM : (RAGU-RAGU) Tapi ….
ENGTAY : Satu patah kata lagi, kamu akan saya seret ke penjara.
JINSIM : (TAKUT) Baik, tuan, baik. Silakan tunggu dulu barang sebentar dulu. (BERGEGAS KE LUAR)
ENGTAY : (KETAWA TERTAHAN) Bahkan Jinsim, pengasuhku sejak bayi, tidak mengenaliku. Oh, aku tidak tahu bagaimana nanti kalau berhadapan dengan ayah.
CIOK : (BERGEGAS MENYAMBUT DIIRINGI NYONYA CIOK,
SUHIANG DAN JINSIM) Silakan duduk, Tuan, ada perlu apakah? Kata pembantuku tadi, Tuan menyebut-nyebut penjara. Siapakah tuan, dari mana?
ENGTAY : Dengar saja baik-baik, tidak usah memotong pembicaraan. Waktuku tidak banyak. Aku buru-buru. Kamu, betul bernama Ciok?
CIOK : Benar, Tuan.
ENGTAY : Di dalam catatanku, kamu asal Banten. Pindah ke Serang delapan belas tahun yang lalu. Istrimu satu, anakmu satu, perempuan bernama Engtay. Betul?
………………………………………………………………………………
Berdasarkan teks drama di atas, silakan kalian analisis isi drama tersebut berdasarkan karakternya1
E. Latihan Soal
Bacalah penggalan teks drama di bawah ini. Teks drama dikutipkan dari drama Romeo dan Juliet karya William Shakespeare yang diterjemahkan oleh Trisno Sumardjo dan RM Palaka (2004: 91-92);
Kutipan Teks Drama :
ROMEO DAN JULIET
(Karya William Shakespeare, diterjemahkan oleh Trisno Sumarjo)
………………………………………………………………………………… ROMEO
Dia mengucapkan kata.
Terus dan teruslah berkata, bidadari!
Sebab malam ini engkau ratu yang terus berseri di ubun-ubunku laksana duta kahyangan bersayap mendatangi makhluk yang tak punya daya, hingga matanya memutih disebabkan takjub tak tertanggungkan.
Ia jatuh telentang untuk melihat tatkala dia naik ke pundakan awan yang berarak lalu melayang-layang di awan-awan tertinggi
JULIET
O, Romeo, Romeo! Mengapa kau Romeo? Jangan akui keturunanmu dan namamu! Dan aku bukan lagi orang Capulet.
Dengan begitu, kau bisa menjadi kekasihku.
ROMEO
Akankah aku terus mendengar, atau menyela bicara?
JULIET
Hanya namamu yang menjadi musuhku.
Tapi engkau tetap dirimu sendiri di mataku, bukan Montaque.
Apa itu “Montaque?” Ia bukan tangan, bukan kaki, bukan lengan, bukan muka, atau apapun dari tubuh seseorang.
Jadilah nama yang lain!
Apalah arti sebuah nama? Harum mawar tetaplah harum mawar, andaikan mawar bersalin dengan nama lain.
Ia tetap bernilai sendiri, sempurna, dan harum mawar tanpa harus bernama mawar. Romeo, tanggalkan namamu.
Untuk mengganti nama yang bukan bagian dari dirimu itu, ambillah diriku seluruhnya.
ROMEO
Janji itu mengikat dirimu!
Jadikan aku kekasihmu, dan kuubah namaku, tak lagi Romeo. JULIET
Orang macam apa ini yang diselubungi malam mendengarkan rahasiaku?
…………………………………………………………………………………
Anak-anak hebat, tentunya kalian sudah mencermati dan memahami seluruh materi pada kegiatan pertama di atas. Tibalah kalian akan mengerjakkan tugas/latihan agar pemahaman dan keterampilan kalian maksimal. Ikuti instruksi tugas berikut dengan seksama!
Analisilah isi teks drama di atas, lalu jawablah pertanyaan berikut!
1. Jelaskan Isi drama di atas!
2. Berdasarkan penyajiannya, termasuk ke dalam jenis apakah drama di atas, jelaskan!
3. Apakah amanat yang terkandung dalam drama di atas!
Pembahasan
dan Pedoman Penskoran Latihan Soal Pembelajaran 1
N0 Soal |
Jawaban Soal |
Aspek yang Dinilai |
Skor |
1 |
Isi drama Romeo dan Juliet: Menceritakan tentang kisah sepasang kekasih yaitu romeo dan Juliet. Mereka sangat saling mencintai dan memperjuangkan cintanya sampai mati. |
Peserta didik menjawab soal dengan tepat |
3 |
Peserta didik menjawab soal kurang tepat |
2 |
||
Peserta didik menjawab soal tidak tepat |
1 |
N0 Soal |
Jawaban Soal |
Aspek yang Dinilai |
Skor |
2 |
Drama Romeo dan Juliet temasuk ke dalam jenis; Tragedi. Karena drama tersebut ceritanya berakhir dengan kesedihan. |
Peserta didik menjawab soal dengan tepat |
3 |
Peserta didik menjawab soal kurang tepat |
2 |
||
Peserta didik menjawab soal tidak tepat |
1 |
N0 Soal |
Jawaban Soal |
Aspek yang Dinilai |
Skor |
3 |
Amanat drama Romeo dan Juliet, adalah: Sebagai sepasang kekasih, hendaklah kita dapat saling mencintai dengan tulus dan memegang janji untuk setia pada kekasihnya. |
Peserta didik menjawab soal dengan tepat |
3 |
Peserta didik menjawab soal kurang tepat |
2 |
||
Peserta didik menjawab soal tidak tepat |
1 |
skor yang diperoleh x 100 Nilai: =
Skor maksimal
Setelah kalian belajar melalui kegiatan pembelajaran satu, berikut diberikan tabel untuk mengukur diri kalian terhadap materi yang sudah kalian pelajari. Jawablah sejujurnya terkait dengan penguasaan materi, dan Isilah tabel refleksi diri terhadap pemahaman materi di tabel berikut dan centanglah (√).
No |
Pertanyaan |
Ya |
Tidak |
1. |
Apakah kalian telah memahami
konsep drama? |
|
|
2. |
Apakah kalian sudah dapat
memahami hakikat drama? |
|
|
3. |
Apakah kalian sudah memahami
jenis-jenis drama? |
|
|
4. |
Apakah kalian sudah dapat
memahami isi sebuah teks drama? |
|
|
5. |
Dapatkah kalian menjelaskan amanat yang terkandung dalam sebuah teks drama? |
|
|
6 |
Dapatkah kalian menentukan jenis sebuah teks drama? |
|
|
Jika menjawab “TIDAK” pada salah satu pertanyaan di atas, maka pelajarilah kembali materi tersebut dan pelajari ulang kegiatan pembelajaran satu. Jangan putus asa untuk mengulang lagi.
KEGIATAN PEMBELAJARAN 2
Mendemontrasikan Naskah Drama
A. Tujuan Pembelajaran
Setelah memahami dan menguasai materi pada kegiatan pertama serta menguasai materi dan seluruh kegiatan pada modul ini, diharapkan kalian dapat menyusun teks drama dan mementaskannya
B. Uraian Materi
1. Alur Drama
a) Definisi Alur Cerita Drama
Menurut Wahyudi Siswanto. 2008. alur adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin sebuah cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam suatu cerita, sedangkan menurut Aminuddin (2004: 83) Alur / plot adalah kesinambungan dari sebuah jalan cerita. Urutan cerita dapat tersusun secara sistematis atas urutan waktu, peristiwa / kejadian dari sebab dan akibat. Selanjutnya Hariyanto (2000:39), menyatakan bahwa alur merupakan jalan cerita atau urut-urutan peristiwa dalam drama dari awal sampai akhir. Dari pendapat beberapa ahli di atas dapat didefinisikan bahwa alur adalah jalan cerita atau rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan- tahapan dari awal sampai akhir dalam drama.
b) Jenis-Jenis Alur Cerita Drama
Jenis alur dapat dikelompokkan dengan menggunakan berbagai kriteria sebagai berikut:
Berdasarkan urutan waktu alur dibedakan menjadi dua yaitu
(1) Alur maju atau disebut juga alur kronologis, alur lurus atau alur progresif. Peristiwa-peristiwa ditampilkan secara kronologis, maju, secara runtut dari awal tahap, tengah hingga akhir.
(2) Alur mundur atau disebut juga alur tak kronologis, sorot balik, regresif, atau flash-back. Peristiwa-peristiwa ditampilkan dari tahap akhir atau tengah dan baru kemudian tahap awalnya.
Berdasarkan kriteria jumlah alur terdiri atas:
(1) Alur tunggal, yaitu alur yang hanya menampilkan seorang tokoh protagonis. Cerita hanya mengikuti perjalanan hidup tokoh tersebut.
(2) Alur jamak, yaitu cerita drama menampilkan lebih dari satu tokoh protagonis. Perjalanan hidup tiap tokoh ditampilkan.
Berdasarkan kriteria hubungan antarperistiwa alur terdiri atas:
(1) Alur erat atau disebut juga alur ketat atau padat. Dalam drama yang beralur cepat, susul menyusul, setiap bagian terasa penting dan menentukan.
(2) Alur longgar yaitu, alur longgar berbanding terbalik dengan alur ketat. Hubungan antarperistiwanya longgar, tersajikan secara lambat, dan diselingi berbagai peristiwa tambahan. Pembaca atau penonton dapat meninggalkan
atau mengabaikan adegan tertentu yang berkepanjangan dengan tanpa kehilangan alur utama cerita.
Berdasarkan kriteria cara pengakhirannya, alur terdiri dari:
(1) Alur tertutup, yaitu alur penampilan kisahnya diakhiri dengan kepastian atau secara jelas.
(2) Alur terbuka, yaitu alur yang penampilan kisahnya diakhiri secara tidak pasti, tidak jelas, serba mungkin. Jadi akhir ceritanya diserahkan kepada imajinasi pembaca atau penonton.
Berdasarkan Kamus Istilah Sastra, alur terdiri atas:
(1) Alur bawahan yaitu alur kedua atau tambahan yang disusupkan disela- sela bagian alur utama sebagai variasi. Alur bawahan merupakan lakuan tersendiri tetapi yang masih ada hubungannya dengan alur utama. Ada kalanya alur bawahan ini dimaksudkan untuk menimbulkan kontras, adakalanya sejalan dengan alur utama. (Sudjiman, 1990: 4)
(2) Alur erat (ketat) yaitu, Jalinan peristiwa yang sangat padu di dalam suatu karya sastra, kalau salah satu peristiwa ditiadakan, keutuhan cerita akan terganggu. (Sudjiman, 1990: 4-5)
(3) Alur longgar yaitu, Jalinan peristiwa yang tidak padu di dalam karya sastra, meniadakan salah satu peristiwa tidak akan menganggu jalan cerita. (Sudjiman, 1990: 5)
(4) Alur menanjak, yaitu jalinan peristiwa dalam satu karya sastra yang semakin menanjak sifatnya. (Sudjiman, 1990: 5)
Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa jenis- jenis alur cerita drama adalah:
(1) Alur maju, yaitu alur yang jalan ceritanya diawali dengan perkenalan, permasalahan, dan diakhiri dengan penutup.
(2) Alur mundur, yaitu alur yang jalan ceritanya langsung ke puncak masalah baru kemudian kembali ke awal cerita.
(3) Alur campuran, yaitu alur campuran antara alur maju dan alur mundur. Pengarang menuliskan secara berurutan dari awal cerita selanjutnya menyisipkan kembali masa lalu atau kembali lagi ke awal cerita.
2. Tahapan
Alur dalam Drama
a) Tahap Eksposisi / Perkenalan
Dalam tahap ini, pengarang memperkenalkan para tokoh dan memberikan gambaran peristiwa yang akan terjadi. Eksposisi sering disebut sebagai Paparan. Eksposisi adalah bagian karya sastra drama yang berisi keterangan mengenai tokoh serta latar. Biasanya eksposisi terletak pada bagian awal.
b) Tahap Konflik Awal
Pada tahap ini, tokoh mulai terlibat persoalan dengan tokoh lain, baik secara individu maupun kelompok, Biasanya konflik ini merupakan titik tolak untuk membangun konflik lain yang lebik panas.
c) Tahap Komplikasi
Pada tahap ini tokoh terlibat persoalan yang lebih serius, baik dengan tokoh yang telah berkonflik sebelumnya, atau dengan orang lain, sehingga konflik smakin menajam. Masing-masing tokoh makin memperlihatkan keinginan atau tujuan yang hendak dicapai.
d) Tahap Klimaks
konflik menajam bergerak ke arah puncak. Masing-masing tokoh memberikan pilihan atau tawaran jalan keluar. Tokoh jahat dan tokoh baik sama-sama berusaha menanggapi keinginannya. Untuk itu, masing-masing tokoh dapat memanfaatkan tokoh lain memihak padanya. Tokoh baik lebih menyukai jalan keluar yang memenangkan tujuannya. Sebaiknya tokoh jahat akan memilih penyelesaian yang sesuai keinginanan dirinya sendiri.
e) Tahap Antiklimaks / Penurunan laku
Pada tahap ini konflik mulai mereda. Masing-masing tokoh menempuh penyelesaian yang diputuskan masing-masing dengan atau tanpa kesepakatan.
f) Tahap Penyelesaian / Ending
Jika penulis naskah menghendaki tema untuk mengedepankan kebaikan, lazimnya tokoh antagonis akan mengalami kekalahan. Akan tetapi, jika pengarang ingin menunjukkan bahwa sebuah kebaikan itu mudah diraih, maka biasanya tokoh baik diletakkan pada posisi menang.
Dalam drama dikenal pula istilah prolog, dialog, dan epilog. Prolog merupakan bagian pembukaan suatu drama, sedangkan dialog berisi percakapan antartokoh yang terdapat dalam drama tersebut. Epilog merupakan adegan akhir atau penutup drama
3. Memerankan
Tokoh dalam Drama Pemeran dalam drama disebut
tokoh.
Silakan kalian simak contoh naskah drama berikut ini.
Zaman
Karya : Sri Kuncoro
( Sumber : www.crayonpedia.org)
………………………………………………………………………………………………………………… Di beranda sebuah rumah yang sederhana, tetapi cukup asri, seorang ibu tampak gelisah
Ibu : Ayah, sepertinya hujan akan turun. Lihatlah mendung itu gelap sekali.
Ayah : Tenanglah Bu. Mereka, ‘kan sudah dewasa.
Ibu : Tapi, kan tidak biasanya mereka pulang terlambat. Lagi pula mendung
Ayah : Mereka toh bisa berlindung, jika nanti hujan turun dengan lebat. Ibu : Ah, Ayah selalu begitu!
Ayah : Ah, Ibu juga selalu begitu!
(Keduanya diam, lalu anak ke-2 memasuki pintu panggung) Ibu : Kenapa pulang terlambat, Man? Sudah makan siang, Nak? Anak 2 : Sudah Bu. Tadi, ada demo yang menghambat lalu lintas.
Ayah : Demo tentang apa dan oleh siapa?
Anak 2 : Tidak tahu, Ya. Saya tidak peduli demo macam apa dan oleh siapa. (Masuk ke kamar, ganti baju, dan keluar lagi).
Ibu : Kau mau kemana lagi, Man? Anak 2 : Voli, Bu. Ada latihan di stadion.
Ibu : Mendung begitu gelap, kakakmu belum pulang. Carilah dulu! Anak 2 : Saya sudah terlambat, Bu. Lagi pula Kakak pasti bisa menjaga diri.
Ibu : Hujan akan segera turun. Nanti dia terjebak hujan. Jemputlah dulu!
Anak 2 : Bu, saya sudah berumur 19 tahun. Jadi, saya rasa, Kakak juga sudah dewasa.
Ayah : Man, jangan kasar kepada ibumu!
(Anak 1 mendadak nyelonong masuk dan menghempaskan tubuhnya ke kasur)
Anak 2 : Tuh, Bu, Putri Cinderela sudah kembali ke istana. Saya pergi dulu! Anak 1 : Reseh, lu!
Anak 1 : Biasalah, Bu, memperjuangkan keadilan. Ayah : Keadilan macam apa?
Anak 1 : Keadilan bagi rakyat jelata. Sekarang ini, ya, segala kepentingan umum.
Ibu : Kau berurusan dengan polisi? Anak 1 : Demi keadilan, Bu.
Ibu : Jangan macam-macam kamu, ya,!
Anak 1 : Ibu jangan khawatir. Jangan panik seperti itu!
………………………………………………………………………………………………………….
Pemeran atau tokoh-tokoh dalam drama tersebut adalah: Ayah, ibu. Anak 1 dan anak 2, yang memiliki karakter dan perwatakannya masing-masing.
C. Rangkuman Materi
1. Alur adalah jalan cerita atau rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan- tahapan dari awal sampai akhir dalam drama.
2. Jenis alur berdasarkan urutan waktu terdiri atas alur maju atau kronologis dan alur mundur, sedangkan berdasarkan jumlah alur terdiri atas alur tunggal dan alur ganda. Berdasarkan hubungan antarperistiwa dibagi menjadi alur rapat dan alur longgar, sedangkan berdasarkan cara pengakhirannya terdiri atas alur tertutup dan alur terbuka. Alur menurut kamus istilah sastra terdiri atas alur bawahan, alur erat, alur longgar, dan alur menanjak, sedangkan menurut beberapa ahli disimpulkan terdiri atas alur maju, alur mundur, dan alur campuran.
3. Dalam memerankan tokoh dalam drama diperlukan penguasaan karakter dan penokohan.
D. Penugasan Mandiri
Anak-anak hebat, tentunya kalian sudah mencermati dan memahami seluruh materi pada kegiatan kedua di atas. Tibalah kalian akan mengerjakkan tugas agar pemahaman dan keterampilan kalian maksimal. Ikuti instruksi tugas berikut dengan seksama!
1. Susunlah naskah drama dengan tema persahabatan!
2. Menyusun bagian-bagian penting ulasan yang akan ditulis.
3. Menyusun ulasan terhadap pesan yang kalian peroleh dalam cerita pada buku fiksi yang telah dibaca.
4. Mengedit tulisan yang sudah kalian buat, dari segi isi, bahasa dan ejaan yang belum sesuai, sehingga menjadi tulisan yang menarik dan tepat.
Hasil Kegiatan
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
_
E. Latihan Soal
1. Jelaskan
apa yang dimaksud dengan alur dalam teks drama?
2. Tuliskan
jenis-jenis alur!
3. Jelaskan
tahapan alur dalam drama!
Pembahasan dan Pedoman Penskoran Latihan
Soal Pembelajaran 2
N0 Soal |
Jawaban Soal |
Aspek yang Dinilai |
Skor |
1 |
Alur adalah jalan cerita atau rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan dari awal sampai akhir dalam drama. |
Peserta didik menjawab soal dengan tepat |
3 |
Peserta didik menjawab soal kurang tepat |
2 |
||
Peserta didik menjawab soal tidak tepat |
1 |
N0 Soal |
Jawaban Soal |
Aspek yang Dinilai |
Skor |
2 |
Jenis-Jenis Alur Cerita Drama Jenis alur dapat dikelompokkan dengan menggunakan berbagai kriteria sebagai berikut: Berdasarkan urutan waktu alur dibedakan menjadi dua yaitu (3) Alur maju atau disebut juga alur kronologis, alur lurus atau alur progresif. Peristiwa-peristiwa ditampilkan secara kronologis, maju, secara runtut dari awal tahap, tengah hingga akhir. (4) Alur mundur atau disebut juga alur tak kronologis, sorot balik, regresif, atau flash-back. Peristiwa-peristiwa ditampilkan dari tahap akhir atau tengah dan baru kemudian tahap awalnya. Berdasarkan kriteria jumlah alur terdiri atas: (3) Alur tunggal, yaitu alur yang hanya menampilkan seorang tokoh protagonis. Cerita hanya mengikuti perjalanan hidup tokoh tersebut. (4) Alur jamak, yaitu cerita drama menampilkan lebih dari satu tokoh protagonis. Perjalanan hidup tiap tokoh ditampilkan. Berdasarkan kriteria hubungan antarperistiwa alur terdiri atas: (3) Alur erat atau disebut juga alur ketat atau padat. Dalam drama yang beralur |
Peserta didik menjawab soal dengan tepat |
3 |
Peserta didik menjawab soal kurang tepat |
2 |
||
Peserta didik menjawab soal tidak tepat |
1 |
|
cepat, susul menyusul, setiap bagian terasa penting dan menentukan. (4) Alur longgar yaitu, alur longgar berbanding terbalik dengan alur ketat. Hubungan antarperistiwanya longgar, tersajikan secara lambat, dan diselingi berbagai peristiwa tambahan. Pembaca atau penonton dapat meninggalkan atau mengabaikan adegan tertentu yang berkepanjangan dengan tanpa kehilangan alur utama cerita. Berdasarkan kriteria cara pengakhirannya, alur terdiri dari: (4) Alur tertutup, yaitu alur penampilan kisahnya diakhiri dengan kepastian atau secara jelas. (5) Alur terbuka, yaitu alur yang penampilan kisahnya diakhiri secara tidak pasti, tidak jelas, serba mungkin. Jadi akhir ceritanya diserahkan kepada imajinasi pembaca atau penonton. |
|
|
N0 Soal |
Jawaban Soal |
Aspek yang Dinilai |
Skor |
3 |
Tahapan
Alur dalam Drama a. Tahap Eksposisi/ Perkenalan b. Tahap Konflik Awal c. Tahap Komplikasi d. Tahap Klimaks e. Tahap Antiklimaks / tanpa kesepakatan. f. Tahap Penyelesaian / Ending . |
Peserta didik menjawab soal dengan tepat |
3 |
Peserta didik menjawab soal kurang tepat |
2 |
||
Peserta didik menjawab soal tidak tepat |
1 |
skor yang diperoleh x 100 Nilai: =
Skor maksimal
Setelah kalian belajar melalui kegiatan pembelajaran dua, berikut diberikan tabel untuk mengukur diri kalian terhadap materi yang sudah kalian pelajari. Jawablah sejujurnya terkait dengan penguasaan materi, dan Isilah tabel refleksi diri terhadap pemahaman materi di tabel berikut dan centanglah (√).
No |
Pertanyaan |
Ya |
Tidak |
1. |
Apakah kalian telah memahami
pengertian alur drama? |
|
|
2. |
Apakah kalian sudah dapat
memahami tahapan alur
dalam drama? |
|
|
3. |
Apakah kalian sudah memahami jenis alur dalam
drama? |
|
|
4. |
Apakah kalian dapat memahami karakter tokoh dalam sebuah
teks drama? |
|
|
5. |
Apakah kalian sudah dapat
menyusun sebuah teks
drama? |
|
|
Jika menjawab “TIDAK” pada salah satu pertanyaan di atas, maka pelajarilah kembali materi tersebut dan pelajari ulang kegiatan pembelajaran dua. Jangan putus asa untuk mengulang lagi.
EVALUASI
Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang kalian anggap benar!
![Text Box: Van Dijk : Tadi kan bilang, bahwa isrimu cantik, bukan? Cantik sekali dan kau cinta sekali kepadanya?
Pedagang : yyya
Van Dijk : Kau juga mengatakan padaku bahwa kau lebih cinta kepadanya daripada nyawamu sendiri. Masih ingat?
Pedagang : Ya !
Van Dijk : Baik..baik, nyawamu akan kuselamatkan, asal istrimu kau serahkan padaku.
Bagaimana, setuju?
Pedagang : Setuju major, setuju.
Van Dijk : Tadi kau bilang kalau istrimu tak bisa dibeli; kini kau berikan untuk membeli nyawamu. Begitu mudah, begitu enteng!
(Bunga-bunga Bangsa, Emil Sanosa)](file:///C:/Users/cool/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image035.gif)
Bacalah cuplikan drama berikut untuk menjawab soal nomor 1 dan 2.
![Text Box: Van Dijk : Tadi kan bilang, bahwa isrimu cantik, bukan? Cantik sekali dan kau cinta sekali kepadanya?
Pedagang : yyya
Van Dijk : Kau juga mengatakan padaku bahwa kau lebih cinta kepadanya daripada nyawamu sendiri. Masih ingat?
Pedagang : Ya !
Van Dijk : Baik..baik, nyawamu akan kuselamatkan, asal istrimu kau serahkan padaku.
Bagaimana, setuju?
Pedagang : Setuju major, setuju.
Van Dijk : Tadi kau bilang kalau istrimu tak bisa dibeli; kini kau berikan untuk membeli nyawamu. Begitu mudah, begitu enteng!
(Bunga-bunga Bangsa, Emil Sanosa)](file:///C:/Users/cool/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image035.gif)
1. Watak tokoh Van Dijk dalam penggalan drama di atas adalah …
A. penyabar
B. pemarah
C. tegas
D. jahat
E. baik hati.
2. Konflik dalam penggalan drama tersebut adalah … A.Van Dijk ingin merebut istri pedagang yang cantik
B. pedagang marah kepada Van Dijk karena istrinya ingin direbut
C. Van Dijk ingin membunuh pedagang
D. pedagang yang takut kepada Van Dijk
E. istri pedagang mencintai Van Dijk
Bacalah cuplikan novel berikut untuk menjawab
soal nomor 3 dan 4.
3. Konflik yang terjadi antara tokoh Tina dan Ibu adalah ….
A. pasrah menjalani takdir
B. pandangan mengenai takdir
C. nasib merupakan takdir
D. usaha melawan takdir
E. tidak percaya kepada takdir
4. Kalimat yang tepat
untuk mengisi dialog
yang rumpang tersebut adalah ….
A. Sekarang berani kau membantah ibumu.
B. Terserah apa maumu.
C. Maksud ibu bukan seperti itu Tina.
D. Apa hanya itu usaha kalian untuk merubah takdir hidup kalian?
E. Mengapa Engkau tidak percaya kepada takdir?
5. Bacalah kutipan drama berikut!
Masalah yang diungkap dalam kutipan drama tersebut adalah...
A. ketidakberdayaan melawan kejahatan
B. kesetiaan anak buah terhadap bosnya
C. kepasrahan seseorang
D. penculikan seorang anak perempuan
E. Bingung masalah tempat
6. Bacalah kutipan teks berikut.
Konflik yang terkandung dalam kutipan drama tersebut adalah …
A. Kecemasan Pak Lurah yang sangat berlebih-lebihan.
B. Telinga Pak Lurah yang tidak berfungsi dengan baik.
C. Pak Wongso tidak melaporkan kejadian dengan jelas.
D. Pak Lurah tidak menanggapi laporan Pak Wongso.
E. Pak Lurah memarahi Pak Wongso setiap hari.
7. Bacalah kutipan teks berikut.
Tema yang tersirat dari penggalam drama diatas adalah…..
A. kepercayaan
B. persahabatan
C. permusuhan
D. percintaan
E. pertentangan keluarga
8. Cermati kutipan drama berikut!
Masalah yang diungkapkan dalam kutipan naskah drama tersebut adalah ....
A. harapan seorang pengemis terhadap masa depannya
B. penghasilan sepasang pengemis yang tidak memadai
C. pekerjaan yang dilakukarn setiap hari oleh manusia
D. pertanyaan seorang suami kepada istri dan'anaknya
E. suami istri saling menasihati dan menyayangi
Cermati kutipan drama berikut untuk menjawab soal nomor 9 dan 10
9. Peribahasa yang tepat untuk melengkapi kutipan drama tersebut adalah ....
A. Ada batang cendawan tumbuh
B. Bagai makan buah simalakama
C. Seperti membuang garam ke laut
D. Nasi sudah menjadi bubur
E. Tiada rotan akar pun jadi
10. Amanat kutipan teks drama tersebut adalah…
A. Jadilah anak yang mematuhi nasihat orang tuanya.
B. Janganlah berputus asa menjalani kesulitan hidup.
C. Jadilah sahabat yang mampu membantu kesulitan orang lain.
D. Jadilah orang mampu berterima kasih atas bantuan orang lain.
E. Jadilah pekerja keras sehingga mudah mendapatkan kesuksesan
Kunci
Jawaban Evaluasi
No |
Kunci Jawaban |
1. |
D |
2. |
A |
3. |
B |
4. |
D |
5. |
A |
6. |
D |
7. |
D |
8. |
B |
9. |
D |
10. |
B |
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, A. Kasim. (1981). Analisis Kebudayaan. Teater Rakyat di Indonesia. Tahun 1 Nomor 2
Barranger, Milly S. (1994). Understanding Plays. Boston: Allyn and Bacon. Elam, Keir. The Semiotics of Theatre and Drama. New York:Metheun & Co.
Harymawan, RMA. (1988). Dramaturgi. Bandung: Rosda.
Hoa Kim Nio. (1981). Pengajaran Apresiasi Drama. Jakarta: P3G Depdikbud. Hartoko, Dick dan B. Rahmanto. (1998). Kamus Istilah Sastra. Yogyakarta: Kanisius. Moody, H.L.B. (1971). The Teaching of Literature. London: Longman.
Rahmanto, B. (2000). Metode Pengajaran Sastra (Cet. ke-8). Yogyakarta: Kanisius. Soemanto, Bakdi. (2001). Jagat Teater. Yogyakarta: Media Pressindo.
Rumadi, A. (ed). (1988). Kumpulan Drama Remaja. Jakarta: Gramedia. Sudjiman, Panuti. (1990). Kamus Istilah Sastra. Jakarta: UI Press.
Sumardjo, Jakob. (1986). Ikhtisar Sejarah Teater Barat. Bandung: Angkasa.
Waluyo, Herman J. (2001). Drama: Teori dan Pengajarannya. Yogyakarta: Hanindita Graha Widia.
Yudiaryani. (2002). Panggung Teater Dunia, Perkembangan dan Perubahan Konvensi.
Yogyakarta: Pustaka Gondho Suli.
Kosasih, Engkos. 2014. Jenis-jenis Teks SMA. Jakarta: Erlangga. Bandung: Yrama Widya
https://www.seputarpengetahuan.co.id/2015/03/jenis-jenis-drama-dan- penjelasannya-lengkap.html. Diakses pada tanggal 1 Oktober 2020, pukul 22.20 WIB
http://asagenerasiku.blogspot.com/2012/12/unsur-unsur-drama-tokoh-latar- dan.html. Diakses pada tanggal 1 Oktober 2020, pukul 22.33 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar