Materi
Teks Cerpen
Pengertian Teks Cerpen
a. Pengertian Cerpen
Secara Umum
Cerpen adalah cerita pendek yakni merupakan
sebuah bentuk prosa naratif fiktif. Cerita pendek ini dominan singkat, padat,
serta langsung kepada tujuan daripada karya fiksi lain yang lebih panjang,
seperti novel dan novella.
Pada umumnya, isi dari cerita pendek akan
berpusat kepada satu tokoh serta situasi tertentu yang maka akan ada puncak
masalah (klimaks) serta penyelesaiannya.
Jumlah kata yang ada pada cerpen sekitar 500 –
5000 kata.
Oleh sebab itu, cerpen kerap diungkapkan pada
bentuk bacaan yang hanya sekali baca atau sekali duduk.
Cerita pendek satu ini pada umumnya memiliki
tema yang sederhana dengan jumlah tokoh yang terbatas. Dan juga jalan ceritanya
sederhana serta latar nya meliputi ruang lingkup terbatas.
b. Pengertian Cerpen
Menurut Para Ahli
Berikut ini adalah beberapa pengertian cerpen
menurut para ahli, antara lain:
1. Ahli Bahasa &
Sastra
Merupakan sebuah cerita yang memiliki wujud
fisiknya berbentuk pendek. Dalam panjang pendeknya cerita tersebut memang
relatif, namun terdapat standar umumnya yaitu cerita pendek yang pada saat
dibaca itu sekitar sepuluh menit hingga setengah jam.
2. Sumardjo dan Saini
Merupakan cerita fiktif atau tidak betul – betul
terjadi namun demikian dapat saja terjadi kapanpun serta dimanapun dimana
ceritanya relatif pendek.
3. Nugroho Notosusanto
Merupakan sebuah cerita yang panjang antara 5000
kata atau kira – kira 17 halaman kuarto spasi, isinya terpusat serta lengkap
pada dirinya.
4. Aoh. K.H
Merupakan suatu bentuk kisah prosa yang
berbentuk pendek.
5. B Jassin
Merupakan cerita singkat yang memiliki bagian
terpenting seperti perkenalan, pertikaian serta penyelesaian.
6. A. Bakar Hamid
Cerita pendek seharusnya dilihat dari kuantitas
kata yang dipakai, yakni antara 500 sampai 20.000 kata, di dalamnya mengandung,
terdapat satu karakter, serta memiliki kesan.
7. Saini
Merupakan cerita pendek fiksi yang tidak benar –
benar terjadi, namun dapat terjadi kapan saja serta dimana saja, cerita
tersebut relatif singkat.
Struktur Teks Cerpen
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, cerpen
memiliki 6 elemen penting yang membangunnya agar menjadi cerita yang utuh.
Berikut ini merupakan ke enam elemen tersebut
atau yang juga disebut sebagai struktur cerpen, antara lain:
1. Abstrak
Abstrak merupakan suatu ringkasan atau inti dari
cerpen yang menjadi gambaran awal sebuah cerita.
Unsur abstrak bersifat opsional atau bisa
digunakan atau tidak digunakan.
Advertisement
2. Orientasi
Orientasi merupakan segala hal yang berkaitan
dengan suasana, waktu, serta tempat yang terdapat di dalam cerita pendek.
3. Komplikasi
Komplikasi merupakan suatu urutan beragam
kejadian yang dikaitkan berdasarkan sebab – akibat.
Kalian bisa melihat karakter atau watak suatu
tokoh di dalam cerpen dalam struktur satu ini.
4. Evaluasi
Evaluasi merupakan struktur konflik yang
berlangsung serta mengarah kepada klimaks dan mulai menemukan solusi maupun
penyelesaian atas masalah atau konflik tersebut.
5. Resolusi
REsolusi adalah bagian dimana berisi keterangan
solusi atau penyelesaian atas masalah yang sudah dialami oleh tokoh di dalam
cerpen.
6. Koda
Koda berupa nilai moril atau pelajaran yang
dapat diperoleh oleh pembaca cerpen yang menandakan akhir dari cerita.
Fungsi Teks Cerpen
Adapun beberapa fungsi cerpen yang harus kalian
ketahui seperti berikut ini:
1. Fungsi Didaktif
Merupakan fungsi yang bisa mendidik serta
mengarahkan pembaca lewat nilai – nilai kebenaran yang ada di dalam cerpen.
2. Fungsi Estetis
Merupakan fungsi yang memberikan keindahan
terhadap para pembacanya.
3. Fungsi Moralitas
Merupakan fungsi cerpen yang akan memberikan
nilai moral sehingga para pembaca akan mengerti moral yang baik serta tidak
baik untuk dirinya.
4. Fungsi Rekreatif
Merupakan fungsi yang bisa membuat para pembaca
merasa gembira, senang, serta terhibur.
5. Fungsi Religiusitas
Merupakan fungsi cerpen yang mengandung ajaran
agama serta dapat menjadi teladan untuk para pembacanya.
Ciri – Ciri Teks Cerpen
Cerpen memiliki ciri – ciri yakni berbentuk prosa naratif fiktif atau berbentuk cerita padat serta langsung mengenai tujuan. Sebab biasanya karya fiksi jenis lain berbentuk panjang.
Pada cerpen memiliki 6 elemen penting untuk
membangun teks ini sehingga dapat membentuk sebuah cerita yang utuh.
Berikut ini adalah beberapa ciri yang ada pada
cerita pendek, antara lain:
- Memiliki alur yang sederhana.
- Tokoh yang terlibat sedikit.
- Latar hanya dilukiskan sesaat
serta pada lingkup yang relatif terbatas.
- Terdiri dari 3 – 10 halaman.
- Habis dibaca dalam satu kali
duduk.
- Hanya terdapat satu plot /
alur.
- Watak serta tokoh dikisahkan
atau diterangkan dengan singkat.
- Bersifat fiktif.
- Menggunakan bahasa yang mudah
untuk dipahami.
- Hanya menyajikan masalah utama.
- Teks tidak lebih dari 10.000
kata.
Kaidah Kebahasaan Teks
Cerpen
- Menggunakan bahasa tidak baku
& tidak formal.
- Berisi kata keterangan guna
mendeskripsikan latar waktu tempat serta suasana.
Contoh: Di sore hari yang cerah, di kebun jambu yang rimbun dengan dedaunan serta lainnya. - Memuat kata sifat yang
menggambarkan pelaku seperti penampilan fisik serta kepribadian si tokoh
yang ada di dalam cerpen.
Sebagai contoh sosoknya tinggi, perawakannya gagah, rambutnya beruban, atau sifat tokoh yang lainnya. - Dapat memakai gaya bahasa yang
sifatnya konotasi.
Contoh: Pucuk langit, bajing loncat, memanggang bus serta mulut terminal. - Memakai kalimat langsung &
tidak langsung untuk penulisan percakapan pada cerpen.
- Dapat memakai gaya bahasa
perbandingan, pertentangan, pertautan dan perulangan.
Unsur – Unsur Dalam Teks
Cerpen
Unsur di dalam cerpen dibedakan menjadi dua
jenis, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik, berikut penjelasannya,
antara lain:
a. Unsur Intrinsik
Unsur intrinsik cerpen merupakan unsur pembangun
yang asalnya dari dalam cerpen itu sendiri.
Yang berarti unsur satu ini dapat kalian temukan
hanya dengan membaca isi dari cerpen itu.
Adapun beberapa macam unsur intrinsik cerita
pendek, antara lain:
1. Tema
Tema merupakan suatu gagasan pokok atau ide yang
mendasari cerita pendek itu sendiri.
2. Penokohan
Penokohan adalah pemberian sifat kepada tokoh
yang terdapat di dalam cerita.
Advertisement
Dalam mengidentifikasi watak atau karakter dari
seorang tokoh bisa dilakukan dengan menggunakan dua metode, yaitu metode
analitik (secara langsung) dan metode dramatik (secara tidak langsung).
3. Alur (Plot)
Alur atau plot adalah urutan kejadian di dalam
sebuah cerita.
Alur ini memiliki tiga jenis yang berbeda,
seperti alur maju, mundur serta campuran.
4. Setting (Latar)
Setting merupakan latar sebuah peristiwa di
dalam cerpen itu terjadi. Setting ini mencangkup latar tempat, waktu serta
suasana yang digambarkan pada suatu cerita.
5. Sudut Pandang
Sudut pandang merupakan posisi pengarang di
dalam cerita. Sudut pandang dapat berwujud orang pertama (cirinya memakai kata
aku) atau orang ketiga (pengarang yang mengetahui segalanya).
6. Gaya Bahasa
Gaya bahasa adalah cara khas dari si pengarang
untuk mengungkapkan suatu kata atau kalimat pada cerita itu sehingga akan
terkesan lebih indah serta bermakna.
7. Amanat
Amanat adalah pesan yang bisa diambil oleh para
pembaca selepas menyelesaikan cerita itu.
b. Unsur Ekstrinsik
Unsur ekstrinsik adalah unsur yang membangun
sebuah cerita yang asalnya dari luar cerita.
Adapun beberapa unsur ekstrinsik pada cerita
pendek, diantaranya ialah sebagai berikut:
- Latar belakang dari kehidupan
si pengarang.
- Keadaan zaman ketika karya
sastra tersebut diciptakan.
- Tingkat pendidikan.
- Pekerjaan atau profesi.
- Status sosial ekonomi
masyarakat.
- Pandangan ideologi dan politik.
- Keyakinan dalam agama.
- Faham yang dianut oleh si
pengarang.
- Nilai yang ada di dalam cerpen
(budaya, sosial, dan moral).
- Aliran sastra.
- Kondisi psikologis.
- Biografi.
Mengidentifikasi Nilai-nilai Kehidupan yang Terkandung dalam Cerita Pendek
A. Tujuan Pembelajaran
Setelah kegiatan pembelajaran 1 ini diharapkan kalian dapat mengidentifikasi nilai- nilai kehidupan yang terkandung dalam cerita pendek dengan kritis, kreatif, jujur, disiplin, dan kerja sama.
B. Uraian Materi
Cerita pendek merupakan salah satu karya sastra yang memusatkan diri pada satu tokoh dalam satu situasi. Dalam cerita pendek, kita akan banyak menemukan berbagai karakter tokoh, baik protagonis maupun antagonis. Keduanya merupakan cerminan nyata dari kehidupan di dunia. Namun, dari karakter tokoh tersebut kita dapat menemukan nilai-nilai kehidupan, yaitu perbuatan baik yang harus kita tiru dan perbuatan buruk yang harus kita jauhi.
Pada pelajaran kali ini kalian akan mempelajari:
1. Mengidentifikasi
nilai-nilai kehidupan yang ada pada cerita pendek;
2.
Mendemonstrasikan nilai-nilai kehidupan yang
terkandung dalam cerita pendek.
Pengertian cerita pendek
Apakah kalian pernah mendengar ungkapan “cerita yang dapat dibaca hanya sekali duduk”? Dalam ungkapan ini dapat disimpulkan bahwa cerita yang dimaksud adalah cerita pendek atau cerpen. Cerpen merupakan salah satu bacaan terfavorit karena cerita yang dibentuk pendek dan juga memiliki nilai-nilai kehidupan yang bermanfaat untuk menjalani kehidupan sehari-hari. Untuk memahami cerpen ini ada beberapa pengertian, apa saja ya?
Cerita pendek atau dapat disebut sebagai cerpen adalah bagian dari karya sastra yang berbentuk naratif. Dari pengertiannya, cerpen merupakan cerita singkat dengan
jumlah kata sekitar 500-5.000 kata yang berfokus pada satu tokoh dalam suatu peristiwa atau situasi.
Pada umumnya, cerpen bersifat fiksi atau rekayasa dan masalah yang terdapat dalam cerpen biasanya memiliki kesan tunggal. Disamping itu, ada berbagai macam karakter tokoh baik antagonis maupun protagonis. Dari karakter tersebut dapat dipelajari hal-hal yang benar dan salah berdasarkan nilai-nilai kehidupan dalam cerpen.
Selain definisi di atas, ada beberapa pengertian cerpen. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), cerpen adalah sastra kisahan pendek atau kurang dari sepuluh ribu kata yang memberikan kesan tunggal yang dominan dan memusatkan diri pada satu tokoh dalam satu situasi atau pada suatu ketika.
Menurut Sutardi, cerpen adalah rangkaian peristiwa yang terjalin menjadi satu yang di dalamnya terjadi konflik antartokoh atau dalam diri tokoh itu sendiri dalam latar dan alur. Peristiwa dalam cerita berwujud hubungan antartokoh, tempat, dan waktu yang membentuk satu kesatuan.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa cerpen adalah prosa berisi gagasan, pikiran, pengalaman yang diimajinasikan dan membentuk sebuah peristiwa dengan satu peristiwa puncak.
Nilai Nilai Cerita Pendek
Perhatikan
penggalan cerita pendek di bawah ini!
Pak, pohon pepaya di pekaranganku telah dirobohkan dengan tak semena-mena, tidaklah sepatutnya hal itu kulaporkan? Itu benar, tapi jangan melebih-lebihkan. Ingat, yang harus diutamakan ialah kerukunan kampung. Soal kecil yang dibesar- besarkan bisa mengakibatkan kericuhan dalam kampung. Setiap soal mesti diselesaikan dengan sebaik- baiknya. Tidak boleh main seruduk. Masih ingatkah kau pada peristiwa Dullah dan Bidin tempo hari? Hanya karena soal dua kilo beras, seorang kehilangan nyawa dan yang lain meringkuk di penjara. (Cerpen “Gerhana”, Muhammad Ali)
Penggalan cerpen tersebut mengungkapkan perlunya menjaga diri, yakni untuk tidak melebih-lebihkan persoalan sepele karena hal tersebut bisa berakibat fatal. Dalam unsur-unsur intrinsik karya sastra, pernyataan tersebut dinamakan dengan amanat. Pernyataan seperti itulah yang dianggap bernilai atau sesuatu yang berguna sebagai “obor” atau petunjuk jalan bagi seseorang dalam berperilaku. Oleh karena itu, berkaitan dengan baik-buruknya perilaku dalam bermasyarakat, hal itulah yang dinamakan dengan nilai moral.
Nilai dari sebuah cerpen tidak hanya berkaitan dengan keindahan bahasa dan kompleksitas jalinan cerita. Nilai atau sesuatu yang berharga dalam cerpen juga berupa pesan atau amanat. Wujudnya seperti yang dikemukakan di atas: ada yang berkenaan dengan masalah budaya, moral, agama, atau politik. Realitas pesan-pesan itu mungkin berupa pentingnya menghargai tetangga, perlunya kesetiaan pada kekasih, ketawakalan kepada Tuhan, dan sebagainya. Hanya kadang-kadang kita tidak mudah untuk merasakan kehadiran pesan-pesan itu. Karya-karya semacam itu perlu kita hayati benar-benar.
Nilai dalam cerita pendek berupa norma-norma yang ada dalam kehidupan. Nilai- nilai kehidupan yang dapat dipetik sebagai perenungan atau pembelajaran oleh pembaca yang berupa norma dari sebuah cerpen.
Keberagaman nilai yang ada dalam budaya atau kultur manusia, berdasarkan arah tujuan dan fungsi nilai bagi kehidupan manusia dapat digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu (1) nilai hidup ketuhanan manusia, (2) nilai sosial kehidupan manusia, dan (3) nilai kehidupan pribadi manusia (Amir, dalam Sukatman 1992:15). Sastra dan tata nilai kehidupan sebagai fenomena sosial saling berkaitan. Dalam mencipta sastra, sastrawan memanfaatkan nilai kehidupan yang ada di dunianya. Pada gilirannya, hasil cipta sastra itu akan menyampaikan nilai-nilai yang termuat dalam karyanya kepada masyarakat penikmat sehingga sastra tersebut bisa memengaruhi pola pikir pembaca sastra. Oleh sebab itu, dikatakan bahwa di dalam sastra terdapat nilai kehidupan (Wellek dan Warren, 1989).
Nilai adalah suatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan berguna bagi manusia. Dalam karya sastra berwujud makna ditulis melalui unsur instrinsik seperti perilaku, dialog, peristiwa, latar/setting, dan sebagainya. Menurut Suherli, dkk. terdapat enam nilai dalam cerita pendek yaitu:
a. Nilai Budaya
Nilai yang diambil dari budaya yang berkembang secara turun-menurun di masyarakat (berhubungan dengan budaya Melayu) Ciri khas nilai-nilai budaya dibandingkan nilai lainnya adalah masyarakt takut meninggalkan atau menentang nilai tersebut karena “takut” sesuatu yang buruk akan menimpanya.
b. Nilai Moral
Nilai yang berhubungan dengan masalah moral. Pada dasarnya nilai moral berkaitan dengan nasihat-nasihat yang berkaitan dengan budi pekerti, perilaku, atau tata susila yang dapat diperoleh pembaca dari cerita yang dibaca atau dinikmatinya.
c. Nilai Agama/Religi
Nilai yang berhubungan dengan masalah keagaman. Nilai religi biasanya ditandai dengan penggunaan kata dan konsep Tuhan, mahluk gaib, dosa-pahala, serta surga-neraka.
d. Nilai Pendidikan/ Edukasi
Nilai yang berhubungan dengan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang/kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan
e. Nilai Estetika
Nilai yang berhubungan dengan keindahan dan seni.
f. Nilai Sosial
Nilai yang berhubungan dengan kehidupan di dalam masyarakat. Biasanya berupa nasihat-nasihat yang berkaitan dengan kemasyarakatan. Indikasi nilai sosial dikaitkan dengan kepatuhan dan kepantasan bila diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan mempelajari cerita pendek kalian akan mengetahui tentang budaya, moral, agama, pendidikan, sasial dan nilai-nilai kehidupan lain. Dari cerita hikayat, kita dapat memetik nilai-nilai kehidupan sebagai cermin bagi kehidupan kita.
Mengidentifikasi Nilai-nilai Kehidupan dalam Cerita Pendek
Untuk memahami isi suatu cerpen, termasuk nilai-nilai yang ada di dalamnya, kita sebaiknya mengawali dengan sejumlah pertanyaan. Dengan demikian, pemahaman kita terhadap cerpen itu akan lebih fokus dan mendalam. Pertanyaan-pertanyaan itu dapat dikelompokkan mulai dari pemahaman literal, interpretatif, intergratif, kritis, dan kreatif. Untuk itu, kita pun dapat mengujinya dengan sejumlah pertanyaan seperti berikut.
1. Pertanyaan literal
a. Di mana dan kapan cerita itu terjadi?
b. Siapa saja tokoh cerita itu?
2. Pertanyaan interpretatif?
a. Apa maksud tersembunyi di balik pernyataan tokoh A?
b. Bagaimana makna lugas dari perkataan tokoh B?
3. Pertanyaan integratif
a. Bercerita tentang apakah cerpen di atas?
b. Apa pesan moral yang hendak disampaikan pengarang dari cerpennya itu?
4. Pertanyaan kritis
a. Ditinjau dari sudut pandang agama, bolehlah tokoh C berbohong pada tokoh A?
b. Apa kelebihan dan kelemahan cerpen itu berdasarkan aspek kebahasaan yang digunakannya?
5. Pertanyaan kreatif
a. Bagaimana sikapmu apabila berposisi sebagai tokoh A dalam cerpen itu?
b. Bagaimana kira-kira kelanjutan cerpen itu seandainya tokoh utamanya tidak dimatikan pengarang?
Contoh Cerpen
Senyum Karyamin
Karya Ahmad Tohari
Si paruh udang kembali melintas cepat dengan suara mencecet. Karyamin tak lagi membencinya karena sadar, burung yang demikian sibuk pasti sedang mencari makan buat anak-anaknya dalam sarang entah di mana. Karyamin membayangkan anak-anak si paruh udang sedang meringkuk lemah dalam sarang yang dibangun dalam tanah di sebuah tebing yang terlindung. Angin kembali bertiup. Daun-daun jati beterbangan dan beberapa di antaranya jatuh ke permukaan sungai. Daun-daun itu selalu saja bergerak menentang arus karena dorongan angin. "Jadi, kamu sungguh tak mau makan, Min?" tanya Saidah ketika melihat Karyamin bangkit.
"Tidak. Kalau kamu tak tahan melihat aku lapar, aku pun tak tega melihat lenganmu habis karena utang-utangku dan kawan-kawan."
"Iya Min, iya, tetapi "
Saidah memutus kata-katanya sendiri karena Karyamin sudah berjalan menjauh. Tetapi Saidah masih sempat melihat Karyamin menolehkan kepalanya sambil tersenyum, sambil menelan ludah berulang-ulang. Ada yang mengganjal di tenggorokan yang tak berhasil didorongnya ke dalam. Diperhatikannya Karyamin yang berjalan melalui lorong liar sepanjang tepi sungai. Kawan-kawan Karyamin
menyeru-nyeru dengan segala macam seloroh cabul. Tetapi Karyamin hanya sekali berhenti dan menoleh sambil melempar senyum.
Sebelum naik meninggalkan pelataran sungai, mata Karyamin menangkap sesuatu yang bergerak pada sebuah ranting yang menggantung di atas air. Oh, si paruh udang. Punggung biru mengkilap, dadanya putih bersih, dan paruhnya merah saga. Tiba - tiba burung itu menukik menyambar ikan kepala timah sehingga air berkecipak. Dengan mangsa diparuhnya, burung itu melesat melintas para pencari batu, naik menghindari rumpun gelangan dan lenyap di balik gerumbul pandan. Ada rasa iri di hati Karyamin terhadap si paruh udang. Tetapi dia hanya bisa tersenyum sambil melihat dua keranjangnya yang kosong.
Sesungguhnya Karyamin tidak tahu betul mengapa dia harus pulang. Di rumahnya tak ada sesuatu buat mengusir suara keruyuk dari lambungnya. Istrinya juga tak perlu dikhawatirkan. Oh ya, Karyamin ingat bahwa istrinya memang layak dijadikan alasan buat pulang. Semalaman tadi istrinya tak bisa tidur lantaran bisul di puncak pantatnya. "Oleh karena itu, apa salahnya bila aku pulang buat menemani istriku yang meriang."
Karyamin mencoba berjalan lebih cepat meskipun kadang secara tiba-tiba banyak kunang-kunang menyerbu ke dalam rongga matanya. Setelah melintasi titian Karyamin melihat sebutir buah jambu yang masak. Dia ingin memungutnya, tetapi urung karena pada buah itu terlihat bekas gigitan kampret.
Dilihatnya juga buah salak berceceran di tanah di sekitar pohonnya. Karyamin memungut sebuah, digigit, lalu dilemparkannya jauh-jauh. Lidahnya seakan terkena air tuba oleh rasa buah salak yang masih mentah. Dan Karyamin terus berjalan. Telinganya mendenging ketika Karyamin harus menempuh sebuah tanjakan. Tetapi tak mengapa, karena dibalik tanjakan itulah rumahnya.
Sebelum habis mendaki tanjakan, Karyamin mendadak berhenti. Dia melihat dua buah sepeda jengki diparkir di halaman rumahnya. Denging dalam telinganya terdengar semakin nyaring. Kunang-kunang di matanya pun semakin banyak. Maka Karyamin sungguh-sungguh berhenti, dan termangu. Dibayangkannya isterinya yang sedang sakit harus menghadapi dua penagih bank harian. Padahal Karyamin tahu, istrinya tidak mampu membayar kewajibannya hari ini, hari esok, hari lusa, dan entah hingga kapan, seperti entah kapan datangnya tengkulak yang telah setengah bulan membawa batunya.
Masih dengan seribu kunang-kunang di matanya, Karyamin mulai berpikir apa perlunya dia pulang. Dia merasa pasti tak bisa menolong keadaan, atau setidaknya menolong istrinya yang sedang menghadapi dua penagih bank harian. Maka pelan- pelan Karyamin membalikkan badan, siap kembali turun. Namun di bawah sana Karyamin melihat seorang lelaki dengan baju batik motif tertentu dan berlengan panjang. Kopiahnya yang mulai botak kemerahan meyakinkan Karyamin bahwa lelaki itu adalah Pak Pamong.
“Nah, akhirnya kamu ketemu juga, Min. Kucari kau di rumah, tak ada. Di pangkalan batu, tak ada. Kamu mau menghindar, ya?”
“Menghindar?”
“Ya. Kamu memang mbeling , Min. Di gerumbul ini hanya kamu yang belum berpartisipasi." Hanya kamu yang belum setor uang dana Afrika, dana untuk menolong orang-orang yang kelaparan di sana. Nah, sekarang hari terakhir. Aku tak mau lebih lama kau persulit.”
Karyamin mendengar suara napas sendiri. Samar-samar, Karyamin juga mendengar detak jantung sendiri. Tetapi Karyamin tidak melihat bibir sendiri yang mulai menyungging senyum. Senyum yang sangat baik untuk mewakili kesadaran yang mendalam akan diri sendiri serta situasi yang harus dihadapinya. Sayangnya, Pak Pamong malah menjadi marah oleh senyum Karyamin.
“Kamu menghina aku, Min?” ”Tidak, Pak. Sungguh tidak.”
Kalau tidak, mengapa kamu tersenyum-senyum? Hayo cepat, mana uang iuranmu?”
Kali ini Karyamin tidak hanya tersenyum, melainkan tertawa keras-keras. Demikian keras sehingga mengundang seribu lebah masuk ke telinganya, seribu kunang masuk ke matanya. Lambungnya yang kempong berguncang-guncang dan merapuhkan keseimbangan seluruh tubuhnya. Ketika melihat tubuh Karyamin jatuh terguling ke lembah Pak Pamong berusaha menahannya. Sayang, gagal.
Sumber: Kumpulan Cerpen Senyum
Karyamin, 1989
Cerita pendek tersebut banyak memiliki nilai-nilai kehidupan. Nilai-nilai tersebut diidentifikasi sehingga akan menambah kepekaan kalian dalam mengidentifikasi nilai-nilai karya sastra.
C. Rangkuman
1. Cerita pendek adalah karya prosa yang berupa gagasan, pikiran dan pengalaman dalam rangkaian peristiwa yang terjalin menjadi satu yang di dalamnya terjadi konflik antartokoh atau dalam diri tokoh itu sendiri dalam latar dan alur. Peristiwa dalam cerita berwujud hubungan antartokoh, tempat, dan waktu yang membentuk satu kesatuan.
2. Nilai-nilai cerita pendek, meliputi nilai sosial, budaya, keagamaan/ religi, moral, estetika/ keindahan dan pendidikan/edukasi dan lain-lain.
3. Mengidentifikasi nilai-nilai kehidupan dalam cerita pendek dilakukan dengan menentukan nilai-nilai kehidupan karena pada dasarnya cerita pendek banyak memuat nilai-nilai yang bisa diaktualisasikan dalam kehidupan nyata atau dapat dijadikan pembelajaran.
4. Pembelajaran dalam cerpen dilakukan dengan mengambil amanat yang berisi nilai-nilai kehidupan.
D. Penugasan Mandiri
Penugasan 1
Setelah membaca pendek berjudul Senyum Karnyamin, karya Ahmad Tohari, kemudian
1. Jawablah
pertanyaan-pertanyaan berikut!
a. Di
mana dan kapan peristiwa dalam cerita itu terjadi?
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
b.
Kata-kata “senyum Karnyamin” itu maksudnya apa?
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
c. Apakah
pesan-pesan yang disampaikan pengarang melalui
cerpennya?
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
d.
Setujukah kalian dengan isi cerita itu dan
adakah hal-hal yang bertentangan dengan kayakinan kalian?
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
e.
Bagaimana pandangan kalian terhadap kehidupan
yang ada pada cerpen tersebut?
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
2. Kerjakanlah
hal berikut sesuai dengan instruksinya!
a.
Buatlah lima pertanyaan lainnya secara berkelompok untuk menguji pemahaman literal, interpretatif,
integratif, kritis, dan kreatif!
b. Jawablah
pertanyaan tersebut dengan benar!
Dengan mengajukan berbagai pertanyaan kalian akan memperoleh nilai dari cerita pendek tersebut. Nilai yang dimaksud adalah sesuatu sesuatu penting, berguna, atau bermanfaat bagi manusia. Pertanyaan kritis tentang kelebihan dan kelemahan cerpen itu, misalnya, akan sampailah pada jawaban tentang bermanfaat atau tidaknya bagi pembaca.
Penugasan 2
1. Bacalah kembali cerpen Senyum Karnyamin!
2. Lakukan hal-hal berikut ini sesuai dengan instruksinya!
a. Secara berkelompok, identiffikasikanlah nilai-nilai kehidupan yang terdapat dalam cerpen itu!
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
b. Mungkinkah nilai-nilai tersebut kamu aktualisasikan pula dalam kehidupan sehari-hari?
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
c. Apabila jawabannya mungkin, bagaimana caranya?
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
E. Latihan Soal
Cermatilah kutipan teks berikut!
Kutipan cerpen
“Kalau ada, mengapa biarkan dirimu melarat, hingga anak cucumu teraniaya semua? Sedang harta bendamu kau biarkan orang lain mengambilnya untuk anak cucu mereka. Dan engkau lebih suka berkelahi antara kamu sendiri, saling menipu, saling memeras. Aku beri engkau negeri yang kaya raya, tapi kau malas. Kau lebih suka beribadat saja, karena beribadat tidak mengeluarkan peluh, tidak membanting tulang. Sedang aku menyuruh engkau semuanya beramal di samping beribadat. Bagaimana engkau bisa beramal kalau engkau miskin? Engkau kira aku ini suka pujian, mabuk disembah saja, hingga kerjamu lain tidak me muji-muji dan menyembah-Ku saja. Tidak. Kamu semua mesti masuk neraka! Hai malaikat, halaulah mereka ini kembali ke neraka. Letakkan di keraknya.”
Semuanya jadi pucat pasi tak berani berkata apa-apa lagi. Tahulah mereka sekarang apa jalan yang diridai Allah di dunia.
Tetapi Haji Saleh ingin juga kepastian, apakah yang dikerjakannya di dunia ini salah atau benar. Tetapi ia tak berani bertanya kepada Tuhan, ia bertanya saja pada malaikat yang menggiring mereka itu.
“Salahkah menurut pendapatmu, kalau kami menyembah Tuhan di dunia?” tanya Haji Saleh.
“Tidak. Kesalahan engkau, karena engkau terlalu mementingkan dirimu sendiri. Kau takut masuk neraka, karena itu kau taat bersembahyang. Tapi engkau melupakan kehidupan kaummu sendiri, melupakan kehidupan anak istrimu sendiri, hingga mereka itu kucar-kacir selamanya.. Itulah kesalahanmu yang terbesar, terlalu egoistis. Padahal engkau di dunia berkaum, bersaudara semuanya, tapi engkau tak mempedulikan mereka sedikit pun.”
Demikian cerita Ajo Sidi yang kudengar dari Kakek. Cerita yang memurungkan Kakek.
Dan besoknya, ketika aku mau turun rumah pagi-pagi, istriku berkata apa aku tak pergi menjenguk.
“Siapa yang meninggal?” tanyaku kaget. “Kakek.” “Kakek?”
“Ya. Tadi subuh Kakek kedapatan mati di suraunya dalam keadaan yang ngeri sekali. (Cerpen “Robohnya Surau Kami”, AA Navis)
1. Berdasarkan kutipan tersebut isilah tabel berikut!
Jenis Pertanyaan |
Pertanyaan |
Jawaban |
Pertanyaan literal |
Dimana dan kapan terjadi? |
|
Siapa saja tokohnya? |
|
|
Pertenyaan interpretative |
Apa maksud tersembunyi di baik pernyataan tokoh Ajo Sidi? |
|
Apa makna lugas pernyataan Ajo Sidi? |
|
|
Pertanyaan integratif |
Bercerita tentang apakan cerpen tersebut? |
|
|
|
|
Apa pesan moral yang hendak disampaikan pengarang? |
|
|
Pertanyaan kritis |
Ditinjau dari sudut pandang agama, bolehlah apa yang dilakukan tokoh Kakek? |
|
Apa kelebihan dan kelemahan cerpen tersebut dilihat dari aspek kebahasaan? |
|
|
Petanyaan kreatif |
Bagaimana seandainya kalian menjadi tokok Kakek? |
|
Apa yang akan terjadi seandainya tokok Kakek tidak meninggal? |
|
2. Setelah mengidentifikasi nilai-nilai kehidupan yang ada pada cerpen tersebut bagaimana aktualisasi nilai-nilai tersebut dalam kehidupan!
Nilai-nilai Kehidupan pada Cerpen |
Bukti kutipan |
Aktualisasi dalam kehidupan |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Jawaban dan Pembahasan Latihan Soal Kegiatan 1
Latihan soal 1
1. Berdasarkan kutipan tersebut isilah tabel berikut!
Jenis Pertanyaan |
Pertanyaan |
Jawaban |
Pertanyaan literal |
Dimana dan kapan terjadi? |
Di sebuah surau |
Siapa saja tokohnya? |
Ajo Sidi, kakek, aku, istri aku |
|
Pertenyaan interpretative |
Apa maksud tersembunyi di baik pernyataan tokoh Ajo Sidi? |
Menggambarkan kehidupan yang seimbang |
Apa makna lugas pernyataan Ajo Sidi? |
Seseorang hendaknya tidak hanya beribadah saja |
|
Pertanyaan integratif |
Bercerita tentang apakan cerpen tersebut? |
Tentang makna kehidupan |
Apa pesan moral yang hendak disampaikan pengarang? |
Menyeimbangkan kehidupan dunia dan akhirat |
|
Pertanyaan kritis |
Ditinjau dari sudut pandang agama, bolehlah apa yang dilakukan tokoh Kakek? |
Tidak boleh karena bunuh diri adalah perbuatan yang dilarang oleh Agama |
Apa kelebihan dan kelemahan cerpen tersebut dilihat dari aspek kebahasaan? |
Bahasanya yang sederhana dan menggunakan kata-kata yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. |
|
Petanyaan kreatif |
Bagaimana seandainya kalian menjadi tokok Kakek? |
Saya akan memperbaiki diri mrnyrimbangkan kehidupan meskipun secara bertahap. |
Apa yang akan terjadi seandainya tokok Kakek tidak meninggal? |
Kakek akan semakin tersiska dengan cerita Ajo Sidi dan sedikit demi sedikit mengubah cara hidupnya yang belum sesuai. |
2. Setelah mengidentifikasi nilai-nilai kehidupan yang ada pada cerpen tersebut bagaimana aktualisasi nilai-nilai tersebut dalam kehidupan!
Nilai-nilai Kehidupan pada Cerpen |
Bukti kutipan |
Aktualisasi dalam kehidupan |
Nilai moral |
“Ya. Tadi subuh Kakek kedapatan mati di suraunya dalam keadaan yang ngeri sekali. |
Orang akan bunuh diri apabila diterpa masalah. |
Nilai budaya |
Dan besoknya, ketika aku mau turun rumah pagi-pagi, istriku |
Mengunjungi rumah duka |
|
berkata apa aku tak pergi menjenguk. |
|
Nilai Agama |
“Salahkah menurut pendapatmu, kalau kami menyembah Tuhan di dunia?” tanya Haji Saleh. “Tidak. Kesalahan engkau, karena engkau terlalu mementingkan dirimu sendiri. |
Banyak prang yang hanya mementingkan kehidupan dunia saja |
Setelah kalian belajar bertahap dan berlanjut melalui kegiatan pembelajaran 1, berikut diberikan tabel untuk mengukur diri kalian terhadap materi yang sudah kalian pelajari. Isilah dengan mencentang (V) pada refleksi diri terhadap pemahaman materi di tabel berikut!
Tabel Refleksi Diri Pemahaman Materi
No |
Pertanyaan |
Ya |
Tidak |
1. |
Apakah kalian telah memahami cerita pendek? |
|
|
2. |
Dapatkah kalian memahami karakter cerita pendek? |
|
|
3. |
Dapatkah kalian menganalisis nilai-nilai cerita pendek? |
|
|
4. |
Dapatkah kalian mengidentifikasi nilai-nilai kehidupan dalam cerita pendek? |
|
|
5. |
Dapatkah kalian menentukan nilai-nilai kehidupan dalam cerita pendek? |
|
|
Jika menjawab “TIDAK” pada salah satu pertanyaan di atas, maka pelajarilah kembali materi tersebut dalam modul, ulang kegiatan pembelajaran 1, apabila diperlukan silakan kalian menghubungi guru atau teman sejawat untuk menyampaikan pembimbingan. Jangan putus asa untuk mengulang lagi! Dan apabila kalian menjawab “YA” pada semua pertanyaan, maka lanjutkan berikut.
Tugas Analisi Nilai-Nilai dalam Teks Cerpen
”Sentuhan
Tangan Ayah”
Oleh :
R. Purwantaka
Tepuk tangan itu masih bergemuruh saat Ibu Bupati
memotong rangkaian pita dan ”Tumpeng” di Dusun Makmur. ” Secara resmi saya
nyatakan Dusun Makmur ini sebagai Dusun Berwawasan Lingkungan dan menjadi
satu-satunya Dusun di Kabupaten ini yang menerapkan kehidupan Warganya dengan
Hidup Ramah Lingkungan ! ” demikian pidato singkat dari Ibu Bupati dalam
perayaan Peresmian Dusun Terbaik dalam Lomba Dusun Se-Kabupaten yang berhak
mendapatkan hadiah Trophy, Seekor Sapi dan Uang Pembinaan Sepuluh Juta Rupiah.
Pujian tak henti-henti diucapkan oleh Ibu Bupati
terhadap Dusun Makmur. Ayah yang mendampingi Ibu Bupati bersama para Pejabat
Teras kabupaten berjalan Mengelilingi jalan , gang, serta melihat secara
langsung Rumah-rumah warga yang nampak bersih, tertata rapi dan nampak asri.
-
”
Wah... terasa Sejuk benar ini, sepanjang jalan ditanami bunga-bunga!” seru Ibu
Bupati pada Ayahku.
-
”
Setiap rumah menanam sayuran di pekarangannya sendiri seperti ini ? ” tanya Ibu
Bupati kepada Ayah. Ayah hanya tersenyum dan menganggukkan kepala mengiyakan.
-
” Tempat sampah ini juga diusahakan sendiri
oleh warga dan diletakkan di depan rumah seperti ini semua? ” kembali
pertanyaan Ibu Bupati dilontarkan kepada Ayah.
-
” Mereka mengusahakan dua tempat sampah, yang satu untuk sampah plastik
dan yang satunya untuk sampah kertas.” ayah berusaha menerangkan kepada Ibu
Bupati. Terlihat raut muka Ibu Bupati nampak tersenyum puas dan
mengangguk-anggukkan kepala.
Sesaat sampai di Stand pameran hasil industri rumah tangga yang
digelar oleh ibu-ibu PKK, nampak Ibu Bupati semakin antusias. Pameran berbagai
produk makanan yang sudah dikemas bagus dan berlabel ini sekilas tak percaya
kalau makanan ini hasil industri Rumah Tangga yang dikerjakan Ibu-ibu sendiri.
-
” Ini
makanan apa namanya? ” tanya Ibu Bupati semakin penasaran, sambil membuka
bungkusan kecil dengan label seperti Produk Pabrik dan mencicipi makanan yang
diikuti oleh para pejabat kabupaten yang ikut mengiringi Ibu Bupati.
-
”
Ini, Getuk Ayu, Bu ! ” jawab Ayah secara sepontan.
-
” Getuk Ayu, wah... rasanya enak benar, tidak
kalah dengan getuk buatan lain daerah, yang sudah terkenal.” kembali Ibu bupati
menyanjung. Terlihat Ibu-ibu penunggu stand tersenyum puas karena sanjungan Ibu
Bupati. Mereka merasa diberi penghormatan karena mau merasakan makanan yang
telah dibuatnya.
-
” Getuk ini dibuat dengan bahan yang alami,
pemanisnya juga alami. Getuk ini dinamakan getuk Ayu karena getuk ini campuran
antara ketela dan nangka tetapi warnanya tetap putih bersih.” demikian Ayah
menerangkan kepada Ibu Bupati.
Pandangan Ibu Bupati beralih di stand kerajinan.
.Beberapa pigura yang terpajang menjadi sasaran Ibu Bupati untuk memegangnya.
- ” Dibuat
dari bahan apa, bisa sebagus ini?” tanya Ibu Bupati sepontan kepada para remaja
yang menunggu Stan kerajinan tangan.
- ” Dari limbah ranting kayu, Bu!” jawab seorang
remaja putri sambil menunjukkan piguranya.
- ” Ini
limbah ranting kayu bakar yang tidak terpakai dikumpulkan kemudian diasap biar
kering dan ditambah warna hitamnya, kemudian dibersihkan pakai amplas dan
dipernis biar nampak mengkilap.” tambah Ayah menerangkan kepada Ibu Bupati.
- ” Bagus
sekali, Siapa yang pertama mengajari pembuatan pigura seperti ini? ” tanya Ibu
Bupati kepada penjaga stand itu. Dengan malu-malu dan takut Fitri, remaja
penjaga stand itu menunjuk Ayah.
- ” Oh, jadi Pak RT sendiri to, yang mengajari
ini?” Ayahku hanya tersenyum simpul sambil menganggukkan kepala. Nampak wajah
Ayah bergembira karena mendapat sanjungan Ibu Bupati.
Sambil berjalan pelan, Ibu Bupati yang diikuti
para Pejabat Kabupaten sampai di stand terakhir. Beberapa tanaman sayuran dan
pupuk yang sudah dikemas plastik menumpuk . ” Ini sayuran cabe Rawit yang
menggunakan pupuk organik yang dihasilkan dari limbah dedaunan di rumahnya
sendiri. ” ayah berusaha menerangkan pameran pohon cabe yang nampak hijau dan
ditumbuhi buah yang segar.
-
”
Masih ada bibitnya, ini ? ” tanya Ibu Bupati. Ayah memandang bapak-bapak
penjaga stand itu. Pak Karto yang tahu maksud
pandangan Ayah kemudian menjawab.
-
” Ada, Bu. Kami membuat pembibitan sendiri. ”
sambil mengambilkan bibit tanaman cabe rawit.
-
” Pupuknya juga buatan sendiri?” kembali Ibu
Bupati bertanya.
-
” Ya, Bu. Kami telah diberi pelatihan cara
membuat pupuk alami.” jawab Pak Karto.
-
” Siapa yang memberi Pelatihan?” tanya Ibu
Bupati sambil mengambil pupuk yang sudah di kemas plastik.
-
” Kami mendatangkan tenaga ahli dari Dinas
Pertanian Kabupaten, Bu.” sambung Ayah menjawab pertanyaan Ibu Bupati.
-
”Bapak-bapak, Ibu-ibu, Saudara semua. Kiranya
cukup dan saya bangga atas prestasi yang telah diraih oleh Dusun Makmur ini.
Saya berpesan agar hadiah Sapi dan uang dapat dimanfaatkan oleh warga. Sekali
lagi saya atas nama Pemerintah Daerah memohon maaf dan beterimakasih kepada
semua warga yang telah mencapai prestasi ini” tepuk tangan itu semakin
bergemuruh saat Ibu Bupati menutup acara penyerahan Hadiah juara lomba dusun
berwawasan lingkungan.
Tiba-tiba pundak Ayah dikejutkan oleh tangan
Mungil yang menyentuhnya, Lamunan Ayah
pudar sambil masih memandangi Foto Jabat tangan antara Ayah dengan Ibu Bupati
yang terpasang di ruang tamu. ” Ada apa dengan Foto itu, Pak?” tanya Ibuk
sembari menyodorkan secangkir air teh panas.
”Aku bersyukur dan bangga dengan masyarakat di sini, semua pekerjaan dan program-program yang sudah diputuskan dalam rapat, semua mematuhi.” jawab Ayah sambil duduk di kursi tua.
-
”
Juara itu bukan bapak yang mendapatkan, tetapi semua warga di sini yang berhak
mendaptkan, karena tanpa dukungan warga, semua tak akan berhasil.” timpal ibuk
kepada Ayah.
-
”
Yah, tidak hanya semua warga, tetapi yang lebih penting, Ibuk dan anak-anakku
yang selalu mendukung dan mendorong semangatku, tanpa dukungan Ibuk dan
anak-anak, Aku tak ada apa-apanya, Aku tak dapat berbuat apa-apa.” sanjung Ayah
kepada Ibu. Terlihat wajah Ibuk tersipu malu mendapat sanjungan dari Ayah.
-
” Coba Ibuk renungkan perjalanan kita
membangun dusun ini.” Ayah memandangi
Ibuk dengan penuh kasih sayang. Wajah
Ibuk menerawang ke atas, membayangkan betapa sulitnya dan
betapa pedihnya akan meraih kesuksesan. Terbayang beberapa kejadian yang masih segar dalam ingatan.
” Gila..., sudah gila ini....”
Semua orang terus mengatakan ” Gila ” pada
keluargaku. Aku juga tak mengerti apa sebenarnya kemauan Ayahku. Semua warga
diberi kantong plastik hitam besar, semua warga dilarang membuang sampah
plastik dan kertas. Sampah-sampah yang ada di rumah tangga harus dimasukkan
dalam kantong palstik yang sudah diberikan Ayah.
Ayah akan selalu mendatangi rumah warga yang
kedapatan membuang sampah kertas maupun plastik di pekarangannya. Aku semakin
tak mengerti, semua sampah yang sudah terkumpul di setiap rumah, tiap hari
minggu diambil oleh Ayahku, dikumpulkan di Rumah.
” Ini gara-gara Ayah, semua menjadi repot
” gerutu dalam hatiku pada Ayah. Semenjak Ayahku menjadi Ketua RT di Kampung,
ada-ada saja yang dilakukan oleh Ayah. Rapat RT selalu menghasilkan
Program-program yang oleh orang desa belum lazim. Ada program menanam sayuran
setiap rumah, kerja Bhakti membersihkan pekarangan dan lingkungan setiap Hari Minggu, termasuk kewajiban setiap warga mengumpulkan
sampah dan masih banyak lagi program yang sudah dijalankan oleh Ayahku.
”
Ayah sudah dikatakan Gila oleh masyarakat, apakah ayah tidak risih dengan
ide-ide yang tak masuk akal ini? ” tanyaku pada Ayah saat hari Minggu sedang
bekerja Bhakti. Ayahku tak menjawab. Dia hanya tersenyum yang membuatku semakin
bertanya-tanya. Hari ini hari Minggu, anak-anaknya dan Ibuku disuruh ayah
mengambil plastik di setiap rumahtangga di dusunku.
”
Sekarang isi kantong dikeluarkan, disisihkan antara yang plastik dan yang
kertas ! ” suruh ayah kepada anak-anaknya. Tak lama kemudian datanglah seorang
Ibu yang sudah ditunggu-tunggu kedatangannya oleh Ayah. Kulihat Ayah
berbincang-bincang degan Ibu tersebut, kemudian mendatangi tumpukan sampah yang
telah dipilah-pilah. Ternyata Ibu tersebut seorang pedagang ”Rosok” yang ingin
membeli sampah yang telah dikumpulkan warga.
Dengan cekatan pedagang rosok
tersebut menimbang sampah-sampah warga dan dimasukkan ke dalam kantong
besar yang sudah disiapkan. Akhirnya Ayahku diberi uang hasil penjualan sampah
warga. ” Hari ini warga kita memperoleh tabungan duaratus lima puluh lima ribu
rupiah, akan kita beritahukan pada warga kita bahwa sampah dapat mendatangkan
keuntungan.” kata Ayah pada kami.
Sudah
bertahun-tahun Ayah menjalankan kegiatan pengumpulan sampah warga. Beberapa
panggilan kurang sedap sempat disandang oleh Ayah. ” Pak RT Sampah ”, ” Pak RT
Gila”, ” Pak Kebun Sayur ”, sampai
dijuluki, ”Pak Talok ” karena Ayahku berhasil menghijaukan tanah gersang
pinggir sungai yang sering longsor menjadi tanah ”Hijau” yang ditanami pohon ”
Talok ”. Lamunan Ibu pudar
saat tangan ibu dipegang dengan lembut oleh Ayah.
”
Sudahlah tidak usah kita ungkit-ungkit lagi masa yang lalu. Yang penting kita
petik hikmah dari semua pekerjaan yang kita jalankan. Tak ada keberhasilan
datang sendiri tanpa pengorbanan.” Ayah dan Ibu saling pandang dan tersenyum
memandangi keberhasilan untuk diwariskan kepada anak cucu.”
Bantul,
12 April 2010
Nilai-nilai Kehidupan pada Cerpen " Sentuhan Tangan Ayah " | Bukti kutipan dalam Cerpen | Aktualisasi dalam kehidupan Nyata |
1. Nilai Budaya |
|
|
2. Nilai Sosial |
|
|
3. Nilai Religius |
|
|
4. Nilai Pendidikan |
|
|
5. Nilai Moral |
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar